5.Mall✨

163 23 0
                                    

Selamat Membaca
✨✨✨✨

Hari demi hari berjalan seperti biasa, aku gak pernah menyangka aku bisa berteman dengan Abel rasanya masih seperti mimpi. Hinaan dan ejekan kadang datang silih berganti apalagi dengan Wanda and the genk, aku cukup tau diri siapa diriku. Walau seperti itu apalah dayaku selain diam.

Aku selalu berangkat pagi, alasannya cukup mudah karena aku tidak suka menjadi bahan pembicaraan, hari ini adalah hari Rabu hari piketku sudah biasa jika hanya aku yang piket, teman yang lainnya tidak mau piket karena mungkin mereka tidak mau digabungkan denganku.

Aku dengan telaten menyapu kelas memang kelasnya sungguh agak luas, keringat mulai mengucur didahiku tak kupedulikan orang lalu lalang yang menginjakkan sepatunya atau untuk mengotori lantai.

“Wan, kalo orang lagi piket itu hargain dong, bukannya malah ngotorin kelas.”Kata Abel yang tiba-tiba datang.

“Heh gue tuh gak ngotorin ya gue kan cuman buang sampah tapi ada yang piket ya udah gue titip.” Elak Wanda.

“Jelas-jelas gue tau kalo lo sengaja ngotorin kan?”

“Emang nya lo tuh siapa? Gue tuh donatur terbesar disekolah ini jangan macem-macem sama gue atau lo dan jalang itu dikeluarin dari sekolah ini.”

“Lo—“

“Udah lah Bel gue gak papa, lagipula cuman sedikit kok.”

“Tuh dengerin jalang ngomong!” setelah itu Wanda pergi dari kelas untuk pamer barang.

“Kalian semua tuh yang piket hari ini bantuin Dinda napa malah diem-diem ngrumpi gak jelas!” bentak Abel.

Semua orang dikelas hanya diam tidak berani menyahuti Abel saat marah.

“Bel udah lah Bel bentar lagi gue udah selesai kok.” Ujarku untuk menenangkan Abel.

Setelah selesai membersihkan kelas, aku pun duduk dan minum air putih sungguh lelah membersihkan kelas sendirian.

“Lo tuh jangan diem aja Din, mereka makin nglunjak kalo lo diem”

“Gue kan pernah bilang sama lo bel, percuma gue ngelawan ujung-ujungnya masih sama kan.” Lirihku pelan.

“Maafin gue ya, tadi gue terlambat seharusnya gue juga bisa bantuin lo nyapu.” Sesal Abel.

“Udah gue gak papa kok.”

Kemudian bel berbunyi dan pelajaran dimulai, saat dikelas aku selalu disindir oleh teman lain entah itu hanya untuk menanyakan sesuatu yang penting pada guru, atau hanya untuk menjelek-jelekkanku didepan guru.

Tak lama istirahat pertama berbunyi dan akupun makan dengan Abel seperti biasanya, kami juga bercerita banyak hal, Abel memang mudah bergaul dia bisa mencari pembahasan yang unik dan aku mudah mengerti.
Dia memang suka hal-hal yang berbau fashion tak jarang juga tampilannya fashionable, bel pun berbunyi dan pelajaran dimulai, tak lama kemudian istirahat kedua kami semua keluar untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid, walau tak banyak yang ke masjid karena berbagai alasan ada yang sedang haid, ada yang sedang malas berjalan, ada yang masih mau nakal.

Dan masih banyak yang lainnya, yang terpenting aku tidak ikut-ikutan mereka. Setelah selesai shalat aku makan dengan tenang memang tadi Abel menawariku untuk ditraktir tapi aku menolaknya karena tidak ingin merepotkannya.

Aku berteman dengan dia tulus tidak mau memanfaatkan hartanya, aku masih tau diri. Setelah pelajaran selesai akhirnya surga bagi siswa yaitu pulang sekolah adalah hal yang paling dinanti-nanti. Aku dan Abel berjalan menuju gerbang sekolah.

“Din, lo mau gak gue mau ke Mall nih.” Ajak Abel padaku.

“Mmm gimana ya bukanya gue mau nolah tapi, gue gak punya uang.” Cicitku pada Abel. Abel hanya tersenyum,

“Yaudah gue yang traktir gimana?” tawar Abel.

“Gak ah gue gak enak sama lo,”Tolakku halus.

“Yah padahal gue mau quality time sama lo ngerayain persahabatan kita.”
“Sahabat?”

“Iya makanya kita rayain, plis yah mau ya,” ujarnya memelas kalau gini aku kan jadi gak tega, akhirnya aku menyetujuinya.

Setelah jemputan Abel datang, aku dan Abel pergi ke Mall dengan mobil sportnya. Aku tak menyangka bisa naik mobil seperti ini diperjalanan Abel dan aku tertawa dan saling melempar candaan agar perjalanan tidak membosankan.

Setelah tiba di Mall,”Bel ini beneran Mall?” tanyaku pada Abel, maklum aku gak pernah ke Mall, Abel lalu menarikku ke bagian pakaian.

“Nih lo pilih baju yang lo suka.”
Aku mengangguk mengiyakan dan masih terkagum dengan keindahan Mall disana, aku mengikuti perintah Abel setelah kulihat harganya sungguh itu jatah uangku selama sebulan, aku pun mengembalikan baju yang kuambil.

“Loh kenapa dibalikin?”

“Bel apa gak kemahalan disini?”

“Ya ampun lo tuh ya, cepet pilih baju yang lo suka.”

“Bel gue gak mau.” Tolakku lagi.

“Astaga sini gue pilihin gaun buat lo.”
Akhirnya dengan terpaksa aku menerima gaun yang diberikan Abel berwarna biru gelap dengan hiasan yang indah. Aku melihat harganya oh ya Allah tenggelamkan aku di sungai Amazon sekarang.

“Bel ini harganya satu juta loh.”

“Udah gak papa gue kan yang bayar.”

“Mmm makasih yah gue udah ngerepotin elo.”

“Udah gak papa santai aja kali, kan kita sahabat.” Aku hanya tersenyum menanggapinya. Sebenarnya aku tidak enak jika menerima gaun itu tapi kalau menolak pasti juga tidak enak. Aku mengikuti Abel yang sedang membayar dikasir.

Sumpah aku gak pernah ke Mall, ini untuk pertama kalinya apalagi ini yang bayarin sahabatku, akhirnya aku menuruti Abel untuk pergi ke restoran karena sedari tadi perutnya keroncongan minta diisi.

Abel juga menawarkanku makanan yang mahal, aku hanya mengikuti Abel saja toh aku juga belum pernah kesini.

“Bel apa ini gak berlebihan, makanan nya satu aja seratus ribu.” Protesku padanya.

“Kita tuh sahabat gak usah sungkan, gue tau lo kan baru pertama kali disini udah nikmatin aja kali.” Aku hanya menghela nafas pasrah.

Saat masakan disajikan,”Btw habis ini kita mau kemana?”

Aku melihat jam di ponselku,”Bel kayaknya sebentar lagi gue mau kerja deh. Sorry ya.”

“Okey gak papa, lagian gue kan bisa ngajak lo lain kali.” Ungkapnya sambil tersenyum.

“Emang nanti lo mau naik apa. Gue anterin gimana?”

“Mmm apa gak ngerepotin?” tanyaku hati-hati.

“Ya enggak lah lagi pula gue juga mau nongkrong di tempat kerja lo, dirumah boring gue.”

Setelah itu kami makan bersama kadang juga dengan candaan yang receh tak urung kami tertawa, sehabis makan Abel menepati perkataannya ia mengantarku di Café Yellow katanya ingin mengajak kencan dengan Dio pacarnya.

Beruntung jarak Café dengan kos san ku dekat jadi jika pulang aku bisa jalan kaki agar tidak merepotkan Abel. Kurasa hari ini adalah hari bahagia pertamaku sejak masuk sekolah.

✨✨✨✨

Tanggal publikasi : Kamis, 8 April 2021

DINDA DAN KISAHNYA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang