Leo langsung membawa Jrez memasuki mobil, dengan darah Jrez yang terus mengalir banjir.
Gabby mengikuti Leo dari belakang, sambil membantu Kreya yang berjalan tak berhenti menangisi Jrez dengan pandangan kosong.
"Gabby, bilang sama gue kalau ini mimpi 'kan?" tanya Kreya mengeluarkan tangisan deras dari bola mata indahnya.
"Bukan mimpi." jawab Gabby dengan nada sedikit rendah, tidak tega menjawab bahwa ini adalah nyata.
Kreya menggeleng tidak sambil memegang pelipisnya sangat pusing melihat kenyataan.
***
"Kenapa lo tinggalin gue? hiks,"
"Hidup gue udah sepi, di tambah lo yang pergi membuat hidup gue tambah sepi,"
"Lo jahat, mana janji lo yang mau selalu ada nemenin gue sampai kapan pun? hah? mana?!"
"Gue gak terima lo pergi! ayo bangun!"
"Hiks, hiks. Kenapa? TUHAN KENAPA AMBILIN NYAWA ORANG YANG BUAT HIDUP GUE BERWARNA?!"
"KENAPA GUE GAK DI AJAK KE ATAS JUGA? TUHAN GAK ADIL!" teriak Kreya dengan isakan air mata yang tak henti banjir keluar dari kedua bola mata yang indah, menatap jenazah yang sudah di tutupi kain berwarna putih di dalam ruangan Rumah Sakit Jaya.
"Tenang-"
"Gue pengen tenang, tapi keadaan yang buat gue gak tenang!" tekan Kreya memotong ucapan Leo.
"Teriak sekencang mungkin, kalau itu buat lo legah." ucap Gabby melipatkan tangannya di depan dada, berdiri di sebelah Leo.
Leo menangkap wajah Gabby lekat, di tatap balik oleh Gabby dengan menaiki satu alisnya.
Kreya menatap iri dua manusia yang berada di dekatnya. "Terimakasih banyak udah bantuin Jrez ke Rumah Sakit. Tolong sekarang kalian berdua pergi, biarin gue sama Jrez di sini."
Mendengar itu, Gabby tak yakin dengan ucapan Gadis yang baru kemarin ia bertemu.
"Gak usah khawatir. Kalian silahkan pergi." senyum Kreya dengan air mata turun mengalir, mempersilahkan Gabby dan Leo untuk keluar.
Leo mengangguki ucapan Kreya. "Kita turut berduka cita." setelah mengucapkan itu, Leo langsung menarik tangan Gabby untuk keluar dari ruangan.
Gabby berjalan lurus mengikuti Leo, walaupun wajah masih menatap Kreya.
***
Gabby menaiki motor sport hitam miliknya, menancap gas berangkat menuju sekolah. Setelah kejadian kematian Jrez kemarin, entahlah pikiran Gabby mengingat Kreya, Gadis yang sedih itu, tapi Leo berhasil membuat Gabby tersenyum walaupun hanya sebentar, Pria itu mengajak Gabby berkeliling dengan mobil sambil bercerita hal lucu, tapi tidak terlalu lucu menurut Gabby.
Sampai di sekolah, Gabby beranjak turun dari motor, melihat hari yang terang, yah semoga saja hari Gabby untuk hari ini seterang matahari.
Berjalan melewati sekeliling dengan wajah datar bercampur tajam. Para Siswa maupun siswi menatap Gabby biasa saja, tidak ada lagi yang berucap pedas kepada Gabby mengenai poto hot itu.
Kringg
Bel berbunyi, dirinya hari ini hampir saja datang terlambat.
Gabby berjalan memasuki kelas yang telah ramai, menduduki pantatnya di kursi paling depan, dengan kaki kanan menaiki paha kaki kiri.
Mata Gabby mencari Pria yang belum terlihat di dalam kelas, begitupun dengan dua teman Pria itu yang belum terlihat.
Gabby menatap sepatu yang terlihat memasuki kelas, Gabby pikir siapa, ternyata Noren, Gadis yang telah mengurungnya di dalam gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEO
Teen FictionCerita ini bukan tentang seorang Gadis mengejar Pria, tapi Pria ketua geng motor yang mengejar hatinya Gadis bad girl. bukan Gadis yang mempunyai banyak teman, bukan pula Gadis yang selalu mendapat nilai tinggi, melainkan mendapat nilai rendah, dan...