14.Keputusan✨

116 10 0
                                    

PART 14

Keputusan




✨✨✨

Dinda refleks terbangun, ia ketiduran sampai subuh. Entah mengapa Dinda makin hari makin malas untuk bergerak. Tapi ia harus semangat, hidup sebatang kara bagi Dinda tidaklah mudah. Melawan bahayanya dunia membuat Dinda harus lebih berhati-hati dengan dunia ini yang kejam.

Ia segera melaksanakan kewajibannya sebagai muslim untuk solat, setelah menunaikannya, ia jadi ingin makan yang pedas-pedas.

"Ish, kok gue aneh banget yah. Mungkin nanti beli kali. Masih pagi gini malah pengen pedes." Gumam Dinda pelan.

Sesampainya disekolah Dinda segera pergi kekantin, kali ini ia makan mie ayam dengan 5 sendok sambal, entah terbuat apa perut Dinda, selalu menginginkan yang aneh-aneh.

Dinda menghabiskan makanannya dengan lahap. Lalu ia segera membayarnya dan pergi kekelas. Dinda juga terlalu boros dalam hal makanan tapi menurutnya ia tidak mempermasalahkan itu. Mungkin sekali-kali makan enak pikirnya.

Harinya seperti biasa, tapi yang aneh Dinda lelah ingin berbaring rasanya pengen aja gitu. Saat pulang ia menunggu angkot untuk pergi bekerja, keinginan Dinda harus tertunda dulu. Tapi tiba-tiba ada yang menarik tangannya.

"Ikut gue." Dinda belum menyetujuinya tapi suara dingin itu membawanya ke sebuah mobil dan melajut begitu cepat.

"Ck, lo apain bawa-bawa gue. Sembarangan!" Orang itu adalah Farrell.

Mereka sampai dirumah sakit terdekat. Farrell segera memaksa Dinda turun dari mobilnya dan mencengkram tangan Dinda. Melihat situasi muka Farrell yang dingin mengintimidasi membuat Dinda harus pasrah tangannya ditarik bagai kambing.

Setelah sampai diruangan lebih tepatnya ruang periksa ibu hamil. Dinda terdiam ia melongo kenapa ia mendadak jadi lemot. Dengan kasar Farrell membawa Dinda masuk.

Mereka terduduk,"Periksa dia." Perintah Farrell pada dokter wanita itu, tanpa basa-basi dokter itu segera memeriksanya.

"Buka dulu perutnya Bu." Dinda menjadi blank sejak pertama kali diajak oleh Farrell.

Farrell membuang pandangan pada Dinda, dengan terpaksa Dinda membuka seragamnya dan menampakkan perut yang lumayan buncit. Dinda juga aneh dengan dirinya, dipikir karena terlalu banyak makan.

Dokter tersebut mengoleskan gel dan melihat melalui alat USG, Dinda ia sungguh syok.

'Gak ini gak mungkin kan.' Batin Dinda.

Setelah pemeriksaan itu, dinda kembali menutup perutnya.

Dokter tersebut tersenyum,"Kandungan isteri anda masih berusia 2 minggu Pak."

Pernyataan dokter itu membuat mata Dinda berkaca-kaca dengan wajah pucatnya. Setelah menyelesaikan administrasinya Farrell segera pergi menarik tangan Dinda dengan kasar, sampailah mereka didalam mobil.

"Kak, ini gak mungkin kan." Cukup terdiam beberapa lama Dinda menyatakan ketidakpercayaannya.

Farrell memejamkan matanya mengusap rambutnya kasar, ia melajukan mobilnya ugal-ugalan membiarkan umpatan pengendara lain. Jangan ditanya ia tahu dimana Dinda tinggal, apapun bisa ia lakukan.

Setelah mengantarkan pulang Farrell pergi tanpa sepatah kata. Meninggalkan Dinda sendirian!

Yah seperti ini, Dinda selalu sendirian. Lagipula apa hubungannya ia dengan Farrell cuman bos saat ia PKL.

Dinda pulang dengan keadaan pucat, ia tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Ia memandang cermin betapa hina dirinya.

PRAAANG!

DINDA DAN KISAHNYA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang