3 ♡ HMFL

88 10 1
                                    


Alara PoV

Hari ini adalah akhir pekan, hari ini dirumahku ada acara keluarga yang dihadiri oleh seluruh keluargaku. Memang rumahku cukup besar, jadi keluargaku memutuskan untuk mengadakan acaranya disini.

Setelah pagi pagi membantu bundaku memasak, aku segera mandi dan mengganti bajuku, tidak enak jika mereka sudah hadir sedangkan aku belum mandi.

Kini rumahku sudah dipenuhi oleh keluarga besarku, aku cukup senang mereka datang kesini setelah sekian lama disibukkan oleh kesibukan masing masing.

"Hai kak Alala" Ucap seorang gadis kecil menyapa diriku.

"Hai.. Ponakan Alara, iih.. Udah gede aja ya" Aku mencubit pipi gembul keponakan ku, dia adalah anak dari adikku.

Aku memiliki satu adik laki laki, ia menikah setelah lulus SMU, entah kenapa adikku ingin menikah diusianya masih muda.

Lalu mereka dikaruniai anak pertama yang berjenis kelamin laki laki, dan gadis kecil yang dihadapanku adalah anak kedua mereka, namanya Mira.

"Kak Alala liat bang Alfa nggak? Dicali cali kok gaada" Ujarnya masih cadel.

Aku jadi terdiam saat ia menyebut bang Arfa, benar juga sih.. Aku belum melihat bang Arfa disini, apa mungkin masih diperjalanan atau.. Memang tidak akan datang?

Seketika senyumku luntur, mungkin aku terlalu berharap ia akan datang kesini, haah..

"Mmm.. Mira, mungkin bang Arfa nya belum dateng, jadi Mira tinggal tunggu aja"

Aku melihat sorot matanya begitu kecewa, aku tahu jika Mira cukup dekat dengan bang Arfa.

"Bang Alfa!"

Sontak aku melihat Mira berlari menuju bang Arfa, rupanya ia datang kesini!

"Haii.. Mira, aduuh.. Makin besar aja ya" Ujar Bang Arfa sambil menggendong tubuh kecil Mira.

Aku kembali tersenyum, melihat bang Arfa menggendong seraya tersenyum sempurna di hadapan Mira. Aku pun ingin menghampiri mereka.

"Oh ya Arfa.. Katanya kamu lamar seseorang ya? Diterima gak?"

Jdaaar!!

Bagai petir menyambar di siang bolong. Aku langsung menghentikan langkahku setelah tanteku bertanya hal itu pada bang Arfa.

"Oh ya, terus gimana lamarannya?"

"Diterima?"

"Terus terus?"

Jadilah semua orang bertanya tanya pada bang Arfa. Sedangkan diriku masih terpatung karena saking terkejut nya tiba tiba bang Arfa melamar seseorang.

Aku menahan air mataku yang hendak keluar, aku tak ingin menunjukan rasa sedihku disaat mereka sedang berbahagia.

"Alhamdulillah.. Saya diterima, mungkin pernikahannya dilaksanakan bulan depan"

Sudah cukup! Aku tak kuat mendengar hal ini!

Aku berlari menuju kamarku, aku sudah tak bisa menahan air mataku. Aku mengunci kamarku terlebih dahulu agar tak ada orang yang tahu jika aku sedang menangis.

Aku menangis dalam diam, aku mencoba untuk menahan tangisan ini namun entah kenapa begitu susah. Hatiku sakit, walau hanya beberapa kata kata, itu benar benar masuk ke dalam hatiku.

Aku terpikir, apa aku terlalu berharap padanya? Apa aku terlalu yakin dia akan menjadi jodohku? Apa selama ini aku salah?

Kepalaku dipenuhi oleh banyak pertanyaan, hati ku terluka, aku benar benar bingung harus berbuat apa.

Ketika sedang menangis, aku mendengar suara sering telfon di ponselku.

Aku melihat nama kontak itu adalah Nadia. Cepat cepat aku menghapus air mataku, menarik nafas dan menghembuskannya agar suara ku tak terdengar seperti bergetar.

"A, assalamu'alaikum Nadia, kok tiba tiba telfon?" Tanyaku mengangkat telfon itu.

"Waalaikumsalam.. Kamu gak papa Ra? Kok kedengeran kayak habis nangis?"

Aku tersenyum kecil, aku tahu jika Nadia begitu mengenal diriku, jika aku sedang ada masalah pasti dia yang paling tahu.

"Nggak apa apa kok, ada apa ya Nad?"

"Oh ya, aku punya kabar baik!"

"Kabar apa tuh.."

"Aku dilamar Al!"

Deg

Pikiran Alara kembali pada bang Arfa, apa jangan jangan bang Arfa melamar sahabatnya?

"Si, siapa?" Tanyaku pelan pelan

"Sepupu kamu! Kemarin malam dia tiba tiba dateng kesini, terus lamar aku"

Air mataku kembali menetes, apa sesakit ini kah rasa tertarik pada sepupu sendiri?

"Alara? Alara.. Kok diem sih?"

Alara kembali menghapus air matanya.

"I, iya, waah.. Selamat ya, semoga.. Semoga.. Bisa sampai ke jannah" Ujarku dengan susah payah

"Aamiin.. Tapi, kamu-"

"Aku nggak apa apa, udah dulu ya Nad, daah.. Assalamualaikum" Aku langsung mematikan telfonnya, ia masih belum siap menerima kenyataan ini, apalagi sahabatnya sendirilah yang bang Arfa lamar.

Memang keduanya saling mengenal karena aku yang mengenali mereka saat tidak sengaja bertemu. Tak kusangka aku sendiri lah yang menyatukan dua insan yang berjodoh, tapi entah kenapa hatiku benar benar sakit, bukankah aku seharusnya senang?

Air mataku terus mengalir, walaupun aku ingin menghentikannya tapi rasanya susah. Aku memegang dadaku, ada rasa sakit yang luar biasa dan tak bisa dilihat oleh mata.

Aku terus menangis entah berapa lama.



_._._._

Maaf kalo ceritanya semakin gak seru :)

Hello My First Love ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang