20. Awal Pertemuan✨

75 5 0
                                    

Selamat membaca

Selamat membaca
Jangan lupa pencet tombol bintang dan komen

🔥🔥🔥

Setiap harinya Dinda melayani pelanggan, ia bekerja sebagai pelayan tak terasa sudah dua bulan. Ia merasa lega dalam hidupnya bisa menjalani hari-harinya. Darrell sekarang sudah bisa berguling ketika tidur membuat Dinda harus membatasi dengan guling. Sekarang Darrell selalu menempel dengan Dinda jika ditinggal pasti akan menangis, beruntung Dinda membelikan sedikit mainan agar Darrel diam.

Tiga orang laki-laki yang masih berseragam SMA kelas 10 sedang memasuki café tersebut. Mereka memesan minuman dan juga makanan.
Dinda segera mengantarkan pesanan di antara lelaki tersebut. Perawakan Dinda yang mungil tapi semok membuat mereka berpikir Dinda masih SMP.

"Silahkan dinikmati kak." Dinda segera undur diri sambil tersenyum, ketika mereka menatap kearah dadanya. Memang sering ia ditatap seperti itu, mungkin karena bajunya yang terlalu pres body. ia segera pergi dari meja tersebut dan melayani pelanggan lain.

"Gila tuh cewek body nya bagus juga." Celetuk Tresta.

"Iya tuh, kira-kira masih kelas berapa kali ya. Dilihat dari tubuhnya kayak anak SMP." Tukas Ardan.

"Nah boleh juga tuh," Ujar Guntur.

"Gimana kalau kita taruhan, bos lo kan raja buaya dari segala cewek gimana kalau lo deketin dia terus lo pacarin." Usul Tresta.

Guntur memikirkan sebentar, kemudian ia mengangguk pertanda menyetujui,

"Ada taruhannya gak." Tanya Guntur.

"Jam rolex gue kasih ke lo." Ujar Ardan.

"Gue kasih mobil sport merah gue. Gimana, setuju gak?" Ujar Tresta dan hanya diangguki serta seringai dari Guntur.

-

Guntur dengan sabar ia menunggu semua pelanggan pergi termasuk temannya. Alasan saja hanya untuk mendekati Dinda. Emang dia barang taruhan apa, seenaknya dilempar sana sini.

Akhirnya café tersebut tutup pada jam Sembilan malam, Guntur yang sedang duduk di motor sport nya menoleh kearah Dinda yang sekarang bertugas untuk mengunci.

Tiba- tiba Guntur menghadangnya, sungguh Dinda sangat kesal ia sudah capek dadanya juga sudah terasa berat, ia ingin segera menyusui Darrell tapi kenapa manusia ini sungguh mengganggunya, memang dari tadi Guntur menatap Dinda intens membuat Dinda tidak nyaman.

"Boleh kenalan gak?" tanya Guntur.

"Gak." Dinda segera ingin pergi, tetapi.

"Eits, tunggu dulu dong cantik, kan kita harus akrab-akrab an." Guntur ini memang dasarnya jahil, sok kenal dan sok dekat.

"Atas dasar apa? Lo kan masih kelas 10 belajar yang bener gak usah banyak bacot." Dinda menatap badge seragam cowok tersebut, tolonglah dia sudah lelah hari ini.

"Ish galak amat neng."

"Kalo lo mau taruhan gue udah tau." Dinda dingin dan jutek, ia harus membangun benteng pertahanan yang kuat agar tidak ada yang bisa dobrak hatinya cukup satu kesalahannya dulu ia tidak ingin menambah beban hidupnya.

DINDA DAN KISAHNYA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang