9 ♡ HMFL

97 7 3
                                    


Alara PoV

Sudah beberapa hari aku izin tidak masuk kampus, kondisiku sedang tak baik baik saja, bagai kaca yang telah rusak karena terlempar baru keras.

"Alara.."

Aku mendongak kepalaku keatas yang sedari tadi menunduk, ada bunda yang menghampiriku sambil membawa nampan berisi makanan.

"Makan dulu ya?"

Aku membalasnya dengan anggukan, entah kenapa begitu sulit mengeluarkan suara.

Aku memakan makanannya dengan sangat pelan.

"Raa.. Jadi gimana keputusan kamu? Kamu mau menolaknya atau menerimanya? Bunda gak kuat ngeliat kamu selemah gini Ra.." Ujar bundaku sambil mengelus pelan kepalaku.

Aku melihat mata bunda yang begitu sendu, mungkin bunda khawatir dengan kondisiku yang seperti ini.

"Bun, jujur ada seorang lelaki yang mau ngelamar Alara sebelum hal ini terjadi"

"Ha, hah? Siapa? Kok bunda nggak dikasih tau?"

"Maaf bun, Alara nggak kasih bunda dari awal, Alara pikir, Alara bisa jalanin ini sendiri, ternyata susah sekali bun.."

Bunda menarik pelan kepalaku ke bahunya dan mengelhs pelan kepalaku.

"Seharusnya kamu bilang kalau ada masalah, jangan dipendem sendiri Ra.."

Aku terdiam, masih mendengar dengan cermat setiap perkataan bunda.

"Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Terkadang orang itu terlihat kuat, namun didalamnya begitu hancur"

"Terus, siapa yang lamar kamu?"

Aku kembali menjajarkan badanku. "Dia dosen aku di kampus bun, jujur Alara gak pernah memiliki rasa sama dosen itu, cuman dari sorot matanya yang begitu tulus membuat Alara gak tega"

Bunda mengangguk mengerti. "Terus, waktu itu keputusan kamu apa?"

"Mm.. Tadinya Alara mau menerimanya, tapi.. Rasanya Alara berubah pikiran"

Bunda mengangguk mengerti. "Tapi kamu jangan maksain hati kamu, kalau kamu gak yakin sama dosen itu, bicaralah dengan dia baik baik, karena.. Bunda rasa kamu menyukai lelaki lain"

Aku terlonjak kaget, apa bunda tau aku menyukai bang Arfa?

"Bu, bunda tau aku.. Suka sama.."

"Taulah.. Kamu suka sama bang Arfa kan?"

Pipiku merona, sebenarnya ada berapa banyak orang yang tau aku suka sama bang Arfa sih?

Bunda tersenyum. "Bunda tau karena melihat bagaimana cara kamu menatapnya, bunda tau karena saat bang Arfa melamar seseorang kamu terluka, bunda tau semuanya Ra.."

Aku terdiam sambil menunduk.

Bunda memegang tanganku dan menggemgamnya erat. "Bunda serahin ke kamu keputusan kamu, semua keputusan kamu bunda dukung, kamu memilih dosen kamu boleh, atau memilih bang Arfa pun bunda mendukung. Pikurlah baik baik Ra.. Bunda gak mau kamu akan menyesal di waktu yang akan datang."

Setelah itu bunda beranjak pergi.

Aku jadi terpikir oleh kata kata bunda, mencerna baik setiap kata katanya. Aku menjadi teringat oleh surat terakhir Nadia, aku menatap surat itu, dan menjadi teringat kebaikan kebaikan Nadia saat bertemu denganku, memori indah kembali bermunculan.

Tanpa sadar aku tersenyum mengingatnya, aku jadi mengerti, apa yang harus kuputuskan. Ya, aku sudah membuat keputusan yang bulat.

Hello My First Love ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang