BAB 17

28 9 0
                                    

Hai hai guys!!
Semoga masih ada yang nungguin. 
Enjoy the story ya..

**

Hari ini Ifan gak masuk, artinya Irine akan jadi super sibuk. Selain handle kantor cewek itu juga harus menemui klien di luar seperti yang biasa dilakukan Ifan. Sekitar pukul 13.30 Irine baru sampai di kubikelnya. Suasana kantor terlihat sibuk seperti biasanya. Semua orang terlihat sibuk dengan laptop masing-masing.

Irine seperti akan tersedak air putih dalam tumblernya. Matanya hampir saja copot dan jantungnya mendadak berdegup lebih cepat. Pandangan Irine menangkap sosok Nares yang sedang menuju ke arahnya. Tidak, lebih tepatnya ke ruang meeting yang harus melalui mejanya. Ini bukan mimpi. Semuanya berjalan normal, kalau saja Nares tidak berhenti di kubikelnya dan menatap Irine sebentar lalu tersenyum dengan menaikkan alisnya. Disapa seperti itu tentu membuat Irine melted. Apalagi senyum Nares yang seperti khusus ditunjukkan untuknya. Beruntung Ifan gak melihat moment langka begini.

Namun rupanya Irine salah. Ketika Nares sudah melewati mejanya, Irine memergoki pandangan mata Rio yang tak lepas darinya dengan jail.. Irine ke-gap sama Rio. AH! Kenapa sih selalu Rio?!

Nares Pratama : Kopinya hari ini bisa Rine?

Irine : Ok

**

Akhirnya Nares selesai juga dengan meeting-nya hari ini. Dia melihat balasan singkat yang dikirim oleh Irine. Senyum tipis tersungging di wajahnya yang terlihat lelah sore itu. Akhirnya dia memiliki kesempatan ini. Hang out sebentar dengan Irine sepertinya akan menyenangkan. Hal yang ingin dia lakukan sejak dulu namun urung dilakukan karena bingung untuk mengaitinya. Kalau dipikir-pikir mereka memang sudah saling mengenal tapi rasanya gak pernah ada moment yang pas untuk sekedar ngobrol. Cuma sebatas tahu satu sama lain. Mungkin itu adalah deskripsi yang paling tepat untuk menggambarkan hubungan keduanya.

"Udah, Rine?"Nares menghampiri Irine yang terlihat membereskan laptop di mejanya.

"Iya, udah kok."Lalu Irine berpamitan ke yang lain.

"Ati-ati mas, Irine suka gigit kalau lagi lapar!"Rio usil menggoda seperti biasanya.

"Iya mas makannya banyak tuh! Apalagi jam-jam genting gini!"Selanjutnya Dewa ikut-ikutan nimbrung. Mereka seperti sekongkol menjelek-jelekkan Irine di depan Nares. Paling gak bisa deh lihat hidup Irine tenang sedikit. Sukanya matiin pasaran.

"Ih resek deh. Yuk Res, gak usah didengerin. Emang gitu fans-fans gue. Hahaha."

**

Irine masuk ke dalam Civic RS putih Nares yang terparkir di basement kantornya.

"Berantakan ya Rine?"

"Enggak kok Res. Ini termasuk rapi buat mobil cowok. Ada yang lebih parah."

"Hahaha, thanks to you. Dipuji nih gue?"

"Eh.. iya lagi."Jawab Irine mendadak kikuk padahal saat di kantor dia bisa lancar membalas bully-an Rio CS.

Irine tahu kalau Nares mencoba membuka topik dan berusaha mencairkan suasana. Tapi Irine masih bingung bagaimana meresponsnya. Irine berusaha menunjukkan image terbaiknya yang justru malah membuat keadaan jadi garing. Obrolan yang dimulai Nares pun terhenti. Irine memeriksa ponselnya untuk mencari kesibukan. Jaim parah kalau deket crush! Bingung harus ngapain lagi. Padahal kan biasanya juga sebagai penumpang cukup duduk manis aja adalah hal yang wajar.

Ting..

Irine melihat notifikasi di ponselnya. Dibukanya chat dalam grup yang berisikan staf-staf muda di kantor. Awalnya grup ini dibentuk untuk memudahkan titip-titip maksi atau jajanan kalau ada yang lagi di luar.Tapi makin lama isinya makin beragam. Hal-hal receh hingga gosip-gosip terbaru di kantor semuanya ter-spill dengan apik di dalam grup ini.

LETTER OF INDEMNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang