bab 4

532 111 263
                                    

Sudah 2 hari Mikayla tidak berangkat sekolah, dia beralasan pada mamanya kalau dia dibully pas hari pertama masuk, padahal kenyataannya dia yang malas berangkat sekolah. Apalagi alasannya kalau bukan karna sairish yang juga tidak mau mengikuti kegiatan MOS itu.

Mikayla beranggapan, kalau Sairish malas, berarti dia juga harus ikutan malas. Biar couple-lan gitu, kasihan Sairish kalau malas sendiri. Sebagai sahabat yang baik, dia harus menemaninya. Alhasil selama 3 hari, mereka liburan ke bandung dan menghabiskan waktu dengan bermalas malasan di hotel milik Sairish. Beruntung Mikayla punya Adena yang tetap memberikan kabar seputar sekolah mereka, dan menurut Mikayla, belum ada yang menarik dari informasi tersebut. Jadi dia benar benar mengabaikannya. Mikayla dan Sairish hanya fokus untuk bermalas malasan saja.

Tapi pagi ini, saatnya dia kembali ke realita kehidupan. Mikayla dan Sairish sedang berada di dalam mobil yang membawa mereka ke sekolah. Terlihat raut wajah cemberut Mikayla membuat Sairish bingung. 

"Lo kenapa Ka? dari pertama naik mobil sampai mau nyampe sekolah, muka lo ketekuk terus? Lo marah sama gue?"

Mikayla menghela napas pelan, dia menatap Sairish yang duduk disebelahnya. Bibirnya manyun ke depan siap menggerutu. "Gue itu malas ke sekolah Rish, lo tau kan gue absen habis ngehajar anak orang?" Gimana kalo dia laporin gue ke polisi? aduuh, bisa beneran digantung gue sama mama." Mikayla panik sendiri, dia menatap Sairish dengan pandangan cemas.

"Lagian, kakak kelas lo hajar, Berani benar. Baru jadi anak baru beberapa jam, udah bikin ulah." Sairish menertawakan tingkah Mikayla yang terlihat pasrah. "Seharusnya ya, lo kemarin jangan cekik lehernya Ka, gila lo. Kalo anak orang mati pelan pelan gimana coba?" Lagi Sairish menakut nakutin Mikayla, membuat wajah gadis itu pucat pasi.

"Ya gue harus ngapain dong? masa dia hina hina gue, trus gue diam aja. Harga diri dong Rish!. Dia juga kan nyekik gue duluan, anggap aja gue reflek balasnya.Coba lo ada disitu, trus lo yang dikatain, mungkin habis tu cewek." Mikayla mengutarakan unek uneknya menggebu nggebu.

Sairish menjentikkan jarinya kehadapan Mikayla. "Nah itu maksud gue Ka..!Seharusnya lo ngga ngecekik dia, tapi langsung aja lo patahin batang lehernya, biar mampus sekalian." Sairish tertawa jahat membuat bulu kuduk Mikayla berdiri semua.

"Untung aja lo ngga ada di TKP kemarin Rish, kalo ngga...?"

Sairish menaikkan sebelah alisnya bertanya, "Kalo ngga?"

"Ya kalo ngga, udah lo patahin beneran batang lehernya tuh si Nina bobo." Mikayla tertawa cekikikan

"Lo psycopat Ka. Ngeri gue, sumpah. Kecil kecil udah sadis aja lo."

"Lo yang psycopat. Itu kan ide lo!"

"Gue cuma bercanda kambing!"

"Ya, ya-... ngga tau lah."

Tanpa mereka sadari, mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan gerbang sekolah. Pak Udin menengok ke bangku belakang untuk mengingatkan kedua gadis yang masih sibuk menjahili satu sama lain itu.

"Non Irish, non Mika, sudah sampai."

"Haa,, udah sampai ya pak?" Mikayla bertanya linglung. "Aduuh, gimana dong Rish, gue beneran gugup nih? Gimana kalo gue di bully nanti, aduuh!." Mikayla terlihat gelisah di tempat duduknya, dia menggigit kecil kukunya pertanda dia gugup. 

"Santai Ka, lo lupa siapa gue?" Sairish menepuk dadanya jumawa.

"Emangnya siapa lo?". Mikayla menaikkan alisnya bertanya bingung. Sudah bingung dengan nasibnya, lagi dibuat bingung oleh tingkah Sairish yang kelewat percaya diri.

"Ya, gue Sairish lah!" Sairish tertawa kencang, membuat Mikayla mendengus kesal.

"Gue serius bego!".

Hallo, MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang