Jimin menatap jengah kearah ponselnya. Lagi. Kekasihnya selalu sibuk dengan pekerjaannya dan melupakan Jimin. Kekasihnya itu belakangan ini selalu pulang larut malam lalu tidur begitu saja di samping Jimin yang hanya diam saat kekasihnya datang dan menidurkan diri tanpa ada niat menyapa karena dirinya sudah terlalu lelah.
"Dia terlambat lagi padahal sudah janji akan memasak makan malam untukku." rutuknya.
Jimin menidurkan kepalanya pada meja. Pun matanya menatap pintu apartemen dengan penuh harap kekasihnya akan pulang.
Namun ia tertidur setelah 2 jam menanti kekasihnya dengan perut kelaparan.
.
.
.
Yoongi perlahan membuka pintu apartemen dan tertegun saat melihat sang kekasih yang tertidur dengan kepala yang diletakan di atas meja.
Ia menghela nafas. Dirinya kembali melupakan janjinya dengan kekasihnya.
Perlahan kakinya mendekati Jimin yang tengah tertidur, menatap sebentar wajah lelah kekasihnya. Yoongi tau, sesibuk apapun dirinya dan selelah apapun dirinya, menunggu seseorang dengan ketidakpastian itu adalah hal yang paling melelahkan.
Perlahan dirinya menyelipkan tangannya pada lutut bawah Jimin dan menggendongnya ala brydal. Berjalan menuju ke kamar mereka.
Perlahan dirinya membaringkan Jimin pada ranjang. Lalu menatap sendu wajah kekasih manisnya itu.
"Maafkan aku, Jimin. Maaf karena lagi lagi melupakan janji kita." gumamnya seraya mengusap kepala Jimin. Perlahan wajahnya mendekat dan mengecup kening Jimin.
"Good Night, sweety."
.
.
.
"Huh?"
Jimin mengerjap. Dia mendapati dirinya berada di ranjang. Sendirian. Lagi.
Ia menghela nafas. Sudah makin terbiasa saat terbangun dan tak mendapati Yoongi disampingnya atau memeluk pingganya. Ia mendengus, perlahan tangannya meraih selimut dan melipatnya. Sedangkan mulutnya terus merutuk.
"Apa susahnya sih menepati janji? Apa dia tidak tau jika aku lelah menunggunya?"
"Jika begini lebih baik aku minta break saja!"
Tanpa tau jika ucapannya terdengar oleh kekasihnya sendiri yang kini mematung didekat pintu kamar yang sedikit terbuka. Kedua tangannya memegang sebuah nampan dengan segelas susu dan semangkuk bubur diatasnya.
Yoongi menatap nanar kearah makanan yang sempat ia buat tadi dan menghela nafas. Perlahan membalikan tubuh dan berjalan kembali kedapur. Menaruh sarapan yang ia buat tadi di atas pantry lalu menuliskan note yang berisikan;
'Aku akan pulang malam. Makanlah sarapan ini. Dan tolong jangan menunggu jika lelah.'
Kemudian pergi bekerja lagi setelah meraih tasnya disofa.
.
.
.
"Aku sungguh kesal dengannya, kau tahu, Kim?!"
"Iya aku tahu, Jimin, tapi-"
"Bagaimana mungkin ia menuliskan hal semacam itu?! Bahkan tidak meminta maaf padaku setelah berbuat salah!"
"Jim-"
"BUKANKAH IA BRENGSEK?! KIM TAEHYUNG?!"
"IYA TAPI DENGARKAN AKU DULU!!"
Jimin terdiam saat Taehyung balas membentaknya. Ia menatap tak percaya pada sahabatnya itu.
"Kau membentakku?"
Taehyung mengusap wajahnya kasar, "Maafkan aku, tapi kau harus tahu jika Yoongi seperti ini bukan tanpa alasan!"
Jimin mengernyit, "Maksudmu?"
"Dia menambah jam kerjanya demi dirimu, Jimin! Sadarlah! Kau ingatkan saat dirimu merengek meminta liburan ke Swiss? Yoongi rela mengebut menulis lagu hanya untuk memenuhi keinginanmu itu! Seharusnya kau sadar diri!"
Jimin membeku mendengarnya. Sungguh ia tidak tau mengenai hal itu. Dan tentang permintaan liburan ke Swiss itu, dirinya hanyalah bercanda dan Yoongi malah menganggap serius permintaanya. Perlahan perasaan bersalah menyelimutinya. Perasaan berlasah karena tidak pernah mengerti kekasihnya itu. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
Ia berdiri dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan Taehyung tanpa peduli teriakan sahabatnya itu.
.
.
.
Yoongi tersentak saat pintu studionya didobrak, menampilkan sesosok mahluk manis dengan air mata berlinang di sekitar matanya. Yoongi terperangah, hendak menghampiri kekasihnya namun Jimin lebih cepat memeluk lehernya dan duduk dipangkuannya. Isakan mulai terdengar dari ranum tebalnya.
"Hiks, maafkan aku Yoongi. Maaf karena tak mengerti keadaanmu, hiks.. Seharusnya aku menunggumu pulang lalu memelukmu dan memberikan kau ciuman manis saat kau pulang. Bukannya malah mengabaikannmu hiks.. Maafkan aku!"
Yoongi terdiam, ia lalu terkekeh saat sudah mencerna seluruh perkataan Jimin. Ia mengusap kepala Jimin dan mengecup kepalanya, "Sshh.. Tidak perlu meminta maaf, aku mengerti. Aku sangat tau perasaanmu, Jimin. Sudah jangan menangis. Kau membuatku terluka."
Jimin perlahan menghentikan tangisnya, ia menatap Yoongi dengan tatapan sendu, "Seharusnya kau tidak usah menganggap serius perkataanku. Aku hanya bermain main soal liburan ke Swiss."
Yoongi mengernyit, "Lho? Apakah salah jika ingin membuatmu bahagia? Aku mana mungkin menolaknya, sayang," Yoongi tersenyum, membelai anak rambut Jimin.
"Sudah ya? Jangan menangis. Aku tidak suka melihatnya," lanjut Yoongi.
Jimin mengangguk, "Hum. Jangan seperti ini lagi ya tapi? Jika ingin menyenangkan ku maka beri tahu aku." ia tersenyum dan mengecup bibir Yoongi, "Aku mencintaimu."
Yoongi ikut tersenyum mendengarnya, ia mendekatkan wajahnya sebelum akhirnya mencium Jimin lebih dalam.
"Aku juga mencintaimu."
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect • Yoonmin Oneshoot
RandomBerbagai macam oneshoot tentang YOONMIN yang kadang mampir seenaknya diotak. Anti NC! tidak suka please pergi! ©lyrazii