21. Terbongkar✨

162 5 0
                                    

21. Terbongkar
Selamat membaca

Selamat Membaca

🦚🦚🦚

"Gue bener-bener gak nyangka Bel sama lo, tega-teganya lo khianatin gue." Muka Dinda menggambarkan kekecewaan, setelah tahu siapa pelakunya karena kecerobohan Abel yang membicarakan hal privasi di sembarang tempat.

"Gue, udah anggep lo sebagai sahabat gue. Gu...gue merasa punya teman setelah kematian kedua orang tua gue, tapi lo khianatin kepercayaan gue." Dinda menitikkan air matanya, dia seperti menjalani kehidupan palsu.

"Apa masalah lo Bel, sama gue, selama ini kita juga udah baik-baik saja." Dinda mengalih pandangkan mukanya menatap jendela di Café tempat ia bekerja.

Abel sebenarnya tidak tega melakukan hal seperti itu tapi,"Gue lakuin ini karena lo itu ngelebihin gue dalam hal apapun, lo lo juga berusaha rebut cowok gue. Emangnya gue gatau kalau sebelum gue jadian sama Dio. Lo ngirimin surat murahan lo dan juga makanan gak jelas lo itu. Lo tahu makanan itu udah gue buang, ketempat sampah tempatnya lo." Mendengar cerocosan kemarahan Abel, membuat Dinda semakin berkecil hati. Putus sekolah adalah pilihan yang tepat, walau kurang beberapa tahun ia akan lulus tapi setiap hari dibully atau tidak punya teman itu menyakitkan.

Memang bukan dibully kebanyakan, tapi perkataan atau tuduhan tidak benar bahkan pendiskriminasian masih tetap saja dibully kan?

"Lo bisa bilang sama gue kalau lo mau jadi juara kelas atau apapun. Tapi caranya gak kayak gini Bel. Lo tau, terkadang gue iri sama lo. Lo bisa dapetin apapun yang lo mau, teman, sahabat, semua barang yang lo suka, bahkan pacar lo. Kehidupan lo sangat sempurna, terkadang gue mikir kenapa gue gak jadi elo aja." Dinda menjeda ucapannya karena tersendal-sendal akibat air matanya yang terus mengalir.
"Lo udah hancurin hidup gue, gue gak bisa lanjutin sekolah lagi. Gue belum sempet wujudin keinginan almarhumah orang tua gue, bahkan ayah dari anak gue, ambil anak gue. Gue bener-bener kayak wanita murahan yang cuman butuh duit."

"Itu salah lo, karena lo berani main-main sama gue," Abel menampakkan wajah yang sebenarnya, dibalik keramahan, keanggunan, dan kebaikan nya.

"Lo tahu apa yang paling menyakitkan selain orang tua gue udah gak ada... dikhianatin sahabat orang yang gue percaya itu bener-bener lebih menyakitkan. Selamat Bel, lo bener-bener udah sukses buat gue hancur sehancur-hancurnya, kayaknya bener apa yang orang bilang, orang kaya berteman dan jodohnya orang kaya, orang miskin berteman dan jodohnya orang miskin. Kayaknya kita emang gak cocok jadi temen atau sahabat." Setelah mengatakan itu Dinda segera pergi menjauh dari Abel.

Abel mematung, apakah ia pikir sudah berlebihan, tapi ia mensugestikan bahwa ini adalah hukuman buat orang-orang yang main-main dengan Abel, ia akan berlaku kejam.

🦚🦚🦚

Dinda pergi dengan dada yang menyesakkan, apakah semua orang sama saja tidak ada yang bisa dipercaya kecuali almarhumah kedua orang tuanya. Ia sampai didekat taman yang sepi yang letaknya agak jauh dari Café.
Ia menangis, ia lelah ia hanya ingin berhenti sebentar sebelum melanjutkan perjalanan hidupnya.

"Kayaknya ada yang lagi bahagia nih." Dinda menoleh dan mendapatkan Guntur yang sedang tercengir khasnya entah kenapa wajahnya membuat Dinda tenang.

Tidak! Dinda tidak boleh luluh, ia akan belajar dari kesalahannya. Dinda segera menghapus air matanya masa ketawan nangis sama cowok yang satu tahun lebih muda darinya. Mau taruh dimana wajahnya kalau sudah terjadi seperti ini.

"Bisa gak lo gunain tuh mata buat bedain mana yang sedih sama bahagia." Ketus Dinda.

Guntur segera duduk dan tertawa,"Kalo nangis lo jelek kayak kodok."

DINDA DAN KISAHNYA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang