bab 9

336 75 133
                                    

Sudah sebulan lebih dari hari mereka pergi ke mall. Mikayla masih ingat keesokan harinya, Rara berlari memeluk dia dan Sairish sambil berlinang air mata. Rara mengucapkan banyak terima kasih karna telah baik padanya dan keluarganya.

Bagaimana tidak, Sairish mengirimkan satu truk bahan makanan, pakaian, perlengkapan sekolah, popok, sampai yang sekecil sabun mandi ada. Semua lengkap dia kirimkan. Dan itu membuat mereka semua sangat bahagia. Mereka senang karna ada orang sebaik itu memberikan semuanya disaat mereka sedang benar benar kesulitan finansial karna donatur tetap mereka tiba tiba menghentikan dananya, membuat bunda dan anak anak yang sudah cukup besar termasuk rara kelimpungan mencari pekerjaan apapun yang penting halal.

Rara adalah anak yatim piatu, dia tinggal di panti asuhan dari dia masih bayi. Sekarang dia sudah berumur 16 tahun jadi dia ikut berkewajiban merawat adik adiknya yang berjumlah lebih dari 50 orang.

Sebenarnya diantara mereka tidak ada yang tau seluk beluk kehidupan masing masing, kecuali Mikayla dan Sairish yang memang sudah kenal dari jaman masih pake popok barengan, tapi seorang Adena dengan segala bujuk rayu tindak tanduknya membuat rara yang pendiam hanya bisa menjawab jujur saat Adena bertanya soal kehidupannya. Sedangkan pada Mikayla dan Sairish, Adena keburu keder duluan melihat tatapan Sairish. Memang, Sairish dan aura bossy-nya, dan hanya Mikayla yang mampu menjinakkannya.

🍀🍀🍀

"Oke Class, hari ini pelajarannya sampai disini dulu, jangan lupa kerjakan tugasnya ya. Sampai ketemu minggu depan. Have nice day guys!"

Setelah Miss Sovie keluar, kelas langsung ramai seperti pasar malam.

"Gila, Miss Sovie serem banget anjir. tugasnya subhanallah."

"Gue auto meriang nih kalo guru gurunya kayak miss Sovie semua. Bisa bisa gue mengalami kebotakan dini lagi."

"Sumpah ya Gas, ngedengar Miss Sovie ngomong dari tadi bikin gue ngantuk. Mana perut gue ngga berhenti bunyi lagi dari tadi. Sial, kelaparan ini benar benar nyiksa gue."

Bangku Mikayla yang bersebelahan langsung dengan bangku murid cowok hanya bisa tersenyum geli mendengar berbagai gerutuan teman temannya.

"Makanya, tu otak jangan diisi makanan mulu Jon, jadi ngga konsen kan lo." Mikayla menimpali ucapan teman di sebelahnya yang dipanggil Jon itu. Sebenarnya namanya Jonathan, tapi Mikayla manggilnya Jono.

"Eh, neng Mika, nyahut aja." Ke kantin kuy, gue traktir."

"Ogah, ajak si Bagas noh. Kayaknya dia udah mau pingsang tuh gara gara denger ocehan lo dari tadi."

"Ayo lah, sebagai tanda pertemanan kita ini." Jono masih ngotot membujuk Mikayla.

"Oke, kalo lo maksa." Mikayla berdiri dari bangkunya. Dia berdehem sebentar sebelum berbicara keras keras.

"Perhatian guys!! hari ini kita sekelas akan ditraktir Jono. Jadi kalian bisa makan sepuasnya dikantin, nanti Jono yang bayar."

Langsung terdengar koor serempak dari penghuni kelas 1-1. Semua berteriak heboh sambil mengucapkan terima kasih kepada Jono yang yang wajahnya sudah memucat karna terkejut. Dia masih terdiam kaku belum bisa mencerna ucapan Mikayla yang terdengar seperti dengungan di telinganya.

"Jon, ayo dong, kok lo malah bengong?" Adena memukul pundak Jono. Cowok itu reflek terjengkit kaget.

"Kenapa lo mukul gue Aden, sakit tau." Jono mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ih, ngga usah sok imut, lo ngga imut sama sekali. Kuy lah ke kantin, lo harus traktir kita sekelas nih." Adena menyeringai sambil menaik turunkan alisnya.

Hallo, MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang