Jimin menaruh belanjaan nya diatas meja makan seraya melepaskan jas musim dinginnya, ia tersenyum saat melihat kekasihnya kesusahan melepaskan jas miliknya.
"Sini kubantu," Jimin berjalan kebelakang tubuh Yoongi, "Mau ku masakkan sekarang?" tanyanya seraya membantu melepas jas Yoongi.
Yoongi mengangguk, "Boleh."
Jimin melipat jas Yoongi lalu ia letakan pada sofa didepan TV. Ia tersenyum sekilas pada Yoongi sebelum akhirnya berlalu pergi menuju dapur untuk memasakkan makan malam pada kekasihnya itu.
Malam ini salju turun cukup lebat, suhunya teramat dingin sehingga Yoongi memutuskan untuk mengambil selimut di kamarnya.
Yoongi keluar dari kamar dengan menyeret selimut, saat melintasi dapur, ia terdiam saat Jimin terpaku dengan mata yang menatap horor pada tempat cuci piring.
"Jim? Ada apa?"
Yoongi melemparkan selimutnya ke sembarang arah, mendekat ke arah Jimin yang masih terpaku.
"Jim? Ada apa?" tanya Yoongi sekali lagi, tangannya mengguncang pelan bahu Jimin.
Jimin tersadar, ia mengerjap, lalu menengokan kepalanya secara perlahan pada Yoongi. Tatapan matanya terlihat gelisah.
"Yoon.." lirihnya.
"Ya?"
Jimin menunjuk pada tempat cuci piring, "Ada kepala."
"Hah?" Yoongi menaikkan satu alisnya.
"Ada kepala!"
Yoongi menggeser tubuh Jimin, melihat kearah tempat cuci piring namun tak mendapati apapun, ia lalu kembali menatap Jimin, "Kau melihat yang aneh-aneh lagi?"
Jimin mengangguk cepat, ia meraih lengan Yoongi dan menggoyangkannya pelan, "Bukankah sudah kubilang padamu untuk cepat pindah dari sini?" bisiknya, "Mereka semakin banyak," matanya bergerak kesana kemari dengan gelisah, "Semakin ramai, semakin sesak."
"Tapi, Jim-"
"Kau mau melihatnya sendiri?"
"Hah?"
"Tutup matamu."
Walau tak paham apa tujuan kekasihnya itu, Yoongi tetap menutup matanya. Ia berjengit pelan saat kedua matanya ditiup pelan oleh Jimin.
"Sekarang buka matamu." suruh Jimin.
"Ada ap-WAAAAAAAAA!!"
Jimin refleks membekap mulut Yoongi yang terlalu berisik. Ia tahu jika Yoongi belum biasa melihat ini, rapi tidak perlu bereaksi selebay itu.
"I-itu.."
Jimin mengangguk paham, "Iya, aku tahu. Makanya segera pindah dari sini, ya? Beruntung ada yang selalu menjagamu. Jika tidak, tubuhmu sudah diambil alih dari dulu."
Yoongi menelan liurnya dengan susah payah. Matanya berpendar ke sekeliling, melihat berbagai macam rupa tidak wajar yang belum pernah ia lihat. Kepala putus? Bibir sobek sampai ke telinga? Berambut panjang? Oh, bahkan Yoongi melihat ada yang menyerupai harimau.
"Yang itu adalah penjagamu. Memang kuat, tapi akan melemah jika mereka semakin banyak." bisik Jimin memperingati dengan dagu yang menunjuk kearah harimau yang tampak menggeram marah.
Yoongi mengerti sekarang. Mengapa Jimin selalu berkata sesak jika dikerumuni oleh mereka. Karena nyatanya memang sangat menyesakan.
Yoongi melihat kearah harimau yang menggeram pada semua sosok disana. Ramai. Ramai sekali. Namun tak ada yang berani mendekat karena memang belum cukup kuat.
Lalu Yoongi menatap kekasihnya yang tampak tenang kembali. Tanpa sengaja, netranya membulat saat melihat sesosok perempuan, eumm, berekor banyak? Mungkin sembilan, mungkin? Berada tepat dibelakang Jimin.
"Jangan kaget. Itu Miho. Yang menjagaku sejak kecil." jelas Jimin saat melihat ekspresi Yoongi.
Jimin meraih tangan Yoongi dan menggenggamnya, "Maaf karena membuat malam Natal ini terlihat menakutkan. Tapi kita harus keluar dari sini Yoongi. Sekarang."
Yoongi menatap Jimin tepat dimata, melihat kesungguhan dan kekhawatiran didalam binar mata itu. Ia menghela nafas sebelum akhirnya menganggukan kepala.
"Akan aku siapkan koper."
Dan Jimin balas tersenyum lega.
•••
"Aku ingin tanya.."
"Silahkan~"
Yoongi menengok ke belakangnya, "Apa mereka akan terus mengikuti kita sepanjang waktu?"
Jimin tergelak sebentar, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan penasaran Yoongi, "Mereka adalah penjaga kita sedari kita dilahirkan. Kau tahu? Seperti arwah leluhur yang menjaga tiap generasinya."
"Ah.." Yoongi mengangguk paham meski tak ayal ia sedikit risih dengan tatapan tajam penjaganya juga penjaga Jimin.
"Tenang. Mereka tak akan menyerangmu. Hanya memberikan tatapan mematikan untuk mahluk yang akan menganggu."
Yoongi membuang nafas lalu tersenyum tulus.
"Terimakasih sudah menyelamatkanku, Jim."
"Sama-sama. Tapi kau juga harus berterimakasih pada penjagamu juga."
Yoongi berkedip, ia berhenti berjalan lalu berputar kebelakang. Ia membungkuk 90° sambil mengucapkan terimakasih yang dibalas tatapan bingung oleh beberapa orang yang lewat serta penjaganya sendiri.
Jimin tertawa keras, "Kau ini! Polos sekali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect • Yoonmin Oneshoot
RandomBerbagai macam oneshoot tentang YOONMIN yang kadang mampir seenaknya diotak. Anti NC! tidak suka please pergi! ©lyrazii