Perempuan itu, menguap beberapa kali sambil menggosok-gosok hidungnya yang tersumbat. Nayaka Arinta namanya atau biasa dipanggil Arin. Perempuan itu adalah seorang pegawai di sebuah perusahaan terbesar.
Sekarang beginilah hidupnya setiap hari, duduk di depan komputer dan mengetik, mengetik, mengetik, seolah-olah keyboard mempunyai alunan yang mendayu-dayu hingga membuatnya candu.
Arin mendesah karena lelah. Ponselnya yang berada di sebelah komputer bergetar. Arin membuka matanya lebar-lebar karena matanya sudah redup sejak tadi.
Ia benar-benar merasa lapar dan itu sudah membuatnya mengantuk. Tapi melihat apa isi pesan di ponselnya semua rasa kantuk Arin lenyap begitu saja dan tidak tersisa sama sekali.
“Ada apa?”
Arin langsung menoleh ke arah Bitna yang duduk di meja sebelahnya. Wanita itu terlihat lelah karena menghadapi kertas-kertas dan komputer. Namun ia masih memperhatikan Arin.
“Aku harus pulang sekarang. Tolong beritahu atasan.”
“Tapi kenapa? Ada sesuatu yang mendesak?” tanya Bitna yang diam-diam melihat raut wajah Arin yang menyusut.
Tangan Arin mulai mengemasi benda-benda yang berada di mejanya. Dengan cepat ia berdiri dari duduknya.
“Aku harus pergi, adikku mengalami kecelakaan dan sekarang masuk rumah sakit. Bitna tolong beritahu atasan dan buat surat izin untuk beberapa hari. Terima kasih, kamu penyelamatku.”
Arin langsung keluar dari ruangannya meninggalkan Bitna yang masih terbengong. Perempuan itu lalu mengernyitkan keningnya.
“Bukankah dia tidak mempunyai seorang adik,” ucap Bitna dengan sedikit bingung.
Arin pergi dengan raut wajah yang penuh kecemasan. Setiap kali melihat Jam Arin merasa semakin di buru waktu yang semakin sedikit. Ia khawatir akan kondisi adiknya.
Arin berhenti di halte bus untuk menunggu bus, namun sepertinya tak ada bus pun yang akan datang. Ia lalu menelisik jalanan berharap menemukan sebuah taksi.
Tepat setelah beberapa menit, ia menemukan taksi yang melintas. Arin meneriakinya namun sepertinya pengemudi itu tak mendengarnya.
Arin bergerak secepat mungkin ke tengah jalan saat melihat Jalanan sepi. Ia menyeberang jalan untuk menghentikan taksi tersebut.
Tiba-tiba jantung Arin seakan berhenti saat mendengar bunyi klakson yang memekakkan telinganya. Ia berusaha menoleh, tapi ternyata matanya terpejam karena sorot lampu yang begitu menyilaukan matanya.
Lalu benturan keras membuatnya tergeletak di jalanan dengan keadaan yang tidak di ketahui nya. Beberapa bagian tubuhnya mulai terasa nyeri, semuanya seperti mimpi. Banyak orang yang berkerumun di sekitarnya dan mengatakan kalau dirinya harus di bawa ke rumah sakit. Arin masih tidak bisa membuka matanya namun ia masih bisa mendengar suara dengan samar.
...
Arin membuka matanya perlahan. Ia terbangun dengan perasaan yang aneh. Ia menegakkan kepalanya yang terasa berat dan memandang ke sekeliling. Arin memandangi kamar bernuansa modern.Arin menggeliat berusaha bangkit. Ia terkejut saat menyadari kulitnya sedang bersentuhan dengan kulit orang lain di dalam selimut.
Arin memandangi laki-laki yang berada di sebelahnya, sedang tertidur pulas sambil memeluknya.
Ia termenung memandangi laki-laki itu yang sangat tampan dengan rambutnya yang berwarna hitam legam dan terlihat sangat dewasa meskipun sedang tidur. Aromanya begitu maskulin hingga bagai morfin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have Two Husband's
RomanceDia mengatakan suamiku. Aku mempunyai dua suami. Bagaimana bisa? Apakah pria ini mencoba menipuku.