Arin menyentuh perutnya dengan senyum tak menyangka. Malam ini, ia dan Aska berada di ranjang yang sama dan laki-laki itu sedang tertidur pulas karena lelah setelah melampiaskan segala kerinduan yang tak tertahankan.
Wajahnya dan wajah Aska begitu dekat, Aska terlihat sangat damai dan tenteram. Semuanya begitu mendadak, begitu gila dan sangat tidak disangka-sangka, layaknya seperti negeri dongeng.
Ayahmu ada di sini dan kita akan bahagia bersama Bisik Arin sambil memandangi perutnya yang terbungkus selimut. Arin bangkit dan duduk di ranjangnya.
Sekarang Arin akan bertindak egois untuk dirinya sendiri; Memiliki Aska seorang diri. Perceraian Aska dan Nana bukan perkara yang mudah namun dengan doa yang mengalir deras. Akhirnya mereka terpisah.
Arin beruntung karena Aska tidak pernah meninggalkannya lagi. Arin beruntung memiliki Aska dan merasa kasihan kepada Nana karena sudah menyia-nyiakan laki-laki itu, Arin juga sangat berterima kasih kepadanya karena perlakuan Nana membuat Aska datang padanya.
“Kamu belum tidur?” Aska bertanya, ia juga bangkit lalu duduk memandangi Arin yang sekarang sudah menjadi miliknya.
“Seharusnya kamu bertanya, apakah kamu sudah bangun? Ini sudah pagi Tuan Jaguar.
Sebuah senyum kembali tergurat di wajah Aska. Pria itu menarik selimut yang membungkus Arin agar bisa melihat semuanya dengan lebih jelas.
“Apa yang kamu lakukan?” Arin menekuk kakinya. “Kamu tidak melakukannya lagi kan?”
“Lalu untuk apa lagi kamu bangun?”
“Aku harus pergi kerja.”
“Aku bisa memberimu uang!”
Hanya itu kata-kata yang keluar dari bibirnya karena Aska mencium bibir Arin. Ia mencumbunya dan menggiring Arin untuk berbaring.
Pria itu ingin menaklukkannya di pagi hari seperti sekarang ini. Arin mendorong Aska, dan Aska harus kecewa.
Aska memeluknya erat-erat, gadis itu membalikkan tubuhnya menerima pelukan suaminya dengan tangan terbuka, ia membiarkan kepalanya berbaring di dada Aska dan mulai mendesah saat Aska kembali menyentuh tubuhnya.
“Kapan kamu akan mengatakan kepadaku?” Tanya Aska.
Arin menengadah menatap wajah Aska heran. “Mengatakan apa?”
“Tentang kehamilanmu!”
“Bukannya kamu sudah tahu saat melamarku?”
“Aku tahu dari bentuk tubuhmu tapi aku belum tahu dari bibirmu langsung.”
Arin lalu mengulurkan tangannya menggapai sebuah amplop yang berada di nakas. Sejurus kemudian Amplop itu sudah berpindah tangan ke tangan Aska dan laki-laki itu membukanya. Arin menunggu ekspresi Aska selanjutnya, Aska hanya terperangah.
“Ekspresi apa itu? Kamu sudah tahu sebelumnya jangan membuatku takut!”
“seharusnya saat kamu merasakannya kamu mengatakan padaku, seharusnya kita memeriksakannya bersama-sama ke klinik, seharusnya…”
“Kita akan mulai kehidupan yang baru dan berhentilah menggerutu!” potong Arin.
Aska menggigit bibirnya lalu tersenyum. Ia menyentuh perut Arin dan membelai di sana.
Aska memandangnya dengan sangat dalam, lalu kembali menciumnya. Ia merasakan sensasi yang luar biasa saat Aska menciumi sekujur tubuhnya tanpa terlewatkan sedikit pun. Dan pagu itu benar-benar tidak ada suara lain yang keluar dari mulutnya kecuali desahan dan erangan.
Kehamilannya bahkan membuat tubuhnya lebih sensitif sehingga dalam waktu singkat keduanya sudah mencapai klimaks yang membanggakan.
...
Aska dan ketampanannya yang luar biasa, senyumnya yang menggoda, kulitnya yang putih bersih bersinar bagaikan berlian sudah membuat Arin tergila-gila. Bahkan ia tak ingin berlama-lama berjauhan dengan Aska.Mungkin ini juga dipengaruhi oleh hormon ibu hamil. Arin sempat ragu saat memasuki kantor Aska.
Tuduhan demi tuduhan sebagai wanita perebut lelaki orang masih saja melekat pada dirinya. Meskipun masalah yang satu itu, sudah beres dari kemarin-kemarin.
Arin seakan menulikan telinganya karena bisikan-bisikan yang tak sengaja ia dengar.
Mata Arin bisa menangkapnya. Aska ada di sana duduk di kursi kebesarannya dengan wajah kesal.
Arin hampir luluh dan membatalkan langkahnya.
“Arin!”
“Bitna,” ucap Arin.
“Ya ampun Nyonya Presdir kita sedang hamil. Kamu di sini untuk menemui Presdir. Aku harap kamu bisa memperbaiki moodnya. Dari tadi pagi, dia terus saja mengomel. Ups apa aku kelewatan?”
Arin hanya mengangguk.
Mata Bitna membesar. “Baiklah, aku akan pergi. Aku di sini terlalu banyak mengoceh.”
Saat kepergian Binta, lantas Arin langsung masuk ke kantor Aska.
“Apa aku mengganggu harimu pak Aska?”
Aska yang tadinya fokus pada dokumen langsung saja mendongak saat suara yang begitu ia kenal terdengar di sana.“Sayang, kamu di sini?”
“Kejutan!”
Aska buru-buru bangkit dari duduknya dan langsung memeluk Arin dengan dekapan mesra syarat akan kerinduan yang mendalam.
“Apakah aku mengganggumu?”
“Tidak! Tidak sama sekali.”
“Duduklah! Aku akan memesankan makanan untukmu.”
“Tidak perlu. Aku ke sini membawakan makan siang untuk kita berdua.”

KAMU SEDANG MEMBACA
I Have Two Husband's
RomansaDia mengatakan suamiku. Aku mempunyai dua suami. Bagaimana bisa? Apakah pria ini mencoba menipuku.