Hipotermia

160 20 0
                                    

"Mau ciuman nggak?"

Yoongi mendelik tajam pada Jimin disebelahnya.

"6 hari kejebak di hutan bikin otak lo geser?"

Jimin mengernyit seram seraya menatap tajam Yoongi, "Dingin, goblok! Bentar lagi gue bisa kena hipotermia ini!"

"Trus? Gue peduli?"

Jimin memicing, "Heh! Badan lo aja udah geter gitu! Lo juga mau kena hipo, goblok!"

"Biarin." Yoongi menggedik acuh.

"Lo mau mati konyol?" lalu bibirnya mengerucut, Jimin mengepalkan tangan, berlagak mengikuti seorang wartawan yang tengah membawakan berita terbaru, "Kabar sore, ditemukan seorang mayat dengan keadaan pucat pasi seperti mayat karena emang mayat, mati konyol karena hipotermia. Menurut saksi, Tuan Park Jimin, korban sempat diajak berciuman untuk meningkatkan suhu tubuh namun menolak, akhirnya korban mati menggenaskan!" ucapnya mengikuti wartawan berita, ia lalu kembali menatap Yoongi, "Mau lo?!"

Yoongi berdecak, "Nggak ada cara lain apa?"

"Ada sih. Pelukan. Tapi tingkat kematiannya 90%. Kalo yang gue baca di internet, cara paling baik itu kalo gak nge-seks ya ciuman." jawabnya tanpa beban.

Mata Yoongi membola, "Serius lo?"

Jimin mengangguk saja, "Ho'oh. Gue sebenarnya paham banget nge-seks sama ciuman tuh apaan karena gue anak Wattpad. Tapi beneran gak paham pas pelajaran IPA yang bahas cara manusia bereproduksi. Otak gue konslet."

Yoongi terdiam. Memikirkan solusi yang Jimin berikan untuknya yang semakin kedinginan. Terjebak selama 6 hari di hutan dan tempat berteduh hanyalah sebuah gubuk tua tidak menjadikan mereka berdua hangat. Hujan mengguyur deras diluar dan suara binatang malam benar-benar menganggu. Untung sinar bulan malam ini cukup terang sehingga keadaan gubuk tidaklah terlalu gelap. Jika sangat gelap, Jimin bisa mati karena tidak bisa bernafas. Ia punya klaustrofobia omong-omong.

"Trus? Gimana? Jangan kelamaan mikir!" ingat Jimin.

Yoongi masih ga jawab pertanyaan Jimin. Anak itu justru terdiam dengan bibir sedikit terbuka dan matanya seperti menerawang sesuatu.

Jimin jengah. Kesel. Dan akhirnya, ia tidak berpikir dua kali buat narik kerah baju Yoongi dan mempertemukan bibir mereka.

Mata Yoongi membola, jantungnya kini berdegup kencang dengan Jimin yang mulai sedikit melumat bibirnya. Namun, persetan dengan segala hal yang akan terjadi setelah ini, Yoongi sudah kedinginan dan akhirnya ia membalas ciuman Jimin. Mendominasi alur permainan bibir mereka, menjadikan hawa dingin ditubuh mereka kian sirna.

Ia menangkup pipi gembil itu, memiringkan kepala, mencari posisi nyaman untuk ciuman keduanya. Dan manakala Yoongi menjilat bibir gemuk itu, Jimin paham jika lelaki pucat itu ingin memperdalam permainan mereka. Maka dari itu, ia membuka bibirnya dengan suka rela dan membiarkan lidah itu masuk dan menjelajahi mulutnya.

Jimin tidak bisa berpikir jernih kala tubuhnya dengan perlahan dibaringkan, dengan Yoongi yang menindihnya.

Tangan kekar itu perlahan membuka kancing seragam Jimin. Lalu ciuman itu mendadak berhenti, menghasilkan benang Saliva yang memanjang diantara bibir keduanya.

Jimin memandang sayu wajah Yoongi diatasnya, tangannya terangkat, membelai anakan rambut Yoongi yang jatuh diwajahnya. Lalu ia tersenyum.

"Lakuin. Lakuin aja. Gue ga mau mati konyol disini. Tapi jaminannya adalah," ia menjelaskan perkataannya dan tersenyum lagi hingga matanya menyipit, "Lo harus jadi pacar gue setelah ini."

Yoongi terkekeh, menampilkan senyum gusi andalannya dan mengangguk, tangannya ikut membelai anakan rambut Jimin. Ia lalu sedikit menunduk, mengecup bibir dan hidung Jimin bergantian.

"Apapun itu. Gue lakuin. Asal kita ga mati konyol disini."

Setelahnya mereka berdua tertawa dan melanjutkan malam yang panjang ditemani suara hujan sebagai musik latar.








Jimin note's; kadang seks diperluin buat bertahan idup.

Ly'; *mukul kepala Jimin* ga gitu juga bego!!


Perfect • Yoonmin OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang