Part 7 | Mencari Cara

12 2 0
                                    

"Claire," panggil Elia seusai sampai di dalam aula sihir, tepat pada bagian koridor ruang 'sihir medis', tempat sahabat kecilnya itu berlatih.

"Eli, sudah selesai latihannya?" tanya Claire yang sibuk mengamati beberapa tanaman.

"Belum," ia berhenti bicara sejenak.

"Nanti akan ku ceritakan."

"Apa aku boleh minta bantuan?" tanya Elia sambil mengeluarkan serpihan kayu tadi dari sakunya dan menunjukkannya pada Claire. Claire menatap serpihan itu dan mengambilnya perlahan.

"Apa ini?" tanyanya melihat detail dari kayu yang diberikan Elia.

"Apa kau bisa tahu, jenis apa kayu ini?" pinta Elia.

"Bukankah itu kayu yang ada di ruang pelatihan tadi?" tanya Asher menyela.

"Iya, aku penasaran, apa yang membuatnya begitu keras," terang Elia.

"Aku tahu jenis kayu ini, namanya adalah 'Comondel', kayu ini hanya bisa tumbuh di daerah tergersang, kekaisaran elemen tanah, tempat kompetisi penyihir gurun pernah diadakan. Di daerah itu, tanah yang ada hanyalah tanah mati yang gersang dan retak. Salah satu tanaman yang bisa hidup di tanah seperti itu adalah pohon Comondel. Buahnya sangat bagus untuk peningkatan tubuh, tapi mengolahnya sangatlah sulit, kalau salah mengolah, buahnya bisa menjadi racun." Jelas Claire.

"Apa kau tahu titik lemah nya? Sehingga ia bisa ditebang?" tanya Elia.

"Ada. Dengan pemusatan mana," jawab Meetha menyela percakapan dan masuk ke dalam ruangan.

"Pemusatan mana?"

"Iya, saat kita memusatkan mana kita pada satu objek, lalu mengeluarkannya secara teratur, mana itu bisa sampai ke mata pedang dan memotong kayunya, semakin baik pengontrolan mana-nya, memotong kayu Comondel bisa semudah memotong jerami." Terang Meetha menjelaskan, kemudian ia meletakkan buku buku yang ia bawa keatas meja.

"Tapi, kalau tidak teratur mana bisa membunuh kita, atau bahkan memicu ledakan pada kelas." Lanjut Elia.

"Karena itulah dibutuhkan fokus yang alami, secara tidak langsung memusatkan pikiran pada satu objek, semakin dikuasai, fokus yang seperti itu bisa dengan mudah dilakukan dengan waktu tiga detik saja." Balas Asher.

Elia kembali berpikir, kemudian matanya melirik pada tumpukan buku yang dibawa Meetha, "Apa disini ada perpustakaan?" tanya Elia.

"Ada, aku ada keperluan jadi akan kuminta Tiara membawa kalian," jawab Meetha, ia melirik pada gadis berkepang dua itu dan melambaikan kedua tangannya. Sontak, Tiara yang melihat itu segera menghampiri Meetha dan tersenyum.

"Ada apa?"

"Em.. apa kau bisa membawa kami ke perpustakaan akademi?" tanya Claire.

"Apa kau bisa, Tiara? Aku masih ada keperluan," terang Meetha.

"Bisa, ayo." Tiara berjalan dengan tegak, ciri khas seorang bangsawan yang sangat anggun, ia membawa teman teman barunya agar menuju perpustakaan.

"Tiara," panggil Elia.

"Apa kau tahu siapa pria berambut perak dan mata ungu?" tanya Elia terus terang.

"Aku melihatnya di klub pedang, dia sangat lihai menggerakkan pedangnya, tatapannya tajam, dari pedangnya keluar aura berwarna ungu tua dan hitam, sepertinya bukan dari kelas pemula." Jelas Elia.

"Orang yang punya ciri khas seperti yang kau katakan, sudah jelas adalah pangeran tunggal kekaisaran elemen bulan, Yang Mulia Putra Mahkota, pangeran Aiden," jawab Tiara.

"Apa? Tapi kemarin di rooftop, aku bertemu dengan pangeran bulan, dan bola matanya berwarna perak, bukan ungu tua." Sela Elia.

Tiara berhenti melangkah, lalu melirik Elia sekilas, "Kau.. bertemu Yang Mulia pangeran?" Elia mengangguk. Tiara kembali berjalan dan melihat kearah depan.

"Pangeran bulan juga cukup terkenal dengan teknik sihir penyamarannya, bukan menyamar menjadi orang lain, tapi membuat ilusi tentang dirinya sendiri, sehingga orang lain sulit untuk membedakan antara dirinya yang asli dan bukan."

"Tapi, mendengar dari penjelasanmu, aku yakin sekali itu adalah pangeran bulan." Lanjutnya kemudian.

"Sihir penyamaran ilusi itu, bukankah yang sedang dilatih Meetha?" tanya Claire menengahi.

"Iya, pasti dia berlatih itu agar bisa memanipulasi sekelompok bangsawan yang akan menjadi kekuatan besar baginya agar memiliki kasta tinggi," tukas Tiara. Asher tertarik, ia bergumam sekilas.

"Memanipulasi kelompok bangsawan..." gumam Asher pelan.

"Ada apa, Asher?" tanya Claire sembari menoleh kearah temannya itu.

"Tidak, bukan apa apa," balas Asher dan lanjut berjalan, mengikuti langkah teman temannya hingga mereka sampai ke perpustakaan.

Benar juga, ini bukan sembarang akademi. Kasta, derajat, dan harga diri sangat diutamakan disini. Lawan yang sebenarnya bukanlah orang yang lebih pintar, tapi dengan orang yang memiliki kekuasaan, pikir Elia, Ia melirik Asher yang tampak fokus, gadis itu tahu. Ia tahu apa yang sedang dipikirkan teman sekelas pedangnya itu.

Bagi Elia maupun Asher, keduanya sedang memikirkan untuk memanipulasi kekuasaan, dan mengambil orang berpengaruh, untuk dijadikan pihaknya.

"Sudah sampai, kalian bisa berikan pada senior disana jika mau meminjam buku." Ujar Tiara menunjuk pada seorang pemuda tinggi, berkacamata elegan dan sedang berkutik dengan catatannya.

"Saat kalian bilang ingin pinjam, dia akan otomatis menulis nama kalian pada daftar nama yang meminjam buku," jelas Tiara kemudian pamit dan keluar dari ruang perpustakaan, ketiganya sama-sama terpukau, perpustakaan yang luas, buku buku yang pastinya sangat lengkap, rak yang tinggi beserta tangga untuk mengambilnya, terdiri atas dua tingkat dengan tingkat atasnya bisa dilihat dari bawah dan terbuka.

Lampu yang sangat cerah, tercium bau bau yang menenangkan, ah.. bau buku yang enak. Terdiri dari banyak bangku dan meja, serta seorang pemuda yang disebut 'senior pustakawan' tetap duduk pada tempatnya dengan wajah dan penampilan rupawan khas seorang bangsawan. Rambut pirang, dan mata biru muda, campuran antara elemen cahaya dan es, dan wajah yang memikat para wanita.

"Ah ya, akan lebih baik kalau kita segera mengambil buku yang mau kita pinjam dengan segera!" seru Claire bergegas pergi ke rak yang menjadi tujuannya lalu memilih buku buku diantara beberapa rak tersebut.

Elia memilih buku mengenai sihir, ia meminjamnya dan bergegas pergi dari perpustakaan. Ia pergi dengan meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang bercanda riang di dalam perpustakaan.

'Pangeran bulan'

Sihir penyamaran, kemampuan berpedang yang bagus, kemampuan sihir yang didukung oleh tunangannya, dia adalah aib Kekaisaran Bulan yang agung dan terkenal akan sihir mereka. Orang yang memberikan kesan pertama dengan dingin, cuek, dan suka memanipulasi orang lain hingga bingung.

Gadis bersurai pirang itu menyusuri lorong, hendak menuju asramanya, hari sudah menjelang tengah malam dan ia tidak melihat tanda tanda keramaian di sekitar asrama putri, tampaknya kehidupan akademi memang tidak semudah yang ia kira.

Sosok yang misterius dan penuh bayangan, visual yang sempurna tanpa celah, Elia tidak bisa melupakan sosok yang luar biasa itu. Bayangan dari pangeran bersurai perak terus menghantuinya.

Clek

Gadis itu mengatur nafasnya yang terengah-engah seusai berlari hingga ke gedung asrama. Ia terduduk di ranjangnya, dan membuka buku yang telah ia pinjam. Perempuan itu mulai mencari artikel mengenai sihir pedang di buku yang ia genggam itu. Ia yakin bahwa sihir itu lah yang digunakan para senior kelas pedang untuk berlatih.

Ia harus mencarinya.

- To Be Continue -

Elia: The Daughter Of SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang