4. Pilihan Terbaik

348 45 0
                                    

Bertemu dengan dua pria dengan latar belakang berbeda dan karakter yang berbeda setiap hari adalah beban yang penuh dengan penderitaan. Pagi hari, Arin harus berusaha sebisa mungkin untuk bangun lebih pagi mencari alasan agar tidak ketahuan.

Terkadang Arin juga harus benar-benar memastikan jika ia mempunyai pesan singkat. Pasalnya ia pernah mengirimkan pesan dengan tujuan yang salah. Seharusnya Arin mengirim pesan pada Aska tapi ia malah mengirimkannya pada Digtya. Untung saja Arin bisa berkilah.

Mengenai Digtya, dia tidak pernah membuat Arin pusing. Kepribadiannya yang kalem dan juga penyayang serta sabar membuat Arin terjerat dalam pesonanya.

“Aku sangat iri.”

Mata Arin membesar mendengar pernyataan Bitna barusan. “Iri? Kenapa?”

“Aku akan berpikir, aku memenangkan lotre. Menemui mereka semua dengan rasa penuh syukur.” Bitna kemudian mengaduk-aduk minumannya.

“Mengapa aku bisa terjebak dalam keadaan sulit ini?”

“Kenapa kamu bertanya padaku? Aku tidak tahu. Jika semua wanita di kota ini tahu, ah ini akan menjadi berita viral.”

“Tetaplah diam! Jangan menyebarkannya. Aku tidak mau kena hujatan.”

Bitna terperangah tak menyangka saat melihat Arin menggedor meja untuk memperingatkannya. Bitna tidak menjawab, namun gadis itu hanya mengangguk.

“Kamu tahu, aku sangat iri dan cemburu. Kamu mempunyai dua sedangkan diriku tidak punya sekalipun mantan.”

“Itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Setiap hari aku seakan berada di dalam film horor, sangat menegangkan.”

“Takut ketahuan?”

“Ya.” Arin mendesah lesu.

“Lalu pilihlah salah satu dari mereka.”

Arin terdiam beberapa detik sebelum menyeruput minumannya. “Entahlah.”

“Kamu bilang mereka baik?”

“Ya.”

“Lalu pilihlah yang terbaik.”

Arin berusaha mengingat-ingat kejadian romantis mereka. Dimulai dari Digtya yang selalu memanjakannya dengan hal-hal kecil namun sangat menyentuh.

Misalnya saat Digtya memasakkan makanan untuknya. Membuat suasana makan malam di rumah sangat romantis. Bahkan Digtya tidak mengizinkan Arin membantunya memasak.

“Dia pasti takut, kamu akan meracuninya.”

Ucapan Bitna yang tiba-tiba membuat memori Arin buyar di tengah jalan. Arin memandangi Bitna dengan kesal.

“Kenapa kamu mudah tersentuh dengan hal seperti itu?”

“Tidak hanya itu, ada lagi.”

Arin kembali mengingat saat setelah makan malam. Digtya bahkan membereskan semunya. Arin ingin membantu membersihkan piring kotor tapi Digtya menolaknya. Digtya menyuruhnya duduk diam dan melihatnya saja.

“Pasti dia takut akan memecahkan piringnya.”

Lagi-lagi suara Bitna membuat bayangan Arin pecah begitu saja.

“Piringnya pasti mahal sehingga ia tidak mengizinkanmu untuk membantunya mencuci. Dia takut kamu akan memecahkannya. Sesayang itu dia dengan piringnya.”

“Apa seperti itu?”

“Pasti. Ceritakan yang lainnya.”

Arin tidak bisa melanjutkan ceritanya lagi, ia sudah cukup terkejut dengan Bitna yang selalu memotong jalan  cerita disaat akan klimaks.

I Have Two Husband'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang