Aska masuk ke kamar dan melihat boneka sapi besar mengambil alih tempatnya di atas ranjang. Arin memeluknya dengan nyaman di sana.
“Kapan kamu membelinya?” Aska berbisik sambil naik ke atas tempat tidur dan duduk di dekat Arin yang membelakanginya.
Arin menoleh. “Kemarin.”
“Aku tidak bisa berbagi.”
“Apa maksudmu?”
“Aku tidak suka berbagi hal-hal yang menjadi milikku!”
Aska berusaha menyingkirkan boneka sapi yang dipeluk istrinya lalu menggantikannya dengan lengannya.“Mana boleh kamu memeluknya!” Ia memeluk Arin semakin erat dan lengannya menekan perut Arin agar rapat kepadanya. Arin tidak melawan.
Aska masih memeluknya erat. satu ciuman mendarat di pipinya, lalu leher, bahu, sampai tulang selangka.
“Besok kita akan ke Singapura. Tidurlah dengan nyenyak.”
“Ya.”
Aska tidak melepaskan pelukannya dan memejamkan mata. Kepalanya bersandar di tengkuk Arin dan ia pun benar-benar terlelap.
...
PAGI-PAGI sekali, Arin sudah terbangun dari tidurnya. Ia melihat Aska yang masih terbaring di sampingnya.Arin menatap laki-laki itu lebih dalam. Wajah yang sama sekali berbeda. Wajahnya yang sedang tidur terlihat sangat manis. Wajah tampan dan menenangkan.
Arin mengerjapkan matanya beberapa kali. Ini bukan saatnya untuk terpesona kan?
“Aska, ayo bangun!”
Aska tidak bergeming. Ia masih terlelap dan tidak peduli dengan suara Arin.
“Kamu akan ketinggalan pesawat.”
Kali ini dia hanya menggeliat. Arin mulai mengusahakan banyak cara untuk membangunkannya, memanggil-manggilnya dengan keras, menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi Aska kelihatannya tidak ingin bangun.
Arin hendak pergi dari ranjangnya tapi ia merasakan tangan Aska menarik lengannya dengan kuat dan dalam tempo yang sangat cepat tubuhnya sudah berada di bawah tubuh Aska, wajah mereka sangat dekat tinggal beberapa inchi lagi sebelum bibir Arin menyentuh bibirnya.
“Biarkan aku tidur sebentar lagi!” Aska berkata parau, ia lalu meninggalkan tubuh Arin dan membaringkan kepalanya di atas pangkuan gadis itu.
“Tapi kamu bisa ketinggalan pesawat.”
“Kita berdua akan ketinggalan pesawat.”
“Aku tidak ikut ke Singapura.”
Mata Aska langsung membuka. Tak hanya itu, Aska juga langsung terbangun dan menatap Arin.
“Kenapa?”
“Aku merasa tidak sehat.”
Tangan hangat Aska langsung mendarat ke dahi Arin. “Tidak terlalu panas.”
“Aku demam. Suhuku tiga puluh tujuh koma enam derajat Celsius. Aku mungkin terkena flu. Kepalaku terasa berat.”
“Tidurlah.”
“Bagaimana dengan perjalananmu ke Singapura.”
“Aku akan menundanya.”
“Tidak! Jangan! Maksudku, bukankah kamu di sana untuk berbisnis. Kamu akan kehilangan banyak uang.”
“Aku tidak apa-apa. Aku akan di sini denganmu.”
“Tapi aku merasa tidak enak. Kamu pergilah, aku tidak apa-apa di rumah sendirian.”

KAMU SEDANG MEMBACA
I Have Two Husband's
Roman d'amourDia mengatakan suamiku. Aku mempunyai dua suami. Bagaimana bisa? Apakah pria ini mencoba menipuku.