2. My Mind Traveling

777 59 5
                                    

Arin menelisik setiap sudut ruangan yang begitu besar dengan nuansa putih. Rumah ini tak kalah besar dengan rumah milik Aska.

“Mandilah dan ganti baju, aku akan menyiapkan makanannya.”

Arin memandangi Digtya tanpa mengatakan apa pun. Digtya yang memandanginya ikut terheran namun detik berikutnya, pria itu tersenyum.

“Kamar kita ada di lantai atas. Pintu warna putih.”

Arin langsung mengangguk dan berjalan menuju lantai dua. Sementara Digtya pergi ke dapur.

Saat mendapati pintu dengan warna putih, Arin langsung memasukinya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati sebuah bingkai foto pernikahan. Di sana adalah fotonya bersama Digtya mengenakan pakaian pengantin.

Digtya tampan dengan Jasnya berwarna hitam sementara Arin cantik dengan gaun berwarna putih tulang.

“Bagaimana bisa ini terjadi?”

Arin kebingungan sendiri. Otaknya sedang berantakkan saat ini. Lantas Arin mencari bukti lain untuk menguatkan dugaannya. Ia membuka lemari dan mendapatkan baju-baju perempuan dengan merek ternama.

Matanya kembali menelisik dan mendapatkan produk-produk kecantikan serta make up di meja rias.

Arin segera memasuki kamar mandi dan mendapatkan sikat gigi sepasang dan juga dua cangkir. Ia juga mendapati sepasang handuk. Tak sampai di situ, sepasang piyama juga tergantung di sana.

“Aku tidak tahu. Apakah ini masuk akal? Tentu saja tidak.”

Embusan napas kembali keluar sekali lagi. Arin masih belum bisa percaya bahwa wanita muda yang berada di dalam cermin sekarang adalah istri dari seseorang. Laki-laki itu, Aska dan Digtya adalah suaminya?

Semuanya masih tidak masuk akal sama sekali, hidupnya benar-benar berubah dalam sekejap mata.

“Sayang, makanannya sudah siap.”

Arin terbangun dari lamunannya saat pintu kamar mandi diketuk.

“Ya!” Arin merapikan dirinya secepat mungkin dan membuka pintu kamar mandi.

“Ayo.”

Digtya tersenyum kepada Arin. Mereka kemudian menuju ke meja makan dan duduk di sana. Tidak sekalipun Digtya memalingkan pandangannya dari Nayaka Arinta.

Arin memandangi meja yang penuh dengan makanan. Ia tak bisa menyembunyikan ketakjubannya. Jarang sekali, ada pria yang bisa masak.

“Kamu sendiri yang memasaknya?”

“Ya, ini kubuat khusus untukmu. Apakah kamu tersentuh?”

Arin langsung mengangguk.

“Makanlah!”

Sepanjang waktu-waktu di meja makan Digtya tidak bisa menghindar untuk memperhatikan Arin yang makan begitu lahap.

Saat Arin menikmati makanannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Sebuah pesan masuk dan Arin segera membukanya.

Apakah kamu sudah makan siang?

Arin melihat Digtya sebelum membalas pesan dari Aska. Aku sedang makan siang sekarang

Beberapa menit kemudian ponsel Arin kembali berbunyi. Ia melihat ponselnya, bukan pesan yang ia dapatkan melainkan sebuah panggilan.

“Kenapa tidak diangkat?” tanya Digtya.

“Tidak apa-apa,” ucap Arin sedikit tergagap.

“Itu mungkin saja mendesak.”

Arin mengangguk dan berdiri dari tempatnya. Ia menuju ke tempat agak jauh agar Digtya tidak bisa mendengar percakapannya dengan Aska.

I Have Two Husband'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang