6 ♡ HMFL

83 9 1
                                    


Author PoV

Alara bangun dari tidurnya, melihat sekeliling memastikan tak ada Nadia disini. Alara melihat jam tertera di dinding, menunjukan pukul 14.00 dan Alara belum melaksanakan solat dzuhur.

Bergegas Alara pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan kepalanya juga sudah mendingan tidak terlalu pusing seperti waktu pagi hari.

Setelah melaksanakan solat dzuhur, Alara melipat sejadah yang tadi ia pakai, kegiatannya teralihkan oleh buku yang tergeletak di meja dengan terbuka.

Alara segera menghampiri buku itu, buku inilah yang selalu setia ketika Alara sedih maupun senang, yaps buku diary.

Alara melihat lembar per lembar buku itu, sebagian besar tulisannya tentang rasa suka pada sepupunya, bang Arfa.

Hingga pada halaman terakhir tulisannya, itu adalah cerita yang cukup menyakitkan bagi dirinya, dimana ia mengetahui jika sepupunya melamar dan menikahi seseorang yang merupakan sahabatnya sendiri.

Tiba tiba saja Alara kembali mengucurkan air matanya setelah membaca halaman yang ceritanya sangat menyakitkan.

Tapi.. Alara heran sendiri, kenapa buku ini tergeletak di mejanya dengan posisi terbuka? Bukannya Alara selalu menyimpannya di laci meja bukannya di atas meja?

Tak mau ambil pusing, Alara kembali menyimpannya di laci, dan pergi kedapur untuk mengisi perut kosongnya.

- HMFL-

Esoknya..

Karena menurut Alara tubuhnya sudah membaik, ia kembali masuk ke kampus.

"Hai Ra.."

Alara sudah tahu siapa yang datang menyapanya, siapa lagi kalau bukan Nadia?

Aku memaksakan diriku untuk tersenyum, walaupun dihatiku sedang tak baik baik saja.

"Hai juga Nad.." Balasku

"Kamu kok udah masuk aja? Nggak izin dulu? Takutnya kamu masih sakit.."

"Aku nggak apa apa Nad.. Udah ah, kita masuk kelas aja" Alara berjalan melewati Nadia untuk ke kelas.

- HMFL-

Setelah selesai, dengan cepat Alara pergi keluar kelas meninggalkan Nadia, ia masih perlu kesendirian untuk menenangkan hatinya yang masih terluka, setelah membaik mungkin ia bisa menemui Nadia.

Alara membawa motornya tak tau arah, ia tak langsung pulang karena ingin mencari udara segar.

Saat di tengah jalan, Alara sempat terpikir tentang lamaran pak Junior. Alara terpikir jika ia memang harus menerima lamarannya, mungkin saja itu bisa melupakan rasa cinta pada sepupunya.

Karena sibuk dengan pikirannya, motor Alara menjadi oleng dan menabrak pembatas pinggir jalan.

Tentu saja itu membuat orang orang berkumpul untuk membantu Alara yang kakinya terluka karena insiden itu. Alara meringis kesakitan ketika lututnya mulai mengeluarkan cairan merah.

"Astaghfirullah.. Alara!"

Alara menoleh dan cukup terkejut siapa yang datang.

"Kamu kenapa bisa jatuh?" Tanyanya panik.

Alara masih terdiam sambil meringis melihat lututnya kembali terasa perih.

"Mas, itu perempuannya dibawa krumah sakit! Takutnya infeksi!" Ujar salah satu wanita melihat kejadian itu.

Arfa menepuk jidatnya, saking paniknya ia jadi bingung harus berbuat apa.

"Maaf"

Setelah itu Arfa menggendong Alara ala bridel style, hal itu pun membuat Alara sempat kaget.

Hello My First Love ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang