GHAZ : Chapter 6

524 103 4
                                    

Ketika Syafia mencium gelagat aneh para pria Ar-Rasyid bahkan suaminya pun mulai mencurigakan disitulah alarm radar detektif berbunyi nyaring. Sesuatu mengenai Surabaya dan Ghaz itu kata kunci yang harus dipecahkan. Dan dengan segala cara ia menginterogasi Kakek Hasan dan Kakaknya Tania, akhirnya ia tahu hal yang disembunyikan. Lebih tepatnya disembunyikan darinya.

Untuk apa disembunyikan? Seorang Syafia bukan pembuat onar. Nama lainnya selain Nyonya Elegant adalah Ratu Keadilan.

Ia akan usut tuntas mengenai Ghaz. Harus, jangan sampai ada yang terlewat.

"Ini tidak bisa di biarkan! Tante Aisyah ayo kita duluan ke Surabaya."

Hampir saja tante Aisyah mengalami kejang ayan. Ia tak mau terlibat aksi Syafia. "Sudah bukan masanya tante main detektif-detektifan, mending waktunya lebih diperbanyak untuk bekal kehidupan akhirat. Ngaji, sholat sunah, puasa sunah, menghadiri pengajian. Jadwal pengajian tante aja padet loh Sya, lebih padet daripada jadwalnya abangmu. Hari ini rencananya tante mau ke Malaysia menghadiri pengajiannya Siti Nurhalizah trus ke Singapure jemput Syifa baru dari sana langsung ke Surabaya."

"Itu pengajian, arisan apa shopping?" Pertanyaan Sania mewakili semua wanita yang ada di ruangan itu.

Ketika motifnya diragukan, Tante Aisyah bukannya tersinggung malah terkikik geli. "Pengajian dong sayang,  shopping itu bonus, kalau masih ada waktu ya. Inget, tante niatnya mau ibadah cari keridhoan Allah."

Sania dan Syafia saling tos. "Yang penting niatnya..."

"Kapan-kapan ikut..." Syafia balas menimpali.

Tante Aisyah menggeleng. "Tidak. Tante tak mau acara tante ternodai karena dijadikan modus kalian untuk shopping."

Seketika muka Sania dan Syafia masam.

"Ya sudah kesimpulannya. Aku dan Sania yang akan beraksi. Keputusan kita berdua tidak dapat diganggu gugat ya."
Yang Syafia maksud adalah keputusan akan kelayakan menantu Ar-Rasyid.

Ya, dirinya akan menginvestigasi perempuan pilihan Ghaz yang asal comot itu. Apakah perempuan itu layak atau tidak menyandang nama besar Ar-Rasyid.

"Tidak serta merta." Annisa putri tertua Ar-Rasyid sekaligus ibu dari Syafia mengoreksi. "Kami perlu bukti otentik dengan entah itu live streaming atau video call. Baru kita putuskan bersama." Ujar mama Annisa yang kekinian tidak kalah canggih dari pada generasi dibawahnya.

"Busyeeet mak loe Sya. Ajiiib..." Sania mengacungkan dua jempol pada uwak Nisanya sambil berguman pada Syafia.

Syafia hanya mengangkat alisnya lantas menyambung ucapannya sendiri seraya belum puas mengeluarkan keluh kesahnya. "Dipikir ulang. Hanya mempelai Ghaz yang paling merepotkan."

"Contohnya, Sya?" Tania bertanya dengan tersenyum sabar. Ia sudah menyiapkan tameng jika sewaktu-waktu bom Syafia meledak.

Syafia berkoar kembali. "Diantara mempelai Ar-Rasyid, hanya Rania Shareefa Zubeir yang minim informasi dan juga bukan pilihan Ar-Rasyid."

Karena biasanya protokol yang dijalankan dipersiapkan jauh hari sementara mempelai Ghaz harus sudah lolos uji kelayakan dalam hitungan hari.

"Tapi memang sedari dulu Ghaz tidak bisa diatur, jadi bukankah segera laksanakan pernikahan mumpung yang bersangkutan menginginkannya. Kita hargai pilihannya dan merestuinya."

"Iya tapi..."

"Bukankah kau sendiri yang paling menentang ketika pria Ar-Rasyid membahas perjodohan Ghaz? Bukankah begitu?"

"Iya tapi..."

"Salah? Jangan katakan kau masih..."

"Tidak!" Syafia menyangkal tegas sebelum Tania melanjutkan ucapannya.

GHAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang