10 ♡ HMFL

79 7 2
                                    


Alara PoV

Sekarang aku sedang menunggu seseorang di sebuah taman, aku menatap langit yang cahayanya tertutupi oleh awan.

"Assalamu'alaikum.. Alara.."

Aku menoleh, lalu tersenyum kecil. "Waalaikumsalam, halo pak Junior"

Pak Junior berjalan mendekati Alara.

"Jadi.. Kamu udah memutuskan?"

Senyumku luntur, jujur aku takut jika pak Junior kecewa padaku.

"Pada awalnya saya minta maaf Pak, saya.. Mm.. Tak bisa menerima lamaran bapak" Ujarku pelan pelan

Pak Junior terdiam.

"Saya benar benar minta maaf soal ini, ada sebuah alasan saya tak bisa menerima hal ini"

Pak Junior tersenyum kecil. "Saya mengerti, tidak apa apa jika kamu tak bisa menerima saya, tapi tetaplah berbahagia dengan lelaki yang kamu pilih"

Setelah itu pak Junior pergi begitu saja membuatku merasa bersalah dan bingung, kenapa pak Junior bicara hal demikian?

- HMFL-

"Kamu yakin dengan keputusanmu?" Tanya bunda

Aku mengangguk sambil membantu bunda mengelap piring. "Anggap saja sebagai balas budi kepada Nadia, dia selalu membantuku saat aku kesusahan, dan sekarang giliranku untuk memenuhi keinginannya"

Bunda tersenyum. "Cobalah dekati bang Arfa pelan pelan, bunda yakin kalian akan saling mencintai pada akhirnya"

"Iya bun"

"Kamu udah bilang keputusan kamu ke keluarga Nadia dan keluarga bang Arfa?"

"Udah, tadi setelah berbicara sama pak Junior, aku udah bilang sama mereka, tapi aku belum bilang sama bang Arfa"

"Bagus kalau begitu, nanti bunda bicara sama ayahmu"

"Makasih bun"

Bunda membalasnya dengan senyuman.

- HMFL-

Hari ini aku ada jadwal ke kampus, dengan terpaksa aku harus meninggalkan tempat nyamanku, tempat tidur, hhe.

Setelah sampai di kampus, aku mendengar berita jika pak Junior keluar dari kampus, dan tidak mengajar di kampus ini. Aku heran dan juga merasa bersalah karena dengan tiba tiba pak Junior keluar dari kampus.

Selesainya jadwal kampus, aku pergi ke halte untuk pulang, ya kalian tahulah motorku masih di bengkel.

Ketika ditengah bosan menunggu bus yang datang, tiba tiba ada sebuah mobil hitam berhenti didepanku. Kaca itu terbuka sehingga aku tahu pemiliknya, bang Arfa!

"Naik" Titahnya

Aku masih menatapnya bingung.

"Ayo kak Alala naik!" Pekik suara anak kecil dari dalam, pasti suara Mira.

"Ayo"

Aku yang tadi terbengong langsung sadar, dan segera masuk ke dalam mobil bang Arfa.

Aku duduk di belakang bersama Mira dengan bang Arfa menyetir mobilnya.

"Kita bakal kemana?" Tanyaku yang awalnya aku ragu membuka percakapan ini.

"Ke kafe, sambil aku ingin berbicara padamu" Jawabnya tanpa ekspresi

Aku menelan ludah ku dengan susah payah, kenapa gaya bang Arfa beda sekali?

Aku jadi terdiam sambil bermain jemari jemariku untuk menghilangkan rasa canggung ini.

- HMFL-

Kini kami telah sampai di kafe milik bang Arfa. Aku menunduk saking takut dan canggungnya diriku, sedangkan Mira asik memakan es krim yang berada disebelahku.

"Ala"

Aku mendongak dan menatap Arfa yang tampak auranya menyeramkan, hii.. Pengen jadi ikan aja sekarang!

"Kamu kenapa? Kok kayak takut gitu?" Tanya bang Arfa khawatir

"Hha, hah? Ga, gak apa apa kok bang" Aku memaksakan diriku tersenyum

Ketakutanku perlahan menghilang ketika bang Arfa membalas senyumku.

"Aku hanya ingin bilang beberapa saja, gak lama kok" Aku mengangguk mengerti dan bersiap membuka telingaku lebar lebar.

"Pada awalnya aku Terima kasih karena kamu terima permintaan Nadia untuk menikah dengankh, walau aku tahu kamu pasti terpaksa kan?"

Rasanya aku ingin menggeleng, tapi aku tahan, takut jika aku tak sengaja menyatakan rasa sukaku.

"Tapi, aku ingin kita saling terbuka dan saling mengenal supaya kita bisa deket lagi, apa kamu mau?"

Aku melebar mataku, gak salah denger nih? Aku pikir bang Arfa akan membicarakan tentang surat itu, hingga panjang lebar. Tapi.. Aku kok seneng?

Aku mengangguk pelan. "Bisa"

Bang Arfa menampakkan senyumannya kembali, membuat jantungku tak kembali aman. Danger!

Hello My First Love ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang