13. Seperti Lelucon

172 19 7
                                    

Arin beberapa kali mengedipkan matanya. Ia bernapas dengan berat dan panjang. Suatu hal yang tak terduga terjadi di siang hari ini.

Saat menunggu Bitna, tiba-tiba seorang wanita hamil menghampirinya dan menyiramkan segelas air putih tepat di wajahnya. Tetesan air tersebut menetes di baju Arin.

“Hanya ini yang bisa kulakukan karena aku hamil.”

Arin langsung membuka mulutnya, ingin menyemburkan sesuatu dari sana.

“Bisa jelaskan, kenapa kamu melakukan ini padaku?”

“Kamulah yang harus menjelaskannya padaku! Kamu adalah selingkuhan suamiku! Dimana kamu belajar sopan santun?” sosok wanita itu bersedekap sambil memicingkan matanya.

Jadi dia Nana

“Ah, begitu rupanya. Semua sudah jelas sekarang.”

“Apakah kamu tidak tahu dia sudah menikah?” tanya Nana sambil memperlihatkan cincin di jari manisnya.

Arin menoleh ke kanan untuk mengatur napasnya lalu ia kembali menatap Nana dengan tenang.

“Ya, aku tidak tahu.”

“Kamu tidak tahu setelah mengencaninya beberapa bulan? Kamu berani berbohong padaku!” teriak Nana. Pengunjung kafe yang lainnya langsung menoleh.

“Kamu  yang tidak tahu suamimu bersamaku beberapa bulan.”

“Hei! Jadi maksudmu kamu tidak bersalah!” Nana ingin kembali menyerang Arin namun niat itu ia urungkan karena beberapa tatapan pengunjung kafe yang memperhatikan mereka.

“Ya, ku rasa begitu.”

“Yang benar saja. Kamu bitch.”

Arin tersenyum saat ia mendengarnya.

“Setidaknya kamu bisa melampiaskannya padaku tapi aku tidak bisa melampiaskannya padamu. Haruskah, aku juga menyirammu dengan air?”

“Kamu!”

“Aku harap kalian bahagia.”

Arin berdiri dan melihat setiap lekuk badan Nana.

“Untuk anakmu juga.”

Arin langsung pergi dari kafe tersebut. Saat ia membuka pintu untuk keluar ia tak sengaja berpapasan dengan Bitna.

“Hei kamu ingin kemana?”

“Kita pindah tempat.”

“Ada apa dengan wajahmu? Kenapa basah?”

“Hujan tiba-tiba datang,” ucap Arin santai.

Bitna yang berjalan beriringan dengan Arin langsung melihat ke atas untuk memastikan bahwa hari ini langit tak ternoda dengan mendung.

“Tapi langitnya tampak cerah.”

Saat ini Bitna sudah duduk di samping Arin. Mereka berdua berada di ruang tengah apartemen Bitna.

“Bagaimana bisa dia berbuat seperti itu? Dasar gila!” Ujar Bitna

saat Arin bercerita kepadanya mengenai  apa yang baru saja terjadi meskipun tidak secara terperinci.

“Ah aku sangat pusing. Akhir-akhir ini badanku terlalu mudah untuk merasa lelah.”

“Tunggu dulu! Arin kamu tidak sedang hamil kan?”

“Apa? Mana mungkin? Aku sama sekali tidak muntah-muntah kan? Lagi pula, aku hanya stres dan beban di pundakku banyak jadi aku mudah lelah.”

“Tapi semua ciri-cirinya ada. Kamu sangat gampang lelah, tidak suka bau daging padahal daging adalah makanan yang sangat kamu sukai. Tidak semua wanita hamil mengalami morning sickness yang mengharuskan mereka untuk muntah-muntah.”

I Have Two Husband'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang