Nares melirik jam digital di layar laptopnya yang menunjukkan pukul 17.00, jam-jam mager. Dia gak berharap banyak untuk bisa pulang tenggo, karena berkas-berkas itu masih menumpuk untuk diperiksa. Tiba-tiba ingatannya sedikit terusik oleh kemunculan Irine dalam hidupnya.
Sebenarnya dulu Nares pernah kepo dengan Irine. Biasalah cowok kalau ada yang bening dikit, tiba-tiba dikepoin semua sosmed-nya. Terus di-follow. Tapi bukan, bukan itu sebenarnya alasan Nares penasaran sama Irine.
Dia itu bukan tipikal cewek yang cantik banget, tapi juga nggak jelek. Bentuk wajahnya mungil, kulitnya kuning langsat terang, nggak putih mulus seperti definisi cewek cantik menurut kebanyakan cowok. Nggak tinggi tapi juga nggak pendek. Namun Irine enak aja kalau dipandang. Cantik tapi juga cute dan manis.
Nyatanya Nares mengagumi Irine dari sisi lain, an independent woman and naturally a typical woman leader mungkin itu deskripsi yang tepat. Dia dapat mengingat dengan baik bagaimana diskusinya dulu dengan Irine saat membahas salah satu topik agar bisa lolos dalam organisasi yang mereka ikuti. Cewek itu dapat mengimbangi kemampuannya dalam berpikir, gak hanya itu saja the way she presents and respects others successfully stole his attention at really first. Irine tahu kapan dia harus berbicara, kapan saatnya mendengar, dan bagaimana dia melemparkan jawaban untuk kemudian ditambahkan oleh Nares. Caranya dalam mengatur semua set sedikit banyak membuat keduanya lolos dan tergabung ke dalam organisasi tersebut. Walaupun punya kemampuan tapi Irine gak mau terlihat dominan dan menonjol. Dia tahu bagaimana membaca situasi dan menjadikan lawan sebagai kawannya. Mungkin terdengar berlebihan, namun memang begitulah Irine yang Nares ingat. Cerdas namun sopan.
Sekarang mereka dipertemukan kembali. Apa ini artinya Nares gak boleh sia-siain kesempatan yang ada? Dulu Nares belum benar-benar memulai sesuatu dengan Irine. Karena masih terlalu muda juga. Semoga kali ini keputusannya benar!
Nares Pratama : Sabtu nyobain Chinese restaurant baru yuk. Gue jemput ya?
**
Sesuai dugaan Irine, pagi-pagi cowok-cowok itu sudah nangkring di kubikelnya. Irine sudah bisa membaca kebiasaan mereka, semua seperti sedang menantikan hot news yang gak penting soal dirinya. Sedangkan dia datang sedikit terlambat, karena tidak bisa tidur dengan nyenyak. Membayangkan lembutnya perlakuan Nares semalaman. Welcome my butterfly era!
Finance cs, Sasa, Febri dan sekarang ditambah Zeri. Semuanya sudah mengambil posisi seperti sengaja menantikan kehadiran Informan. Kalau dilihat posisi kepala mereka sudah nunduk banget. Yang artinya, bahasan topiknya semakin memanas.
"Rine, gimana mas-mas cogan kemarin?"Ifan bertanya santai.
"Lah? Lo gak kenal mas sama gebetan Irine? Cakep banget mas. Ampun deh!" Sasa justru bertanya balik dengan semangat. Kebiasaan. Sedangkan Irine hanya pasrah menjadi pendengar.
"Hush.. enggak Sa. Itu temen gue. Jangan gosip!"
"Pacar juga gak pa-pa kok Rine. Kasian nih Febri akhirnya bertepuk sebelah tangan juga." Zeri ikut-ikutan berkomentar.
"Batal deh gue dibangunin rumah di surga. Febri, Marketing yang kapan hari, Damar, satu pun gak ada yang nyantol sama Irine, Fan." Rio menjabarkan semua cowok yang biasanya dia jodoh-jodohkan dengan Irine. Dengan muka sok dramatis andalan yang membuat lainnya tertawa. Karena dalam kepercayaannya, kata orang-orang kalau berhasil menyatukan pasangan hingga jenjang pernikahan imbalannya adalah rumah di surga.
"Udah lengkapin salat lo dulu aja Yo! Biar bisa bangun rumahnya mandiri. Belum tentu lo juga langsung ke surga, Kali aja dicuci beberapa tahun di... hahaha."Ifan justru gak berada di pihak Rio kali ini dan ikut-ikutan memberi serangan.
"IIIIIIHHHH Kak Ifan serem banget jokes-nya. Masih pagi."Sasa terlihat ngeri membayangkan perkataan Ifan sebelumnya.
"Eh iya.. siapa deh Rine?" Ifan mengembalikan topik semula.
"Temen lama. Anak D&C mas, dia pengganti Bu Rini yang pensiun terakhir."
"Sempit banget ya ternyata. Nares Pratama?"
"Heem."
"Kok jadi merah gitu sih mukanya?! Kita kan cuma nanya biasa."Dinda yang sedari tadi memerhatikan, sekarang ikut-ikutan godain Irine yang biasanya paling noob soal cowok.
"CIEE YANG LAGI KASMARAN CIEEE!!"Zeri tiba-tiba ikutan menjadi kompor, gak seperti biasanya.
**
Pukul 19.00 mobil Nares nampak terparkir sempurna di halaman rumah Irine. Gadis itu mengiyakan ajakan Nares untuk mencoba Chinese restaurant , Irine memang paling gak bisa rasanya menolak per-dimsuman duniawi.
Mamanya menyambut kehadiran Nares dengan ekspresi yang cerah. Setidaknya itu cukup melegakan mengingat sudah lama sekali putrinya tidak terlihat jalan bareng cowok beberapa tahun belakangan.
"Cuma berdua aja Rine di rumah?"Tanya Nares setelah mereka berada di dalam mobil.
"Iya. Bokap lagi keluar. Nganter katering."
"Oh pantes sepi. Berapa bersaudara Rine?"
"Gue berdua sih, ada adik yang masih kuliah di UGM. Lo sendiri Res?"
"Pemain tunggal kalau gue."
"Pantes, kesayangan banget pasti!"
"Iya dong. Tapi bisa jadi kesayangan lo juga gak Rine?"
"Eh?"
Pertanyaan Nares mendadak membuat Irine jadi salah tingkah. Kadang Irine gak bisa membedakan kapan Nares bercanda dan serius. Cowok ini terlalu spontan dan tidak memberikan waktu Irine untuk berpikir. Irine khawatir kalau sikap Nares yang seperti ini lama-lama bisa bikin dia geer. Nares sadar gak sih kalau damage-nya sebesar itu untuk Irine? Atau memang cowok ini selalu friendly ke cewek-cewek? Kan dia ganteng, pasti udah biasa gombal sana-sini. Hati-hati Rine, don't fall so fast for a guy!
**
Sesuai janji, karena kemarin sempet telat publish jadi aku up juga bab ini!! yeay!
Semoga suka dan selalu nantiin cerita ini ya.
Ditunggu vommentnya temen2 biar aku semakin semangat nulisnya heheheh :)
Have a nice day!
KAMU SEDANG MEMBACA
LETTER OF INDEMNITY
ChickLitTerbiasa dalam menyelesaikan masalah ekspor impor walaupun terpentok regulasi antar negara nyatanya bukan jaminan hidup Irine jadi mulus-mulus saja. Apalagi ketika teman seangkatan di kantornya mulai menata kehidupan dengan memutuskan untuk switch c...