2 ♡ HMFL

105 7 1
                                    


2 ♡ HMFL

Alara PoV

Aku turun dari motornya yang sudah terparkir di tempat parkir dan membuka helmnya.

"Hai Alara"

Aku menoleh pada seseorang yang menyapaku, lalu tersenyum padanya, ternyata dia adalah sahabatku.

"Hai juga Nadia"

Yaps, namanya Nadia, dia sahabatku semenjak SMU dan bisa dibilang kami cukup dekat sehingga kami memasuki jurusan yang sama.

Aku mengunci motorku terlebih dahulu dan menghampiri sahabatku yang sudah menunggu. Lalu kami berjalan menuju kelas kami.

"Alara, akhir pekan kamu bakal kemana?" Tanya Nadia

"Aku di suruh bunda untuk kerumah, katanya bakal ada acara keluarga, emangnya kenapa?"

"Oh, enggak" Lalu dia terdiam.

Aku merasa ada yang disembunyikan oleh Dina. Ketika hendak bertanya, seorang dosen muda nan tampan menyapaku.

"Hai Alara, Nadia"

"Oh, hai Pak Junior, selamat pagi" Sapaku dan Dina

"Mau masuk kelas ya?"

"Iya Pak" Jawab kami serempak.

"Mmm.. Alara, apa minggu depan ada waktu luang? Saya ingin berbicara pada Alara langsung" Ujar dosen yang masih terlihat muda itu

"Ooh.. Mungkin bisa pak, nanti saya kabari kalau ada waktu" Jawabku

"Oke, kalau begitu saya permisi" Pak Junior langsung pergi setelah itu

Aku mengernyitkan alisku heran, kok tiba tiba saja pak Junior ingin berbicara padaku, sungguh aneh.

"Yaudah yuk Ra, kita masuk kelas, keburu telat"

Aku mengangguk dan kembali berjalan menuju kelas.

Setelah jadwal jadwal kampus telah ku selesaikan, aku kembali ke apartemen.

Setelah membersihkan badanku yang terasa lengket, aku pergi ke dapur untuk membuat makan, perutku sudah keroncongan sejak tadi.

Karena sedang malas, aku memasak mie dan telur ceplok.

Ketika sedang menunggu, aku mendengar suara dering ponsel dari kamar. Akhirnya aku tinggal sebentar masakkan ku dan pergi ke kamar untuk mengambil ponsel.

Aku terkejut bukan main setelah melihat nama kontak yang tertera. 'Bang Arfa' itulah nama kontaknya.

Aku mengigit bawah bibirku. Rasa bingung, senang, bercampur jadi satu, ini pertama kalinya bang Arfa menelfon diriku.

Aku menggelengkan kepalaku, jangan terlalu berharap pada manusia yang belum tentu menjadi jodoh.

Aku mengangkat telfonnya.

"Assalamualaikum Ala, kok lama angkatnya?"

Aku masih menggigit bawah bibirku, setelah mendengar suara bang Arfa saja membuatku susah untuk membuka mulut.

"Ala?"

"E, eh, iya, waalaikumsalam, ada apa ya bang?"

"Itu.. Waktu kita bertemu, kamu tinggal disana? Di apartemen itu?"

"Iya bang, kenapa?"

aja"O, oh.. Gak papa, cuman mau nanya, tadi abang kirim pesan belum dibaca "

"Mm.. Maaf bang, tadi itu.."

Lalu aku teringat dengan telur ku yang masih di masak, aku mencium bau gosong dari dapur.

"Aaa.. Alara lupa! Alara lagi masak!"

Aku meninggalkan ponselku begitu saja, dan langsung pergi ke dapur dengan berlari.

Aku mematikan terlebih dahulu kompornya, bau gosong itu semakin menjalar kemana mana. Aku mengangkat telur yang sudah gosong sebagian, aku mengeluh pula karena mie yang ku masak juga terlalu matang sehingga agak lembek gitu.

Aku membuang saja telur gosong itu, lalu mie yang terlalu matang itu aku masukkan ke mangkuk, menurutku mie nya masih bisa dimakan.

Aku kembali ke kamar karena teringat jika telfonnya belum dimatikan. Aku melihat ponselku yang tergeletak di atas kasur, karena aku langsung melemparnya kesana.

Aku melihat layar ponselku yang ternyata telfonnya sudah dimatikan, mungkin bang Arfa sudah mematikannya sendiri.

Ting tong..

Aku mendengar suara bel kamar apartrmenku berbunyi, siapa yang datang di waktu seperti ini?

Aku memakai kerudung terlebih dahulu dan memberanikan diri membuka pintunya. Ah.. Rupanya tetangga sebelahku, tapi aku heran kenapa tetanggaku membawa alat pemadam kebakaran?

"Apa apartemenmu kebakaran? Kok aku mencium bau terbakar disini?" Tanyanya yang hampir seusia denganku, namanya Renata yang juga teman dekat Dina, kami bisa kenal karena Dina pula.

"Ng, nggak ada kebakaran kok, tadi.. Cuman telur gosong"

Aku melihatnya menghela nafas lega, apa baunya hingga keluar?

"Ala! Apartemen kamu kebakaran?! Kamu gak apa apa?"


----Alara PoV

Aku terkejut melihat seseorang secara tiba tiba datang kesini.

"Bba, bang Arfa ngapain kesini?" Tanyaku

"Tiba tiba kamu teriak waktu ditelfon tadi, jadi abang kesini takut ada apa apa"

Aku mengangguk mengerti, rupanya ini alasan bang Arfa datang kesini.

"Yaudah, aku balik lagi ya, byee" Renata pergi begitu saja meninggalkan diriku dan bang Arfa didepan pintu.

"Mm.. Bang Arfa masuk dulu aja yuk, pintunya biar dibuka aja"

Bang Arfa mengangguk dan mengikutiku masuk ke dalam apartemen dengan pintu yang masih terbuka agar tidak ada fitnah disini.

"Kamu masak mie ya?" Tanya bang Arfa yang sudah duduk di ruang tamu.

"Iya, abang mau?" Tawar ku

Bang Arfa menggeleng. "Gak usah, tadi aku udah makan"

Aku mengangguk seraya duduk didepan kursi bang Arfa yang dibatasi oleh meja. Disini hanya ada rasa sepi dan canggung.

Hingga suara dering ponsel milik bang Arfa memecah keheningan.

"Assalamualaikum.. Ada apa pah?"

"...."

"Oh iya, Arfa kesana sekarang, maaf tadi aku lupa"

"...."

"Iya iya"

Lalu telefon itu ditutup oleh Arfa dan terlihat ia menghela nafas.

"Kenapa bang?"

"Hah? Oh, nggak apa apa, aku pulang dulu ya"

"Kok buru buru?"

"Mm.. Papa panggil buat pulang"

"Yaudah hati hati"

Arfa mengangguk. "Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku melihat Arfa sudah keluar dari apartemen, aku pun kembali mengunci apartemennya dan kembali pergi makan mienya.

Saat malam, aku masih teringat oleh bang Arfa, apa begitu khawatir dirinya sehingga langsung menemuiku kesini? Aku tersenyum sambil menggigit bibirku, entah kenapa aku begitu senang rasanya.

Udah part dua ^^

Tunggu part selanjutnya ya, see you next part

Hello My First Love ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang