Elia bangun pada pagi subuh. Ia mengucek matanya dan mengumpulkan kesadaran lalu bangkit berdiri. Elia kembali menatap langit biru tua bertabur bintang bintang.
Padahal seharusnya di jam segini aku sudah bisa merasakan cahaya dari matahari, pikir Elia menopang dagu.
"Sudah kuduga. Kehidupan putri itu rumit." Ucap Elia mendengus.
"Kesimpulannya, kehidupanku sebagai putri yang rumit." Tambahnya menghela nafas panjang.Aku adalah putri, iya itu aku, batinnya.
Elia melihat sekitarnya sekilas lalu melangkah kembali ke asramanya. Elia terdiam sebentar di dalam kamarnya sembari terus menatapi teman temannya yang sedang tertidur lelap. Kemudian, dengan perlahan gadis itu membaringkan tubuhnya keatas kasur lalu menatap langit-langit kamar. Tak lama, Ia menutup matanya dan beristirahat sejenak. Setelah beberapa jam, Elia, Claire dan Meetha keluar dari kamar mereka bersamaan dengan Diva dan dua gadis lagi di sampingnya.
"Diva!" Sapa Claire melambaikan tangannya. Diva menoleh begitu mendengar namanya dipanggil dan ikut melambaikan tangan. Diva dan teman temannya menghampiri Claire.
"Bagaimana? Kau senang kan disini?" tanya Claire. Mereka berdua saling bertepuk menyatukan kedua telapak mereka dengan girang.
"Iya. Disini menyenangkan." Seru Diva menjawab dengan senyum lebar."Hai kalian, senang dapat teman baru?" Meetha tampak menyapa kedua teman Diva. Sepertinya mereka berdua saling kenal satu sama lain. Kedua gadis itu terkekeh.
"Dia teman sekamarku, Diva." Ujar salah satu gadis dengan rambut pendek bersurai perak dan mata merah muda yang cantik.
"Ini teman sekamarku, Elia, dan yang disana adalah Claire." Ujar Meetha menunjuk pada Elia yang sedang mengamati corak pada dinding sekolah.
"Elia!" Meetha memanggil Elia, sontak gadis itu menoleh dan menghampiri Meetha.
"Halo!" seru gadis dengan rambut kepang berwarna coklat tua panjang dan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"Eh, hai." Elia tampak sedikit canggung namun ia tetap berusaha tersenyum.
"Hai Elia!" seru Diva menghampiri Elia.
"Hai juga,"
"Kemarilah, ku perkenalkan kau kepada dua teman kamarku ini!" seru Diva.
"Yang berambut kepang ini Tiara. Dia yang membantuku merapikan barang kemarin." Ujar Diva.
"Ya, ya, kau sangat tidak rapi Diva." Tukas teman sekamarnya yang lain --berambut merah muda dan mata merah muda--. Mendengar hal itu, Tiara hanya terkekeh.
"Halo! Aku Carin, senang bertemu dengan kalian!" seru gadis itu.
"Kau punya mata yang cantik, Carin. Aku Elia." Puji Elia lalu memperkenalkan dirinya.
"Terima kasih! Aku tahu aku punya mata yang indah." Balasnya.
"Aku Meetha, ku dengar kau berasal dari sekolah yang sama dengan Claire dan Elia," Meetha mendekat pada Diva dan tersenyum tipis.
"Eh? Iya, kami berasal dari sekolah yang sama," seru Diva tertawa.
"Omong-omong, aku adalah murid dari klub tenaga medis, kalau kau butuh semacam obat dan vitamin, hubungi aku ya," ujar Tiara, khususnya ucapan itu ditunjukkan kepada Elia.
"Oke,"
"Sepertinya sebentar lagi sudah mulai masuk jam pelajaran. Ayo, kita segera masuk ke kelas masing masing." Ucap Meetha.
"Aula pedang ada disana," ujar Meetha menunjuk pada sebuah arah segerombolan orang yang menuju bagian lapangan, Elia mengangguk dan bergegas menuju kearah gerombolan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elia: The Daughter Of Sun
AventuraMenjadi yang tersingkir bukanlah sebuah pilihan. Demikianlah ketika sang gadis terjebak di dalam labirin kegelapan. Elia hidup di kalangan rakyat biasa, namun siapa sangka, kekuatan yang mengalir dalam dirinya berasal dari penguasa terkuat di dunia...