18 - Bunda

12.5K 764 6
                                    

Arka sudah berangkat ke kantor sebelum Keyra tiba. Jadi kini mereka sarapan hanya berempat.

Sedari tadi ruang makan dihiasi Raka dan Rafa yang asik berceloteh.

"Bunda kok daritadi diem aja sih?" tanya Rafa pada Keyra yang sedari tadi larut dalam pemikirannya sendiri.

"Ah? Hmm,, miss lagi ada yang difikirin tadi" elak Keyra.

"Bunda gak suka ya dipanggil bunda sama Raka sama Rafa?" tanya si sulung sedih.

"Eh? Enggak gitu sayang"

Keyra memandang oma Gina meminta bantuan.

"Raka,, Rafa,, bunda Keyra bukannya gak suka, tapi belum kebiasa kalian panggil bunda" kata oma Gina menengahi.

"Kalo gitu aku sama abang panggil bunda terus ya biar bunda kebiasa" usul si bungsu dengan polosnya.

Keyra hanya tersenyum canggung, tidak tau harus menjawab apa. Ia ingin menyelesaikan semua kesalah pahaman ini, namun tatapan antusias dari kedua bocah dihadapannya membuat ia jadi tak tega.

"Bunda kapan pindah ke sini? Nanti kita bobo bareng ya" kata Raka antusias.
"Iya! Nanti bunda tiap malem bacain aku sama abang buku cerita ya sebelum bobo"

Keyra tak langsung menjawab, ia hanya memberi senyum canggung pada kedua anak itu.

"Eum,, Raka,, Rafa,,, bunda gak akan pindah ke sini" kata Keyra berusaha sehati - hati mungkin dalam berkata.

"Kenapa? Kan kalo bunda sama papa nikah berarti bunda satu rumah sama kita" jawab Raka.

Keyra pun bangun dari duduknya dan menghampiri Raka dan Rafa yang duduk diseberang meja makan. Ia memegang tangan kedua anak itu dan mengelusnya perlahan.

"Karna bunda sama papa gak akan nikah"

Raka dan Rafa diam, berusaha memahami apa yang Keyra katakan barusan.
"Kenapa gak nikah?" celetuk Rafa.

"Pernikahan itu terjadi karna dua orang dewasa saling mencintai. Tapi papa sama bunda gak saling cinta"

"Kenapa?" tanya Raka kecewa, "Berarti bunda gak sayang sama aku sama Rafa?"

"Enggak gitu sayang. Bunda sayang sekali sama Raka dan Rafa, tapi sayangnya bunda ke papa gak sebesar sayangnya bunda ke kalian"

"Terus kalo sayangnya enggak besar gak bisa nikah?" tanya si bungsu penasaran.

"Iya, kalau sayangnya gak besar gak bisa nikah. Nanti yang ada papa sama bunda malah berantem tiap hari"

"Kalo gitu, gimana caranya biar bunda bisa sayang sama papa?" Rafa kembali bertanya dengan polosnya.

Keyra pun kehabisan kata - kata untuk menjawab pertanyaan dua bocah dihadapannya.

"Kata temen aku, papa mamanya sebelum nikah pacaran dulu. Kalo bunda sama papa pacaran dulu, sayangnya bunda ke papa bisa jadi besar gak?" tanya Raka mengusulkan ide yang membuat Keyra tak habis fikir.

Keyra melirik pada oma Gina meminta bantuan, ia benar - benar sudah buntu harus menjawab apa lagi.

"Raka,, Rafa,,, gak boleh maksa gitu sayang" kata oma Gina.

"Aku gak maksa Oma, aku ngusulin ke bunda. Siapa tau kalau bunda sama papa pacaran nanti bunda jadi sayang sama papa, seperti bunda sayang sama aku dan Rafa"
"Iya! Kalo bunda sama papa nanti udah saling sayang nanti baru deh nikah!" sambar sang adik dengan polosnya.

"Tapi kan walaupun bunda Keyra gak nikah sama papa Arka, kalian masih bisa ketemu. Nanti kalau kalian kangen tinggal hubungi aja, pasti bunda Keyra ke sini" kata oma Gina berusaha menjelaskan.

"Tapi aku mau punya bunda" cicit Rafa menjawab.
"Abang juga"

Keyra yang mendengar jawaban mereka tak tega. Ia mengelus rambut Raka dan Rafa perlahan.

"Bener kata oma Gina, bunda sayangggggg banget sama kalian. Walaupun bunda sama papa gak nikah, kan kita masih bisa ketemu. Nanti kalau Raka mau ditemenin main bola, Rafa mau dibacain cerita, atau sekedar kangen sama bunda bilang aja ya. Kalau bunda lagi luang pasti bunda ke sini"

Keyra memandangi mereka penuh harap, berharap kedua bocah dihadapannya mau mengerti. Ia amat merasa bersalah, tapi kenyataan yang pahit jauh lebih baik daripada kebohongan yang manis bukan?

"Janji?" tanya Rafa membawa kelingkingnya ke hadapan Keyra.

Kelingking itu pun disambut Keyra dengan senang hati.

"Janji"

"Aku masih boleh panggil bunda kan?" tanya Raka memohon.

Keyra yang melihatnya pun tak tega dan lantas mengiyakan permintaan anak itu.
"Iya sayang boleh"

"Bunda bakal sering ke sini kan?" kini gantian Rafa yang bertanya.

"Iya sayang, bunda pasti sempetin untuk sering ke sini"



Oma Gina tersenyum miris melihat pemandangan didepannya. Ini semua karena dirinya yang terlalu gegabah menyebarkan berita yang belum pasti kepada kedua cucunya. Ia memberi mereka harapan besar mengenai Keyra yang akan menjadi ibu sambung mereka, namun kemudian harapan itu dipatahkan oleh kenyataan.

Ia amat berharap wanita dihadapannya benar - benar menjadi sosok bunda didalam hidup kedua cucunya.


Married With Mr. IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang