Duh weekendku jadi makin produktif gara-gara mulai nulis di sini😀
And, guys please help to share this story if you don't mind. Hihi
Seneng aja rasanya pas banyak yang baca❤
Check this out!
**
Pagi ini Irine sengaja datang lebih awal untuk menyiapkan lima dokumen yang harus di-submit sekaligus untuk ekspor ke Vietnam, Italia, dan Russia. Kalau sudah satu vessel dengan beberapa destinasi negara ekspor seperti ini tentu akan membuat Irine harus lebih cepat menyiapkan dokumennya. Alasannya gak lain karena jadwal closing time yang sama untuk semua dokumen. Dengan datang lebih awal seperti ini dia bisa mencuri start dan nanti tinggal meminta bantuan Ifan untuk final document checking. Tujuannya agar cowok itu bisa segera menjalankan operasionalnya untuk mendatangi liner dan forwarder yang sudah ditunjuk oleh Integra Utama. Irine hanya akan direpotkan di awal penyiapan dokumen dan checking dokumen pengapalan nanti.
Mengingat belum mengisi perutnya pagi ini, buru-buru dia menuju pantry untuk mengambil piring dan sendok agar bisa terlebih dahulu makan nasi bungkus yang tadi sempat dibelinya. Sebelum maag yang dipunya meradang lagi.
Jegrek.
"Mbak, bisa minta tolong dimana kotak p3knya?" Tanya Dion tanpa melihat siapa yang datang. Dari bau parfum yang manis dia bisa menebak bahwa yang barusan masuk adalah perempuan.
Melihat Dion berdiri sambil memencet pergelangan tangan kanannya yang terluka cukup dalam dengan air dari wastafel, membuat Irine tergopoh dan sedikit panik. Tanpa meletakkan tas yang dibawanya, Dia langsung saja memegang pergelangan tangan Dion tanpa sadar.
"Kok bisa kaya gini Pak?"Tanyanya cepat sambil membantu menekan agar darah terus keluar.
"Tadi saya masuk ke ruangan buru-buru, gak sengaja nyenggol sertifikat di meja. Niatnya saya beresin karena belum melihat ada OB yang datang. Malah jadi kaya gini."
"Gini deh kalau cowok dibiarin bersih-bersih. Gak malah bersih adanya nambah masalah doang."Cerewet Irine tanpa melihat lawan bicara.
Irine yang baru menyadari bahwa dia overacted hanya bisa merutuki setiap kata yang telah keluar dari mulutnya. Dia hampir saja lupa kalau Dion adalah salah satu atasan sekaligus pegawai baru yang wajar saja belum sepenuhnya mengenal dengan spesifik dimana tempat penyimpanan di kantor.
"Eh, maaf Pak. Tangannya malah saya pegang. Bapak lanjutin dulu saja, biar saya bantu ambilkan kotak p3k. Gak ada maksud apa-apa kok, Pak. Mohon maaf sekali lagi." Tambahnya setelah sadar apa yang dia lakukan.
Yang diajak bicara malah diam dan gak ada niatan menjawab. Memang benar kata Sasa, Dion bisa bikin siapa pun mati gaya saat bersamanya. Sial.
Setelah itu Irine pun keluar dan kembali dengan membawa kotak p3k. Dengan cekatan dia mengambil alkohol, kasa dan plester. Meraih pergelangan tangan kanan Dion yang terluka dan membantu cowok itu membalutkan kasa. Irine hanya berpikiran untuk membantu orang yang berada dalam kesulitan. Tentu semua itu terjadi dalam suasana yang hening dan benar-benar awkward.
Jegrek.
Dua orang tersebut kemudian menoleh pada pintu yang terbuka. Kabar buruk untuk Irine karena yang barusan datang adalah Rio. Dengan cepat Dia berusaha mengubah ekspresi keterkejutan di wajahnya.
"Eh, maaf guys? Cuma mau ambil piring doang." Rio memulai obrolan untuk memecah keheningan.
Rio buru-buru keluar setelah mengambil piring. Dilihatnya Irine masih sibuk membersihkan sesuatu pada tangan Dion.Jegrek..
Tak lama kemudian pintu terbuka lagi dan memunculkan Rio dengan muka memelas. Rio menyadari bahwa posisi ini sungguh tidak menyenangkan. Buat dirinya. Walaupun tidak memiliki niat apapun, tapi tetap saja awkward moment itu makin menjadi. Ibaratnya dia masuk di saat-saat yang kurang tepat."Ternyata gue kelupaan sendoknya hehehe." Tambahnya beberapa saat kemudian.
Tawa yang dipaksakan itu membuat Irine dan Dion pun sama-sama merasa kikuk. Buru-buru Irine membereskan kotak p3k dan mengambil alat makan yang dari awal dia niatkan. Sebelum obrolan malah jadi luber kemana-mana.
Posisinya yang dari awal telanjur membantu Dion pun menjadi serba salah. Masa karena kedatangan Rio tiba-tiba Irine harus menghentikan tangannya yang sedang membalutkan kasa di tangan Dion. Terlalu gak masuk akal dan malah akan membuat keadaan terlihat makin aneh.
Dia tidak menyangka bahwa Rio akan datang sepagi ini dan melihat semua yang terjadi. Hal yang paling dia rutuki kenapa harus Rio orangnya, bukan yang lebih manusiawi saja. Bisa-bisa dia jadi bahan ledekan orang sekantor selama sepekan atau lebih.
"Gue cuma bantu, Pak Dion gak tahu tempat first aid-nya." Bisik Irine saat berhasil mensejajarkan langkah dengan Rio.
"Lah, emang ada yang tanya Bu? Gue bukan infotaiment yang butuh klarifikasi, kok." Ledek Rio seperti biasa. Namun kali ini dengan nada yang terdengar super menjengkelkan bagi Irine.
Sekarang Irine hanya berharap bahwa Rio dengan baik hati melupakan kejadian tadi. Walau sepertinya akan mustahil mengingat bagaimana tabiat sahabatnya itu. Irine cuma bisa pasrah dan mencari kantong plastik merah sebesar mungkin untuk menyembunyikan mukanya jika yang terjadi justru malah sebaliknya.
**Sudah agak panjang nih guys. Wkwk
Your vomment would be appreciated!😉
KAMU SEDANG MEMBACA
LETTER OF INDEMNITY
ChickLitTerbiasa dalam menyelesaikan masalah ekspor impor walaupun terpentok regulasi antar negara nyatanya bukan jaminan hidup Irine jadi mulus-mulus saja. Apalagi ketika teman seangkatan di kantornya mulai menata kehidupan dengan memutuskan untuk switch c...