Part 2|Tes!

156 20 0
                                    

Camilla dan Claire pergi bersama. Setelah beberapa giliran, kini adalah giliran Elia dan Mario. Mario, dia adalah kakak kelas Elia yang terkenal dalam prestasinya di dunia pedang yang tingkat kesulitannya berada diatas nilai rata rata. Mario adalah tipe orang tidak membuang-buang waktu sehingga ia akan menyerang langsung lawannya dengan kemampuan tertinggi yang ia bisa.

Mario dengan kekuatan kegelapannya mempersiapkan pedangnya yang berwarna abu abu. Elia mengumpulkan kekuatan cahayanya dan menembak bagian perut Mario sebagai sasarannya. Pandangan Elia, termasuk semua orang yang ada disana teralihkan pada langit yang tak lagi memunculkan matahari. Kekuatan cahayanya Elia tidak berkurang. Elia menggunakan kesempatan itu untuk membuat cahaya yang sangat silau hingga seluruh murid dan guru menutup mata mereka kecuali Elia.

Mata Elia berubah menjadi kuning terang dan tak ada yang menyadarinya. Rambutnya menjadi pirang sempurna tanpa sehelaipun rambut perak. Sadar telah lengah, Mario menoleh dan segera menggunakan pedangnya untuk menyerang Elia, pedang itu menyayat hingga baju Elia. Elia menghindar, kakinya berjalan mundur perlahan, cahaya berwarna kuning keluar dari tangannya.

Elia berlari memutari Mario, bersiap dengan kekuatan di tangannya. Mario menatap pergerakan Elia dengan waspada, ia merasakan Elia hendak melukainya dari arah kiri sehingga remaja itu berbalik, ia langsung mengayunkan pedangnya agar mengenai Elia, Elia menyingkir, menyayat pergelangan tangan Mario dan mengambil alih pedangnya.

Kemudian, gadis itu melompat dan melemparkan kekuatannya kepada Mario hingga remaja itu tersungkur, kemudian, Elia mengarahkan mata pedang Mario ke sebelah pemuda itu.

"Kau sudah kalah." Ucap Elia singkat. Mario mengerti dan mengambil pedangnya dari Elia.

"Pertarungan yang bagus." Kata Mario tersenyum ke arah Elia.

"Terima kasih." Balas Elia tersenyum tulus. Mereka berdua pergi dari lapangan dan menghampiri kawan masing-masing. 

"Pertarungan yang sangat bagus El," puji Claire melakukan tos dengan Elia.

Elia terkekeh, "Terima kasih,"

"Omong-omong, hari ini aneh sekali. Matahari beberapa kali tampak, kemudian tak lagi tampak. Apa kau baik baik saja dengan situasi ini?" Tanya Claire menatap matahari yang saat ini bersinar di langit dengan redup.

"Tidak ada pengaruh padaku. Mungkin aku terlalu kuat," kekeh Elia.

"Seandainya raja kegelapan dan ratu cahaya tidak hilang," gumam Elia pelan.

"Benar, mereka berdua ada dimana ya?" balas Claire.

"Apa yang kalian bicarakan??" Tanya Diva tiba-tiba datang dan menengahi pembicaraan.

"Itu loh. Matahari sedari tadi hanya mengeluarkan cahay redup, bahkan selama beberapa menit tidak kelihatan. Seandainya pemimpin kerajaan matahari dan kegelapan masih ada, kira-kira dimana mereka?" Jelas Claire panjang lebar disertai pertanyaan.

"Oh ya?! Aku baru sadar." Timpal Diva menatap langit.

"Kata temanku yang sekolah di Star Academy, pangeran bulan itu sekolah disana. Yah, walaupun itu bukan hal yang mengejutkan juga sih..." Lanjut Diva menatap Elia dan Claire secara bergantian.

"Tapi katanya juga, pangeran itu tidak seperti yang kita pikirkan." Tambahnya. Elia dan Claire saling bertatapan kemudian kembali menatap Diva dan memiringkan kepala.

"Kenapa begitu?" Tanya Claire. Diva menghela nafas panjang.

"Katanya pangeran itu sangat cuek dan pendiam." Tambah Diva.

"Masa sih?! Padahal di pikiranku kebayang pangeran itu ramah dan tampan." Kata Claire.

"Bukankah kau terlalu banyak membaca buku fiksi?" tanya Elia menatap Claire.

"Menurut temanku, dia memang tampan. Tapi kalau ramah sepertinya tidak terlalu, pangeran adalah pribadi yang sangat tertutup." Tambah Diva.

"Oh ya? Siapa temanmu itu?" tanya Elia.

"Dia adalah bangsawan tingkat rendah, gelar bangsawannya memang yang terendah akan tetapi ayahnya memiliki pengaruh penting bagi kerajaan tanah." Jawab Diva.

"Kau sungguh beruntung," ucap Claire.

"Yaa... ayahnya adalah kesatria sedangkan ibunya adalah perawat dari kerajaan tanah. Sehingga mereka memiliki pengaruh juga," jelas Diva dengan raut bahagia.

Aku harus menang. Aku ingin bertanya pada pangeran bulan itu, batin Elia.

Apa yang sebenarnya ia lakukan pada matahari?, batin Elia lagi.

"Aiden Christopher Velian." Gumam Diva.

"Siapa itu?" tanya Elia.

"Itu nama pangeran. Kau tahu kan? Setiap penerus memiliki nama khusus yang diberi oleh roh takhta. Dan nama roh takhta pangeran Aiden adalah Velian," ucap Diva menjelaskan.

"Pangeran Aiden," gumam Claire.

"Nama yang bagus," puji Elia.

"Iya." Sahut Diva menyetujuinya.

"Katanya nama roh takhta pangeran adalah nama pasangannya." Lanjut Diva.

"Velian? Oh! Aku tahu!" ujar Claire tampak gembira.

"Anak dari duke Monic, Veliani Marsya Monica!" Lanjut Claire.

"Siapa dia?" tanya Elia.

"Kau serius tidak tahu? Putri Veliani adalah penyihir ulung dari kerajaan bulan, dia adalah putri mahkota sekaligus tunangan pangeran!" jelas Diva.

"Ah! Iya dia! Mungkin dialah pasangan pangeran. Kan ayahnya adalah duke yang berteman dengan ayah pangeran!" Tukas Diva ikut antusias.

"Dan namanya sangat sesuai dengan nama roh takhta dari putra mahkota,"

"Lalu bagaimana dengan putri matahari?" Tanya Claire.

"Psst. Akan lebih baik kita tidak membahas rumor kehadiran keturunan matahari baru, orang bilang raja bahkan tidak lagi menyayangi kedua putrinya." Balas Diva berbisik.

"Bukan! Maksudku mantan ratu itu! Putri Evellyn," balas Claire berbisik.

"Entahlah, setelah melakukan zina, mungkin sekarang dia sudah mati." Balas Diva.

Aku bisa mendengarnya, batin Elia menatap Diva dan Claire bergantian, ia kemudian menghela nafas.

"Ada apa El?" tanya Claire.

"Tidak. Bukan apa apa." Jawab Elia berdalih.

"Baiklah anak-anak! Ini waktunya babak final!" Ucap sir Michael.

"Secepat itu?!" tanya Claire. Diva menggandeng tangan Elia dan tangan Claire menuju dekat dengan panggung.

"Untuk tadi yang menang bisa mengambil kertas giliran." Lanjut sir Michael.

Elia, Claire dan Diva mengambil kertas giliran mereka. Elia mendapat giliran ke-9. Dari 40 siswa yang lolos babak pertama 20 murid dan nanti yang menang akan ada 10 siswa.

"Kau dapat nomor berapa Div?" Tanya Claire.

"Tiga."

"Oooh. Aku dapat giliran ke-6." Lanjut Claire setelah ber-oh-ria.

"Kamu Ra?" Tanya Diva menatap Elia.

"Ra? Ra siapa?" Tanya Claire tak paham.

"Rasya." Jawab Diva.

"Aku dapat nomor giliran ke-9" Jawab Elia.

"Kurasa dari semua murid, hanya kamu yang memanggil Elia dengan sebutan Rasya." Tukas Claire.

"Agar aku menjadi orang yang special." Jawab Diva dengan nada centil nya. Elia dan Claire hanya terkekeh mendengarnya.

"Omong-omong Lionel bagaimana?" Tanya Elia. Diva terkekeh mendengarnya.

"Dia akan menyesal karena telah memusuhiku. Tapi, mungkin aku juga akan merindukannya." Jawab Diva dengan tawa renyah nya.

"Mungkin dia akan kejang-kejang merindukanmu. Merindukan saat-saat bertengkar denganmu." Tambah Claire tertawa kecil.

"Mungkin."

"Nomor peserta tiga!!"

Diva menoleh dan mendapati Olivia naik disana menunggu dirinya. Diva pamit dan segera menuju ke area lapangan. Dia bersiap dengan kekuatan anginnya. Beberapa kali poni lurusnya itu terkena angin akibat tekanan kekuatannya sendiri. Diva bersiap, menatap lawannya dengan seksama.

"Akh!!!"

Olivia lengah, karena angin sudah berhembus kencang kearahnya dan membuatnya tersungkur. Sebelum bangkit berdiri, Diva menghembuskan angin besar ke sebuah jembatan dinding diatas mereka, bebatuan disana runtuh. Diva melompat kemudian mengarahkan semua kekuatannya dan menghempaskan bebatuan itu dengan kasar.

Bebatuan itu pada akhirnya mengenai Olivia. Tak lama setelahnya, bebatuan tersebut terbang dan tak melukai Olivia. Diva berdecak kesal, sementara Olivia berlari menuju Diva dan segera memukul daerah perut gadis itu hingga tubuh Diva terguling beberapa kali. Tak lama setelahnya Diva kembali bangkit berdiri, ia berlari sangat kencang menghampiri Olivia, saat mendekati ke belakang Olivia, Diva berhenti dan membiarkan Olivia membalikkan badan.

Kemudian, Diva mengepalkan tangannya dan memukul Olivia melalui punggungnya hingga gadis itu menghantam tembok pembatas lapangan.

-To Be Continue-

Elia: The Daughter Of SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang