25. pernikahan✨

135 5 0
                                    

Part 25

Pernikahan

Sebelum pergi ke kantor, Guntur selalu menyempatkan sarapan dirumah Dinda., tentunya bersama anak icik si Darrel yang selalu merajuk jika tidak makan dengan Papa nya.

"Pa, besok Darrel ada terima rapot. Papa dateng sama Mama nya. Darrel mau buktiin kalau Darrel punya Papa."

"Iya nanti Papa dateng." Ujar Guntur sembari mengacak rambut Darrel.

Dinda yang mendengar nya terkejut, astaga Dinda mulai bertanya Darrel itu anak siapa sih. Kenapa hal sebesar ini dia tidak mengetahuinya. Seperti nya nanti malam dia harus berbicara dengan Darrel.

"Gun." Panggil Dinda.

"Hm?" Guntur menaikkan sebelah alisnya dan bertanya.

"Kamu juga harus makan, Darrel bisa kok makan sendiri." Sedari tadi Guntur hanya fokus dengan Darrel hingga melupakan dirinya juga belum sarapan.

Dinda mulai mengambilkan nasi beserta lauk pauknya lalu menyodorkannya pada Guntur.

"Makan dulu ya." Ujar Dinda lembut.

"Suapin dong yang." Pinta Guntur memelas membuat Dinda dengan berat hati segera menyuapi sebelum telat ke kantor.

Mulai lagi deh, sepertinya Guntur bermode manja. Dinda terheran kenapa Darrel lahap sekali jika Guntur yang menyuapi nya, ia menghela napas kasar semoga saja keputusannya benar.

"Din, aku sama Darrel pergi dulu ya."Kata Guntur membuat Dinda tersadar dari lamunannya.

"Hm." Jawab Dinda malas.

Sebelum pergi Dinda memegang tangan Guntur,"Hati-hati." Ujarnya pelan tapi bisa didengar Guntur.

Guntur yang melihat Dinda malu-malu terkekeh mengacak rambutnya sebelum pergi.

Perlakuan kecil yang didapatkan Dinda membuat letupan kupu-kupu di perutnya entahlah. Ia merasa takut sekaligus senang dengan perlakuan Guntur

-

Beberapa bulan kemudian

Pernikahan telah dilaksanakan, semuanya berjalan sempurna. Dinda merasa lega karena semenjak tadi berdiri menyalami tamu katanya cuman sedikit tapi wow dia tidak diberi kesempatan untuk duduk. Memakai high heels 6cm untuk pertama kalinya Dinda merasa terharu karena pernikahan keduanya begitu mewah ia seperti merasa dihargai.

Sekarang ia berada di hotel setelah resepsi tadi membuat Dinda kelelahan ia segera mandi. Beruntung Dinda tidak melihat Guntur kesini, ia segera melepas gaun nya. Punggung mulus Dinda terlihat tapi ia memakai kemben dan juga short pants tidak mungkin ia langsung telanjang di sini bukan?

Ia segera mengambil handuk yang tersedia di lemari. Begitu berbalik ia terkejut melihat Guntur sudah duduk di ranjangnya

"Aaaaaaa ap-apa yang kamu lakuin disini?" Dinda reflek menutupi tubuhnya dengan handuk.

"Ini kamar kita bukan." Oh ya Dinda hampir lupa bahwa mereka berdua sudah menikah.

"Ya sudah, aku mau mandi dulu. Tapi kamu jangan lihat cepet tutup mata."

"Bukankah kita sudah sah." Dinda segera pergi tapi gerakan nya kalah cepat dengan Guntur yang mengunci tubuhnya hingga menempel lemari.

"Gun, aku harus mandi."

"Din, aku baru sadar kalau dilihat dari dekat kamu sangat cantik." Dinda menegang ketika hembusan napas Guntur berada di depan mukanya, mengamati bentuk wajah Dinda hingga menatap pada bibir Dinda yang sialnya begitu menggoda.

Sial batin Guntur

Ia segera mencium bibir Dinda, awalnya hanya menempel tetapi kemudian mulai bergerak, Dinda ingin menolak tetap membungkam mulutnya tapi Guntur segera menggigit keras. Lidah mereka berdua beradu saling menggigit dan membagi saliva.

"Eungh,Gun mhmm lepas mhmmm." Guntur segera memegang kedua tangan Dinda membuat handuknya terjatuh. Tak hanya disitu Guntur mengelus punggung Dinda tak lupa melepaskan pelan-pelan kemben yang Dinda gunakan.

Dirasa mulai kehabisan napas Guntur segera melepaskan ciumannya, Guntur menatap satu wajah Dinda memerah dan terengah-engah.

Guntur melanjutkan ciuman pada leher Dinda membuat tanda cinta sampai ke dadanya.

"Gun, ud udah geli." Dinda memegang kepala Guntur untuk menyingkirkan nya.

Setelah puas dengan Dinda ia berhenti.

"Mandi sana." Dinda mengangguk dan meraih handuknya yang terjatuh. Meninggalkan Guntur yang tersenyum sendiri tidak jelas.

Setelah mandi Dinda berganti pakaian tidur dengan rapi bersyukurlah jika tidak ada yang mengganti dengan pakaian aneh. Ia segera beranjak tidur disamping Guntur yang sudah rapi dengan setelan tidurnya. Entah dia mandi dimana.

Mereka berdua menatap langit hotel.

"Din, apa aku boleh tanya tentang pernikahan mu sebelumnya?" Awalnya wajah Dinda menegang sebelum ia menetralkan kembali seperti biasa.

"Tentu. Aku akan menjelaskan nya"

Dinda menarik napas untuk memulai cerita,

"Sebenarnya kami hanya menikah siri karena dia ingin bertanggung jawab demi anak kami. Awalnya dia baik walau cuek tapi lama kelamaan sifat aslinya mulai terungkap. Setelah anak kami lahir dia mengambil anak pertama ku. Bersama kekasihnya hasil perjodohan dia hidup bahagia sekarang" Jelas Dinda tanpa ada yang tertutupi.

"Anak pertama?" Guntur mulai menatap Dinda serius.

"Darrel memiliki kembaran." Jelas Dinda menatap manik mata coklat.

"Jadi, sejak saat itu aku mulai fokus merawat Darrel dan tidak memikirkan tentang laki-laki, aku cuman takut dikecewakan lagi." Ungkap Dinda sambil tersenyum menatap langit kamar.

Deg Guntur menegang.

"Din apapun yang terjadi janji sama aku ya kita terus bersama." Guntur menggenggam tangan Dinda erat.

"Tentu."

"Gun, sebenarnya aku belum siap kalau kita lakuin itu." Dinda segera mengatakan keresahannya.

"Gausah dipikirin, aku akan nunggu kamu siap."

"Makasih." Dinda berujar tulus tersenyum manis membuat Guntur terpana dengan kecantikan Dinda jika terlihat sedekat ini

"Tidur yuk." Ajak Dinda.

"Mau peluk ay." Guntur mendekap Dinda erat kepalanya ditaruh di dada, Dinda mengusap kepala Guntur dengan sayang.

"Empuk juga ternyata." Ucap Guntur pelan tapi bisa didengar Dinda.

"Tidur Gun." Dinda memejamkan mata tak lama ia kembali ke alam mimpi , disertai dengan dengkuran merdu Guntur.

Setelah mengatakan itu Dinda segera membuka matanya dirasa Guntur sudah tidur hampir saja dia ketiduran walau cuman setengah jam. Ia segera pergi mandi, skincare dan lanjut tidur bersama Guntur.

Ia hanya berharap suatu hari nanti ia bisa menerima kenyataan. Bahwa sesuatu yang ia harapkan belum tentu mengharapkannya kembali. Hidup memang selucu itu.

DINDA DAN KISAHNYA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang