Elia menutup pintu toko --hingga sekali lagi menimbulkan bunyi lonceng, "Saya mau membeli bahan untuk membuat sihir peningkatan mana," ujar Elia.
"Ah, ternyata kau salah satu murid akademi." Ujarnya. Pria itu itu berbalik dan masuk ke dalam pintu yang menuju bagian terdalam tokonya. Elia sedikit mengernyit, itu artinya: sudah pernah ada murid akademi yang datang ke toko ini. Walau itu adalah hal yang pasti terjadi, entah mengapa hatinya terasa tidak suka.
"Nah, nona kecil. Ini adalah barang utama yang kau butuhkan untuk membuat sihir yang kau maksud." Katanya setelah kembali dan meletakkan beberapa benda diatas etalase yang melingkarinya. Elia mendekat, dan menatap dengan intens benda itu.
Pria tua itu menghela nafas kasar lalu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah kertas yang telah kusut dan terlipat ia buka seadanya hingga menunjukkan beberapa kata, kemudian ia kembali berujar, "Bukankah benda ini yang kau cari?" tanyanya.
Elia memeriksa nama bahan di kertas kusut itu dengan catatan yang ia miliki. Ia terkesiap; melihat bahwa catatannya persis. Matanya melirik pada nama benda yang dilingkari oleh tinta hitam. Mungkin ibu paruh baya yang ia temui tidak berbohong, pak tua bisa jadi memang pengrajin sihir. Namun, gadis itu kembali terdiam. Setelah beberapa detik, sang pria tua menatap Elia dengan heran, menopang dagunya sembari mengetuknnya tiga jarinya pada permukaan etalase.
"Jangan khawatir, aku tidak menjual barang palsu untuk menipu orang. Aku memang tidak bisa memberikan bukti kuat karena aku bukan ahli sihir, tapi aku hanya mengatakan apa adanya," ujarnya terlihat santai.
Elia mendengus pelan; Ya sudah, kalau memang dia menjual barang palsu, tinggal kulaporkan, batinnya. Ia sedikit melirik pada pedagang di hadapannya ini. Dari segi toko, pakaian, dan ungkapannya, tidak terlalu mencurigakan.
"Baiklah, kubayar." Ujarnya memberi 5 koin emas pada pria itu. Kemudian, dahi pedagang itu mengernyit kesal.
"Nona, uangmu kurang." Balasnya singkat; mungkin berusaha sabar karena mulai terdengar dengusan pelan ketika ia berbicara.
"Kalau begitu, berapa yang harus kubayar?" tanya Elia kemudian.
"50 koin emas." jawabnya sembari menunjukkan kelima jari di telapak tangan kanannya.
Sial, bisa-bisa aku menghabiskan uang jajanku selama beberapa bulan, mungkin beberapa tahun, pikirnya mengernyit.
"Menurutmu, apa yang membuat bahan ini menjadi mahal?" tanya Elia.
"Jangan berputar-putar, pergilah kalau tidak mau membeli." Jawabnya dengan ketus.
"Kau benar, uang ku tidak sebanyak bangsawan untuk menukar bahan itu dengan lima puluh koin emas." Balas Elia, hingga bersiap berbalik. Penjual itu mulai menghela nafas gusar.
"Buah ini memiliki peningkatan kekuatan yang luar biasa, yang bisa menghancurkan sel-sel dan meremukkan bagian dalam tubuh manusia. Karena pada dasarnya ia adalah peningkat kekuatan, jika dikonsumsi dengan salah maka akan berlawanan dengan kekuatan asli dan membuat pengonsumsinya meninggal. Seperti hal nya racun."
"Tapi, kalau dikonsumsi dengan benar, dia bisa menjadi kekuatan. Karena hanya tumbuh sekali dalam setahun, dengan lima pohon yang berjajar dan hanya ada di satu tanah, harganya jadi sangat mahal." Jelasnya dengan detail.
"Benar, itu adalah buah kartein. Harganya mahal," Balas Elia. Mereka terdiam selama beberapa saat.
"Terima kasih," kata Elia lagi sembari berbalik dan berjalan mencapai ambang pintu.
Cklek, pintu dibuka. Gadis itu bersiap pergi dari toko dan berharap ada cara lain baginya untuk meningkatkan kekuatannya.
Karena aku bukan Asher atau Claire, mau bagaimana lagi. Jalani saja dengan baik, pikirnya sebelum pergi. Tangan mulai menutup pintu, merasakan tatapan tajam yang ditunjukkan oleh pria yang sedang menopang dagunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elia: The Daughter Of Sun
MaceraMenjadi yang tersingkir bukanlah sebuah pilihan. Demikianlah ketika sang gadis terjebak di dalam labirin kegelapan. Elia hidup di kalangan rakyat biasa, namun siapa sangka, kekuatan yang mengalir dalam dirinya berasal dari penguasa terkuat di dunia...