21. Terjebak di Hutan

84 10 4
                                    

Kedua bola mata terbuka perlahan dengan rasa perih, duduk menyender pada tembok berwarna hitam. Terlihat jelas kaca berukuran besar, tepat di hadapan menampilkan tubuh Gabby dengan penampilan kusut, kedua kaki dan tangan sedang di ikat kuat.

Gabby meneliti sekeliling tempat ia berada sekarang, tempat gelap dan suram, hanya dirinya sendiri berada di tempat sunyi ini.

Mata Gabby melihat ke arah bukanya jendela yang jaraknya cukup jauh, melihat jatuhnya air hujan yang deras dari langit berwarna hitam.

"Agh!" emosi Gabby melepaskan ikatan kuat dari tangan dan kaki.

Terdengar suara hentakkan kaki melangkah dari belakang mendekat Gabby. Melihat dari kaca langkah kaki siapa itu, terlihat wajah yang sangat tak asing.

Gabby berusaha melepas ikatan itu cepat sebelum wajah sangar semakin mendekat.

"Hei, anak sialan." bisik suara berat yang sangat familiar di telinga Gabby.

Gabby memutar mata ke kiri, wajah Cakra dan Rely mengembangkan senyum devil.

Cakra menatap Gabby tajam, mengangkat dan menekan dagu Gabby keatas. "Hebat, menyuruh pacar kamu untuk membuat hidup saya dan istri saya terancam!"

Gabby menatap balik Cakra tajam, tidak mengerti maksud dari Cakra, dirinya saja tidak memiliki pacar.

Rely menarik paksa tubuh Gabby secara kasar, mendekatkan diri Gabby di hadapan kaca.

Gabby menggigit bibir bawahnya, berjalan susah karena ikatan sangat kuat di kaki.

"Lihat diri kamu dari bawah sampai atas!" perintah Rely menunjuk kaki sampai puncak kepala Gabby.

Gabby ikut melihat dirinya di depan kaca, penampilan sangat kusut.

"NGACA, JELEK, BODOH, TIDAK BERGUNA, MEMALUKAN KELUARGA, SIALAN!" ucap Rely langsung di angguki Cakra.

Gabby terkekeh emosi menatap pandangan lurus mendengar ucapan pedas mengejutkan itu. "Sebelum suruh orang lain buat ngaca, diri sendiri juga harus ngaca."

Plak

Wajah Gabby tertampar keras oleh tangan mulus Rely. "Berani jawab kamu!"

Gabby memejamkan matanya dengan senyum tipis, merasakan tamparan hangat mendarat perih di wajah. Bukan yang pertama kali ia mendapat tamparan, sudah terlalu banyak tamparan itu mengenai wajah Gabby.

Cakra ikut memanas Gabby tersenyum tipis. "HADIR KAMU TIDAK PERNAH SAYA SYUKURI, SIAL-"

"DIAM!" potong Gabby meringis mendengar perkataan pisau tajam dari mulut Cakra.

"Jangan memotong ucapan saya, HADIR KAMU TIDAK PERNAH SAYA SYUKURI, SIALAN." senyum tipis Cakra menekan kembali dagu Gabby keras, dan perlahan mulai mencekik leher Gabby.

Rely tertawa di hadapan Gabby. "Melihat kamu menderita adalah tawa yang bahagia, sialan."

Gabby ingin membuka suara namun sulit sekali untuk berbicara, dan sulit mengambil udara untuk bernapas. Tangan Gabby berusaha terus melepaskan tali keras itu, namun tetap saja tidak terlepas.

"Sakit?" tanya Rely tertawa semakin menjadi-jadi.

Gabby semakin susah untuk bernapas. Perasaan marah benar-benar sudah memuncak.

Cakra melepaskan tangannya untuk mencekik leher dan menekan dagu Gabby keras. Melihat Gabby perlahan mudah bernapas, senyum devil kembali muncul, menutup hidung dan mulut Gabby yang semakin melemah.

Gabby menggigit keras bibir bawahnya, terjatuh ke lantai, matanya mulai mengecil tertutup.

***

GALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang