BAB 16

55 10 2
                                    

Hari Minggu ini dihabiskan Irine di rumah saja. Menikmati waktu di rumah dengan me-time bagaikan reward terbesar yang selalu ditunggu. Daripada jalan-jalan ke mall lebih seru di rumah sambil menonton serial Netflix favorit. Chill. Umur-umur segini sudah cukup di hari Senin-Jumat saja 'menyiksa' diri. Walau sebenarnya kalau dibilang menyiksa juga kurang tepat sepertinya, karena ada pundi-pundi rupiah yang di-transfer tidak pernah telat ke rekening setiap bulan.

Ting!

Irine melirik sekilas pop-up di ponselnya.

Nares Pratma menyukai story anda.

@narespratama : 8 sih kalau kata gue 😊

Ada sekelumit bahagia dan rasa deg-degan yang mencuat dalam diri Irine saat membaca notifikasi yang barusan masuk. Nares.. satu kata yang otomatis membuat senyum di bibir Irine mengembang. Cowok yang pernah dia taksir semasa kuliah sedang mengomentari postingan-nya. Ini adalah obrolan kedua setelah Nares mengirim whatsapp terakhir kali untuk menyimpan nomornya.

Sebenarnya mereka sudah saling follow sejak lama. Kalau tidak salah dari kuliah. Irine ingat dengan baik kelakuan Nares yang cukup membuat dia salah tingkah. Tidak ada angin tidak ada hujan, malam sepulang FGD tiba-tiba semua media sosialnya itu diikuti oleh Nares. Tapi mereka gak saling menyimpan nomor satu sama lain. Biasanya mereka sebatas saling melihat story satu sama lain. Sekarang, cowok itu justru melakukan hal di luar kebiasaannya.

@irine.k : ngikutin juga Res? Gamon parah sama Anya Taylor-Joy

Irine memiliki kebiasaan me-review dengan memberikan rating pada film yang dia rasa bagus setiap kali menamatkan series-nya di Netflix. Sebelumnya dia membagikan poster The Queen's Gambit yang baru selesai dia tonton maraton dari Sabtu malam. Dia tidak menyangka kalau Nares memiliki interest yang sama. Semakin membuat Irine kepo dengan kehidupan pribadinya.

Irine sebenarnya rajin stalk akun cowok itu. Dia tahu kalau Nares punya band saat kuliah, dia suka dengan alam karena sering membagikan aktivitasnya ketika mendaki, kalau tidak begitu camp dengan teman-teman cowoknya di pantai, kadang juga ikut running event. Pokonya Nares suka hal-hal berbau sporty. Menurut Irine, Nares termasuk one of attractive men. Gak cuma pemikiran dan wawasannya yang keren, tapi skill lainnya itu loh.. Biasanya cowok pintar atau cerdas gak menarik. Paham gak sih? Nerd, Kaku, a little bit boring, tapi Nares seperti mematahkan teori-teori tersebut.

Syukurnya Irine juga gak pernah melihat dia mengunggah kebersamaan dengan cewek. Sedikit melegakan. Setidaknya Irine punya kesempatan besar untuk mengagumi cowok itu sepuasnya. Terlebih sekarang pekerjaannya bersinggungan dengan Nares. Membuat kesempatan seakan makin besar. Tapi masa iya cowok seserba bisa itu akan menyukai Irine yang hidupnya monoton begini?

**

"Rine, gimana Damar menurut lo?"Tanya Rio saat Irine baru duduk di kursinya.

Itu adalah pertanyaan yang wajib ditanyakan Rio ataupun Ifan setidaknya dua kali dalam sebulan. Dua orang ini biasanya akan berusaha comblangin Irine dengan kenalan atau teman entah darimana yang menurut mereka worth to get. Kalau Ifan punya satu nama, nanti Rio yang akan mencari tahu latar belakangnya melalui Linkedin. Memeriksa profil profesionalnya. Begitupun sebaliknya. Irine gak habis pikir sejak kapan Linkedin jadi ajang screening jodoh. Irine juga heran kenapa dua orang ini tiba-tiba peduli dengan kehidupan pribadinya. Yang awalnya mem-bully justru sekarang seolah 'membantu' Irine dalam menemukan pasangan. Saat ditanya alasannya, mereka bilang gak mau lihat Irine jadi perawan tua seperti Mbak Retno. Salah satu OB dari outsourcing yang kadang suka gantiin Pak Agus kalau lagi absen. Mereka khawatir jika Irine terlalu sibuk bekerja dan akhirnya jadi perawan tua yang galaknya kaya Mbak Retno.

LETTER OF INDEMNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang