4 ♡ HMFL

86 8 1
                                    


4 ♡ HMFL

Setelah aku puas puas curhat pada Sang Maha Pencipta di malam hari yang berdekatan dengan subuh. Aku kembali tertidur karena mataku terasa lelah dan ingin cepat cepat kembali ke ranjang empukku.

"Alara.. Alara.."

Aku membuka mataku, rupanya bundaku yang membangunkanku.

"Heii.. Akhirnya bangun juga, dari tadi di kamar terus, kenapa? Ada masalah?"

Aku mengangguk sambil bangkit dari tiduran ku.

"Beneran?"

"Iya bunda" Dusta Alara, ia tak ingin siapa pun mengetahui hal ini.

"Yaudah, kamu makan dulu, kamu nggak makan malam kemarin"

Aku kembali mengangguk, dan kembali berdiri untuk mencuci mukaku.

Setelah sarapan, aku kembali ke kamar, moodku sampai saat ini belum bagus. Aku duduk di meja belajar ku, membuka buku diary dan mulai menuliskan tentang kemarin yang merupakan hari patah hati 

Saat aku menulis, tak henti hentinya aku menangis, terbayang bayang masa lalu diriku, aku akui jika aku memang sudah berlebihan, tapi sudah terlambat, aku sudah masuk ke dalam lubang itu.

- HMFL-

Kini aku kembali masuk kuliah, mataku tak seperti hari hari kemarin yang sempat menghitam dan cukup bengkak karena sering menangis.

"Hai Alara.."

Aku terkejut melihat sahabatku sendiri, baru saja mood ku sudah mulai membaik, kembali harus menahan rasa sakit ini.

Aku tersenyum. "Hai Nad" Balasku pelan.

"Kamu kenapa? Kok kayak lemes gitu?" Tanya Nadia terlihat khawatir.

"Aku nggak apa apa kok Nad, cuman.. Kecapean" Dustaku, aku tak ingin Nadia mengetahui kalau aku memiliki rasa pada sepupuku sendiri, apalagi mereka akan menikah sebentar lagi.

"Beneran gak papa?"

Aku mengangguk untuk meyakinkan dirinya.

"Terus, kalau ininya gak papa?" Tanya Nadia memegang dadaku

Aku mengerti, Nadia bertanya soal hatiku. Aku kembali tersenyum sambil mengangguk lagi.

"Ada apa? Kamu sembunyiin apa sih Ra? Hati kamu lagi sakit kan?"

Aku menahan mataku untuk tak mengeluarkan air mata, Nadia selalu peka soal hatiku, ia yang selalu mendengar dan mengobati hatiku yang sedang terluka, tapi soal rasa sakit ini tak bisa kukatakan padanya.

"Iya Nad, didalem sakit banget, tapi maaf aku tak bisa menjelaskannya" Batinku merasa bersalah.

"Aku nggak papa Nad, beneran deh" Ucapku terus meyakinkan Nadia

"Yaudah, kalo ada apa apa itu bilang aja ya, insya Allah nanti aku bisa cari solusi buat kamu"

Aku hanya membalasnya dengan senyuman saja.

"Yuk, kita masuk kelas"

Setelah itu, kami pergi ke kelas.

- HMFL-

Ketika aku hendak untuk menaiki motorku, tiba tiba ada seseorang yang memanggilku.

"Eh.. Pak Junior, ada apa?" Tanyaku

"Mm.. Saya ingin berbicara sekarang soal waktu itu bisa?" Tanya nya

Aku melihat sekitaran ku, dan cukup sepi disini. "Bicara disini?"

"Iya"

Aku mengangguk, "silahkan, bapak mau bicara apa?"

"Saya.. Mm.. Saya ingin bertemu orang tuamu, dihari jum'at bisa?" Ujar pak Junior

Aku mengernyitkan alisku heran, kenapa tiba tiba pak Junior ingin bertemu orang tuaku?

"Untuk apa ya pak?"

"Saya ingin melamarmu"

Deg

Aku tak berpikir pak Junior akan menjawab hal demikian, tiba tiba saja pikiranku blank mendengarnya.

"Saya tahu Alara akan kaget, jadii.. Apakah boleh saya melamarmu?"

Aku masih terdiam, masalahnya aku belum bisa berdamai dengan masa laluku, kalau sampai aku melukai perasaan pak Junior bagaimana?

"Alara?"

Aku tersadar dari lamunanku, dan menatap pak Junior.

"Mm.. Maaf Pak, bolehkah saya berpikir pikir dulu? Soalnya ini sangat mendadak, dan juga.. Ini soal hati saya yang... Baru saja melewati sesuatu yang menyakitkan bagi saya" Ujarku tak enak.

Aku melihat pak Junior ikut terdiam, apa perkataanku ada yang salah?

Dia menghela nafas lalu tersenyum. "Baiklah, saya akan menunggu jawaban dari Alara"

"Saya permisi dulu ya pak" Aku cepat cepat menaiki motorku dan segera pergi dari sana, ini benar benar tak terduga!

Sesampainya di apartemen, aku masih teringat oleh kata kata pak Junior tadi? Apakah aku harus menerimanya? Tapi aku masih memiliki rasa kepada bang Arfa, jika aku sampai melukai hati pak Junior bagaimana? Namun, jika aku menolaknya aku merasa tak enak.

Aku menghela nafas gusar, kenapa ini begitu rumit sekali?

Hello My First Love ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang