bab 3

642 119 289
                                    

"Ngapain lo duduk disini?"

Suasana yang tadinya riuh, langsung berubah hening. Semua mata fokus menengok ke sumber suara. Tapi tidak dengan Mikayla, dia malah terlihat sibuk menyantap makanannya tanpa mempedulikan situasi yang mulai tegang.

Tiga gadis cantik yang berdiri angkuh menatap Mikayla dengan marah. Gadis yang berdiri di tengah yang bersedekap dada terlihat sudah mengepalkan tangan dibalik lipatan tangannya. Sorot matanya terlihat dingin dan mengancam.

"H-hai Nina cantik,duduk samping abang yuk" Arvin mencoba mencairkan suasana, dia tersenyum canggung menatap gadis yang bernama nina tersebut. Sedangkan teman temannya yang lain terlihat masa bodoh dan kembali melanjutkan makannya.

Nina mendelik tidak santai ketika mendengar sapaan Arvin, dia mendengus kesal. Tanpa memperdulikan ucapan Arvin, Nina masih menatap nyalang pada punggung Mikayla yang tidak bergeming.

"Ck, selain murahan, ternyata lo budeg juga ya? Pantas sih, jalang kecil jelek kayak lo lagi gencar gencarnya cari mangsa."

"Uhuk, uhuk," Adena tersedak batagor yang dia makan. Dia segera meraih es tehnya dan menyeruputnya cepat. Setelah itu dia memukul pelan dadanya sambil menatap Mikayla yang masih sibuk menghabiskan makanannya. 'Ini anak ngga tau situasi banget sih! suasana lagi tegang gini, dia malah enak-enakan makan. Ngga tau apa, kalo dia yang disindir.' Adena membatin sendiri.

"Na, lo lapar kan? mau gue pesenin makanan, ngga? biar lo ngga marah-marah ngga jelas kayak gini."

Pfftt ... Ekhm. "Den, lo udah selesai?" Mikayla menyamarkan senyumannya dengan pura-pura berdehem.

"Udah, udah!" Tanpa pikir panjang Adena langsung bangun dari duduknya.'Sial, padahal makanan gue masih banyak. Emang si anying nih kakak kelas, mana gue masih lapar lagi.' Adena lagi-lagi menggerutu dalam hati.

Sebelum bangun, Mikayla menyeruput habis es tehnya hingga berbunyi. Slurrp, slurrp, slurrp. "Ahh segernya."

Keempat laki laki itu berusaha menahan tawa melihat tingkah Mikayla, benar-benar masa bodoh, padahal banteng dibelakangnya sudah bersiap untuk menyeruduk.

'Benar-benar cari penyakit nih anak, aduhhh!' Adena takut-takut melirik wajah merah padam Nina dan teman temannya.

"Udah habis itu Mika, jangan diseruput teruuuss, ih gemes. Cepetan bangun." Adena berbisik sambil menarik lengan Mikayla untuk bangun.

"Oh, udah habis, ya? Gue kira masih ada, soalnya gue haus banget abis ngoceh dari tadi."

Pffft, hahahaha. "Sial!"

Akhirnya Ghazi sudah tidak tahan untuk menyemburkan tawanya. Perutnya sudah benar benar tidak bisa diajak kompromi untuk menahan tawa lagi. Begitupun dengan Arvin, dan Aldo, mereka kompak tertawa keras melihat kelakuan Mikayla yang ajaib, Jayden hanya bisa tersenyum kecil menanggapinya. Sedangkan Adena, jangan ditanya. Dia hampir mati karna menahan napas mendengar ucapan Mikayla. 'Mati nih, mati! emang cari mati nih anak. Baru hari pertama nginjakin kaki di sekolah, gue udah masuk komplotan pemberontak yang bersiap mengkudeta kerajaan sekolah. Aaahhh, selamat tinggal masa tenang....'

Mikayla bangun dari duduknya dan berniat melangkah diikuti Adena yang bersembunyi dibalik punggungnya.

"Lo nyindir gue, jalang?" Sebuah tangan mendorong bahu Mikayla dengan keras sampai Mikayla nyaris terjungkal ke belakang. Tapi nasib sial dialami Adena, dia yang menggantikan posisi Mikayla yang jatuh. Hingga punggungnya menghantam pinggiran meja.

Aauuuhh, sssstt. Adena meringis pelan karna punggungnya terasa nyeri. Arvin yang berada di dekat Adena langsung membantunya untuk bangun, dan membersihkan punggung gadis itu yang terkena sedikit kuah bakso.

Hallo, MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang