๑Vlll🏥

13K 1K 41
                                    

Setelah menikah, jaemin izin sekolah selama beberapa hari. Maklum pengantin baru pasti ada aja alasannya..

Dan satu hal yang nana belum sadari yaitu tentang obat yang diberikan oleh suaminya. Jeno juga tidak mengatakan apa-apa padanya, yang pasti itu sudah terlanjur terjadi dan nana sendiri tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Senin ini ia sudah bisa kembali bersekolah. Akan tetapi kali ini tentu saja berbeda, karena jeno yang akan selalu mengantar dan menjemput istrinya.

Selesai sarapan nomin sudah siap berangkat, kebetulan jeno juga hari ini ada jam mengajar pagi, jadi mereka sama-sama bersemangat.

"Sudah? Ayo berangkat"

>>>

Siswa-siswi yang sudah mengetahui tentang nana adalah istrinya jeno, mereka sekarang tidak berani untuk mengejek atau menghinanya miskin lagi.
Walaupun nana dari kelas 10 sampai 12 tidak mendapatkan bullying secara fisik, tapi hatinya selalu saja sakit ketika mendengar ejekan yang tidak mengenakan untuknya dari murid-murid yang tidak suka terhadapnya.

Seiring berjalannya waktu, Jaemin mulai terbiasa dengan sikap-sikap para murid yang selalu mendekatinya hanya untuk sekedar menceritakan tentang suaminya itu bagaimana dan seperti apa jika sedang bersamanya.

Memang aneh sih pertanyaannya, kenapa murid-murid perempuan bertanya seperti itu, meski malu tapi nana tidak berat hati sama sekali, justru ia senang karena hari-hari di jam istirahatnya tidak membosankan seperti dulu, ia bisa mengobrol-ngobrol banyak dan berkomunikasi dengan baik, dan ia tidak merasa kesepian lagi sekarang.

Setiap pulang sekolah, para murid perempuan mengikuti nana dan menunggunya hingga jeno datang untuk menjemputnya. Mereka hanya sekedar ingin melihat jeno saja, walaupun masih ada juga yang merasa iri. Tapi sekarang kebanyakan mendukung nomin.

.

.

.

Guru wali kelasnya jaemin menyuruhnya untuk menyimpan buku-buku kepustakaan. Pas bel berbunyi teman-temannya yang lain langsung pada keluar karena takut disuruh. Dan ya, ternyata memang benar, mereka sangat males memang tidak ingin membantu!

"Tolong ya.."

"Baik bu" balas nana sopan, ia menumpuk buku-buku pelajaran dan mengangkatnya dengan susah payah.

"Uhh berat sekali" Nana berjalan keluar kelas menuju ke perpustakaan.
Buku-buku yang dibawanya itu tebal-tebal semua jadi nana sedikit kesusahan membawanya apalagi jumlahnya lumayan banyak.

Sialnya tidak ada seorang siswa lain-pun yang lewat, jadi nana harus terus berjalan sendirian.

Beruntung perpustakaannya tidak berada dilantai atas, jadi nana tidak perlu menaiki tangga, cukup jalan lurus dan belok dua kali sudah sampai, tidak terlalu jauh kok.

Ditengah perjalanan nana merasa pusing, tinggal sedikit lagi ia akan sampai tapi ia sudah tidak kuat menahannya.

Hingga akhirnya suara gedebruk yang keras terdengar hingga ke kelas lain.

.
.
.

Di kampus neo culture, jeno sedang sibuk menerangkan mata kuliah, tetapi ia terpaksa harus menghentikan penjelasannya karena handphonenya berbunyi.

Melihat siapa nama yang meneleponnya,
Jeno dengan cepat menekan tombol hijau. Seminggu yang lalu, ia membelikan nana sebuah handphone untuk berjaga-jaga. Awalnya nana menolak karena tidak mengerti cara menggunakannya, dan jeno-pun mengajarinya agar bisa menelepon.

"Iya? tumben sekali kau meneleponku na ada apa?"

"Ha-hallo oppa!"

Jeno menyeritkan alisnya bingung, ini bukan suara istrinya.
"Nuggu ya?"

"A-anu itu jaemin, dia..dia..."

"Dia kenapa?!" Tanya jeno mulai cemas.

"Jaemin pingsan, Kita sedang membawanya kerumah sakit xxx sekarang! Tadi dia-"

Pip

Jeno langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa memastikan kenapa istrinya bisa dibawa kerumah sakit.

"Semuanya saya minta maaf, saya harus pergi sekarang! Untuk hari ini cukup saja, Minggu depan kita lanjutkan!" Putus jeno pada akhirnya dan langsung keluar dengan berlari.

.

.

.

Sesampainya dirumah sakit

Brak

"Sayang?!" Jeno membuka pintu ruang rawatnya nana dengan kasar, sampai dokter yang sudah selesai memeriksa nana-pun tersentak kaget, begitu juga orang yang diperiksanya sudah sadar..

"Hyung.."

Jeno menghampiri istrinya dan langsung memeriksa seluruh tubuhnya "Apa kau baik-baik saja hah? Dimana yang sakit? Kenapa kau bisa pingsan hm? Ayo katakan padaku!"

"Iya, tidak ada, tadi kepalaku pusing sekali, katanya aku sudah dibawa ke ruang uks tapi aku tidak sadar-sadar, lalu temanku menyarankan pada petugas kesehatan untuk dibawa kesini" jelas jaemin

Jeno menghela nafas lega. Dokter yang tadinya akan menjelaskan kenapa jaemin bisa pingsan tidak jadi karena jeno yang buru-buru mengkhawatirkan istrinya.

"Lalu kenapa kau bisa pingsan hm?"

"Permisi tuan"

Jeno dan nana menoleh kearah dokter.

"Mari silahkan duduk dulu" Ajak dokter yang bername tag kim itu.

"Pelan-pelan" ucap jeno membantu nana turun dari ranjang rumah sakit.

Setelah berhadapan dengan dr.kim.
Akhirnya dokter itu menjelaskan

"Keadaan istrimu tidak apa-apa tuan, tidak ada yang serius, istirahat sebentar seharusnya cukup."

"Lihat kan dokter mengatakan aku tidak apa-apa~" ucap nana menyakinkan suaminya agar tidak terlalu khawatir.

Jeno tidak menggubris istrinya, ia fokus mendengarkan ucapan dokter yang selanjutnya

"Hanya saja melakukan hal yang berat saat hamil muda itu sedikit berbahaya"

BOOM!

Nana melotot kaget

Tubi kontinnyu~

Tubi kontinnyu~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak Imoet ! || Nomin • END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang