Pagi ini ada masalah di impor yang membuat Ifan seharian penuh cuma di kantor. Keterlambatan kedatangan raw material dari Eropa karena adanya Red Sea issue cukup mengacaukan jadwal produksi dan imbas terburuknya bisa luber hingga keterlambatan ekspor. Tentu ini bukan masalah kecil, karena dapat memengaruhi sales report bulanan. Hal yang dikhawatirkan nantinya akan memengaruhi target penjualan bulan ini. Sebaliknya bangku departemen PPC terlihat kosong karena semua timnya melakukan visit ke pabrik untuk menyelesaikan masalah ini
"Maksi yuk! Udah keroncongan nih." Ajak Rio
"Boleh sih, gila sepet banget gue hari ini." Ifan menimpali
"Baru juga sehari Fan. Gimana kita yang tiap hari harus liatin angka-angka. Apalagi kalau ada selisih nol koma. Jelimetnya mampus!" Rio gak mau kalah
"Udah ah, gak like gue. Adu nasib gini." Irine menjawab sambil terkikik
Makan siang kali ini cuma ada geng Exim dan Finance. Yang lain seperti masih enggan meninggalkan meja karena kerjaan yang menumpuk.
"Chaos gak ya mas bulan ini?"Mulai Irine
"Who knows, Rine? Kan lo tahu sendiri ini issue global. Pabrik mau gimanapun maksa barang cepat sampai. Tapi routing kan udah tanggung jawab shipping line. Kita cuma bisa bantu follow up sama track aja." Ifan menjawab panjang lebar sambil mengunyah ketopraknya.
"Gue juga udah mulai cek vessel kita kemarin. Untungnya ekspor aman. Transhipment-nya gak ada via Red Sea." Irine menambahi.
"Oh iya, PPC belum kelihatan balik ya." Ifan mengubah obrolan
"Udah jangan digosipin, takutnya ntar Pak Dion tiba-tiba muncul terus minta aneh-aneh ke kita."
"Hahahahahah, jadi lo kan yang gak santai Rio." Ifan tertawa puas.
Omongan Rio seperti direstui alam, Dion dan Zeri muncul dari balik pintu dan berniat untuk gabung dengan Irine dan yang lain. Air muka mereka terlihat sangat lelah dengan rambut yang acak-acakan.
"Aman Zer?" Tanya Ifan
"Kacau sih Fan, kayanya nanti bakal ada meeting lanjutan lagi. Ini kita lagi mau ambil data-data yang masih di kantor."Zeri menjawab dengan suara yang melemah.
"Oh iya, nanti perwakilan exim tolong join meeting di pabrik ya. Soalnya zoom gak akan kondusif. Lagi mumet semua." Tambah Dion
"Baik Pak." Irine dan Ifan kompak menjawab
**
"Dek Irine tolong ya wakilin Exim. Gue masih ada urgent impor nih."Ifan membuka obrolan. Menambahkan kata 'Dek' agaknya seperti rayuan maut untuk Irine.
"Oh.. iya Mas chill." Jawab Irine singkat sambil membereskan mejanya.
Kring..
"Halo iya Zer, oke oke." Tutup Ifan
"Rine ditunggu di depan tuh." Ifan menginformasikan kepada Irine
"Semangat Rine! Lo emang pegawai terbaik di kantor." Seperti biasa Rio mencoba meramaikan suasana.
"Oke duluan guys. Sisain Japotanya, jangan dihabisin!"
"Yaela Rine... masih inget aja udah ditunggu tuh."
"Iyalah.. harus diingetin terus. Tikus gue gragas, sih!"
"Sarkas ya mba..udah sana ati-ati lo!"Pungkas Ifan sambil melambaikan tangan biar cewek itu segera pergi.
Irine pun beranjak dari kubikelnya menuju lobi. Terlebih dulu dia menanyakan GA untuk driver yang bertugas hari ini. Namun sepertinya gak ada mobil yang tersisa. Karena semua sudah terpakai duluan oleh departemen lain. Hanya menyisakan driver khusus direktur yang stand by dan tidak mungkin bisa dipakai seenaknya.
"Buru Rine!" Suara itu cukup mengagetkan Irine yang masih memikirkan dengan siapa dia akan berangkat.
"Cuma berdua aja Pak?" Tanyanya kepada Dion sekenanya
"Iya kalau rame-rame dikira ngajakin masa demo."
"Kirain ada Zeri." Ucap Irine pelan seperti hanya bisa didengar sendiri.
"Kamu nge-crushin Zeri? Yah.. sayang banget dia lagi handle kantor."
Pertanyaan terakhir yang keluar dari mulut Dion hanya didiamkan saja oleh Irine. Bagi Irine justru terdengar seperti ejekan dan childish banget. Lagian Dion juga bukan atasan langsung Irine. Jadi cewek itu 'mencoba' lebih santai dalam menanggapi, gak seperti dulu yang selalu dibawa serius.
Dion membuka kunci HRV miliknya dan mewanti-wanti agar Irine duduk di depan. Irine melihat ada Japota berbagai rasa yang bertengger di dashboard mobil Dion. Melihat snack itu mood Irine seperti membaik, namun dia tersadar bahwa belum tentu Japota itu untuknya. Jadi dia diam saja melihat pemandangan dari samping kaca mobil.
"Kamu bisa makan camilan di dashboard. Duduk depan karena saya bukan ojol." Buka Dion mencoba memecah keheningan dan seperti paham isi hati Irine.
"Boleh saya makan Pak?"
"Iya ambil aja. Saya lihat kalian sering rebutan Japota. Tadi lagi ada promo jadi saya ambil banyak."
"Ciee Pak Dion diam-diam perhatiin kita nih." Timpal Irine sambil membuka Japota Honey Butter-nya.
"Ya gimana lagi. Suara kalian kenceng banget sampai nembus pintu saya."
"Ampun Pak." Jawab Irine dengan kekehan mencoba mengimbangi Dion yang sedang bercanda.
**
Meeting akhirnya selesai pukul 18.30, semua orang terlihat lusuh dan lelah setelah melakukan pembahasan hari ini. Terlihat proyektor yang memunculkan gambar tabel dan diagram itu akhirnya dimatikan juga. Dion dan Irine yang duduk bersebelahan terlihat sibuk mengemasi 'peralatan tempur' yang ada di meja.
"Mohon maaf Pak, ini saya balik ke kantor sama Pak Dion kah?" Irine memberanikan diri bertanya, mengingat tadi mereka berangkat tanpa driver dan menggunakan mobil Dion. Akan gak sopan rasanya jika dia tiba-tiba memesan ojol tanpa basa-basi. Irine pun gak tahu apakah Dion akan langsung pulang atau akan ke kantor lagi.
"Ngapain ke kantor? Bikin permission aja. Kalaupun balik bisa-bisa makan 1-1.5 jam. Udah gak ada orang, Rine."
Irine semakin bingung dengan jawaban Dion. Dia gak menemukan pencerahan mengenai nasibnya setelah ini. Jawaban Dion seperti menggantung tanpa kesimpulan dia akan ke kantor atau tidak. Kebiasaan.
"Cepat Rine, udah kebas saya!"Seruan Dion menyadarkan Irine kemudian.
"Pak, ini saya nanti nebeng sampai depan aja. Pesan gojek di depan kayanya lebih cepat dapat driver-nya."
"Kenapa gak bareng aja Rine? Saya lewat Jatinegara kok. Rumah kamu daerah situ kan?"
"Kok Bapak tahu? Saya belum pernah bilang deh, Pak."
"Barusan Pak Dayat whatsapp, katanya kamu aset penting di Exim. Jadi harus dijaga baik-baik." Terang Dion panjang tanpa memalingkan muka.
"Ohh.. makasih banyak ya Pak. Walaupun suka dadakan beliau memang baik."
"Tapi ngereportin saya jadinya! Berarti saya juga baik kan sekarang ini?" Seloroh Dion kemudian.
"Kalau baik beneran biasanya gak minta validasi sih, Pak."
"Jawab mulu kamu!"
**
Ditunggu vomment-nya guys!
Semoga bisa sering² update dan selesai tahun ini😁Kritik saran ataupun apapun just leave a comment ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LETTER OF INDEMNITY
ChickLitTerbiasa dalam menyelesaikan masalah ekspor impor walaupun terpentok regulasi antar negara nyatanya bukan jaminan hidup Irine jadi mulus-mulus saja. Apalagi ketika teman seangkatan di kantornya mulai menata kehidupan dengan memutuskan untuk switch c...