Part 15 | Pedang

8 1 0
                                    

Seminggu setelahnya
Klak. Pedang kayu itu menghantam kepala sang gadis hingga patah. Namun kali ini, sesuatu yang menarik muncul di hadapan para guru.

"Eliana Rasyad?" seorang guru bertanya. Rapat kali ini diadakan dalam ruangan khusus, salah satu dari beberapa ruangan rahasia di aula sekolah.

"Benar, anak itu adalah murid yang ampas. Ia berasal dari keluarga sederhana, datang kesini dengan beasiswa dengan bidang terkhusus yakni pedang. Akademinya cukup ternama di daerah perbukitan kekaisaran api. Namun temannya, Asher Villace lebih berpotensi." Guru Shi --Guru pedang dengan hobinya untuk melemparkan pedang pada murid murid yang payah-- menjelaskan.

"Anak bernama Eliana Rasyad ini sebenarnya adalah anak yang pintar. Dia mampu berlogika secara realistis dengan baik, namun sebagian nilai akademiknya tidak membaik dan hanya mengandalkan logikanya saja untuk mengerjakan soal." Seorang wanita turut berujar dengan menggenggam beberapa lembar kertas.

"Professor Hars, kenapa anda membahas anak ini?" tanya salah seorang guru dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Ia menatap pada seorang pria berambut panjang dengan warna rambut merah muda.

"Ada sesuatu yang saya temukan saat mengamati gadis ini di kelas pedang, tadi pagi." Ujarnya pelan. Pria yang dipanggil dengan julukan professor itu mulai menatap pria berambut merah dengan luka sayatan di daerah mukanya.

"Tidakkah anda juga menyadarinya, tuan Shiro Ran?" ia menyeringai di balik helaian rambutnya yang panjang.

<>

Klak, "Berhentilah melamun di tengah duel!" seru pria bertubuh kekar itu sembari memukul kepala dengan surai pirang itu dengan keras. Mendengar suara guru yang keras itu, perduelan Elia menjadi perhatian yang memberhentikan duel murid yang lain.

"Anak itu dipukul lagi.."

"Yah, dia cukup payah sih.. benar-benar tidak sebanding dengan lady Lilith."

Beberapa murid yang bernasib sama mungkin memberi rasa iba, namun bagi mereka yang merasa diatas hanya akan menatap rendah padanya. Mereka menunjukkan raut tak sabar akan emosi yang dikeluarkan Elia: mereka berpikir, 'Apakah gadis itu akan menangis? Atau kesal? Atau memberontak? Keberanian apalagi yang akan diperbuatnya?'.

Elia berdecih pelan, ia mengayunkan pedangnya lagi, kali ini pada lawannya yang merasa lengah. Ia menghantamkan pedang itu ke kepala lawannya --tidak sampai patah, namun setelah itu ia mengambil celah dan menyudutkan posisi lawan duelnya. Ia mengarahkan mata pedang pada leher lawan lalu berputar balik dan menghantamkan tubuh pria yang berstatus lawan duelnya itu ke tanah.

Lawannya menggeram marah, "Apa yang kau lakukan?! Gerakan tiba-tiba apa itu?!" pria itu memakinya dan membentaknya dengan tubuh yang menggeliat agar lepas dari cengkraman Elia. Biasanya, di saat seperti ini semua orang akan berbisik dan menyudutkan Elia sembari berpura-pura membela pria yang menjadi lawannya.

Tapi kali ini, mereka semua terdiam.

"Baru saja, apa tidak sakit?"

"Padahal pedang yang dipukul ke kepalanya sampai patah."

"Justru yang lengah malah lawannya, benar-benar payah. Padahal tadi ada celah yang besar."

Mereka mulai berbisik-bisik dengan lawan duel masing-masing, ada yang menyudutkan Elia, ada yang menyudutkan lawannya.

"Oi oi, hentikan," Asher menengahi dengan suara cukup kencang. Ia kembali bertutur, "Apa yang kalian bicarakan? Meskipun lawannya tidak lengah pun, tidak akan ada celah." Ujarnya. Namun segera setelahnya, seorang pria dengan status tinggi mendekati Asher.

Elia: The Daughter Of SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang