Keyra mengikuti langkah suaminya dengan beribu pertanyaan. Apa yang tadi ia dengar tidak salah? Sejak kapan prianya ada di sana? Apa tadi Arka mendengar segala percakapannya dengan Josephian? Atau apa jangan - jangan prianya salah paham dengan yang dilihatnya barusan?
Dirinya ingin mengungkapkan segala pertanyaan yang terlintas diotaknya namun ia urungkan karena melihat sikap Arka yang sedari tadi bungkam tak bersuara.Setelah berjalan beriringan untuk beberapa saat akhirnya mereka kembali ke kantor Arka. Di lobi kantor Bima sudah menunggu dengan mobil Arka yang sudah terparkir rapih. Kunci kendaraan beroda empat itu langsung Bima serahkan kepada pemiliknya.
"Thanks Bim" kata Arka singkat yang dijawab dengan acungan jempol oleh sekretaris sekaligus sahabatnya.
"Hati - hati di jalan bos"Dengan sigap Arka membukakan pintu penumpang untuk wanitanya dan melepas genggaman tangan yang sepanjang jalan tadi tertaut.
Entah kenapa hati Keyra jadi menciut padahal dirinya tau betul Arka melepaskan genggaman mereka karena akan menyetir mobil namun tetap saja rasanya ia tak ingin genggaman hangat itu terlepas.
Kini Arka sudah duduk dibalik kemudi dan langsung menyalakan kendaraan itu membelah ibu kota disiang hari.
"Tadi jadi beli cemilan?" tanya Arka memecah keheningan diantara mereka.
Keyra nampak memerhatikan suaminya sebentar sebelum menjawab, prianya nampak tenang dan tentu saja tampan. Tak ada raut amarah terlihat diwajah pria itu yang membuat Keyra merasa agak lega.
Gelengan pelan ia berikan sebagai jawab, "Enggak, tadi jadinya pesan kopi aja"
Arka mengangguk - angguk mendengar jawaban wanitanya, pandangannya masih terfokus pada jalanan yang sedikit macet dijam makan siang.Keyra nampak berfikir sejenak, dirinya harus memastikan segala pertanyaan yang sedari di cafe mengganggunya.
"Mas marah ya?" cicit wanita itu pelan pada prianya.Sebelah alis Arka terangkat, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan wanitanya, "Marah?"
Anggukan kecil Keyra berikan.
"Kenapa marah? Memangnya kamu ada buat salah hm?" tanyanya sembari melirik wanita yang kini tertunduk lesu disebelahnya. Arka sangat gemas dengan Keyra sekarang, kenapa bisa wanitanya menganggap kalau dirinya kini sedang marah? Apakah raut wajahnya kini nampak menyeramkan bagi wanita itu?
Jika tidak ingat dirinya kini sedang menyetir, ingin sekali rasanya saat ini juga ia menghamburkan dirinya pada Keyra dan memberi pelukan serta kecupan gemas pada wanita itu.Gelengan kini Keyra berikan sebagai jawab, "Enggak, tapi mas aneh" cicitnya menjawab. "Tadi aku ngobrol sebentar aja kok sama kak Jo soalnya dia bilang ada yang mau diomongin"
Keyra tau Arka sama sekali tak menuntut penjelasan atas kejadian di cafe tadi, tapi dirinya merasa bahwa dia harus menjelaskan apa yang terjadi agar tidak ada kesalahpahaman terjadi diantara mereka.Kini lampu lalu lintas berubah merah, Arka meraih tangan Keyra dan mengelusnya pelan.
"Dia gak ngomong aneh - aneh kan? Gak ada kata - kata dia yang nyakitin kamu?"Keyra diam sejenak menimang pertanyaan Arka kemudian menggelengkan kepala sebagai jawab. Melihat jawaban wanitanya Arka pun tersenyum lega, dirinya tak mau lagi ada salah paham terjadi diantara mereka akibat omong kosong Josephian.
"Good, kalau dia ada ngomong macam - macam bilang saya aja oke?"
"Iya mas"
Keduanya saling menatap dengan senyum yang manghiasi wajah masing - masing. Kontak mata itu baru terputus ketika akhirnya lampu jalan berubah hijau menandakan mereka harus kembali melaju membelah jalanan ibukota siang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr. Ice
ChickLitArka Adyatama, kehilangan istrinya 5 tahun yang lalu saat ia melahirkan kedua anak kembarnya yang lucu. Rasa sakit dari kehilangan orang yang ia cintai ini membuat dirinya menjadi pribadi yang tertutup dan dingin kepada orang lain. Raka Adyatama & R...