Bab 31

242 27 132
                                    

Mereka semua makan dalam diam, tidak ada seorangpun yang bersuara selain bunyi dentingan sendok dan piring yang saling beradu. Setelah makan malam selesai, mereka kembali berkumpul di ruang keluarga.

"Om dengar, kamu satu sekolah dengan Nina, Kay?" Bimo, adik bungsu ayahnya bertanya. Membuat Mikayla yang ingin memasukkan potongan jeruk ke mulutnya terhenti sesaat. Alis gadis itu terangkat sebelah, setelah itu sebuah senyuman tipis terukir.

"Oh, ya? Aku bahkan ngga sadar kalau aku satu sekolah dengan anak ayahku yang lain."

Ppffftt ... Suara tawa tertahan terdengar dari arah samping Mikayla. Sepupunya, Agya terlihat berusaha menyembunyikan tawanya. Membuat Mikayla mengedipkan sebelah matanya ke arah remaja 15 tahun itu.

"Padahal Nina cukup terkenal di sekolah." lagi, Om Bimo memprovokasi.

"Benar kah? Waah, berarti aku yang ngga update ya. Sayang sekali, padahal aku bisa numpang tenar kalau tau anak ayahku juga ada disana." Mikayla terkekeh sambil tetap menyantap jeruk mandarin di tangannya, tanpa memperdulikan ayah dan keluarga bahagianya yang sudah tidak nyaman.

"Dia saudaramu juga, Kay." tantenya tiba-tiba menyahut.

Mikayla mendengus, lalu kemudian gadis itu tersenyum remeh, "setauku, mama hanya melahirkan aku aja. Ngga pernah kasih aku adik apalagi kakak, bagaimana bisa aku punya saudara. Bukan begitu, Pa? Mamaku hanya melahirkan aku aja, kan?"

Mendengar perkataan anak gadisnya, ayahnya hanya bisa mengangguk pasrah dengan wajah merah padamnya, sedangkan wanita yang duduk di sampingnya terlihat mengepalkan tangan menahan marah, begitupun dengan Nina.

"Tante lihat. Bahkan Papa aja ngakuin, aku hanya anak tunggal. Dan akan tetap seperti itu, sampai kapanpun."

Semua yang berada disana langsung terdiam, tidak ada yang bisa menyanggah perkataan Mikayla karna faktanya memang seperti itu.

Ayahnya berselingkuh dengan sekretarisnya sampai menghasilkan seorang anak diluar pernikahan. Sedangkan saat itu istrinya baru saja diketahui hamil setelah menjalani pernikahan selama 5 tahun. Dan sekarang, ayahnya tinggal dengan perempuan murahan itu beserta anaknya tanpa status pernikahan yang sah.

Bukan tanpa alasan Nyonya Mutia Gloria tidak menceraikannya, dia hanya ingin membuat suaminya dan pasangan selingkuhannya menderita karna pernikahannya tidak diakui negara, begitupun dengan anak perempuannya. Itu adalah hukuman terberat yang di berikan mamanya untuk papanya yang sudah berkhianat.

Mikayla mengalihkan pertanyaannya pada sang Om yang duduk tepat di depannya, "oh ya, aku dengar Perusahaan Om baru nerbitin salah satu model remaja, ya? Katanya dia lagi naik daun sekarang."

"Iya, Kay. Dia temannya Nina, kebetulan dia yang kenalin. Anaknya cantik, wajar saja dia cepat melejit. Sudah ada beberapa perusahaan yang menginginkan dia jadi Brand Ambasador-nya, tapi sebagian belum deal karna pihak Perusahaan masih memeriksa kontraknya. Doakan moga cepat ACC, ya." terlihat Om Bimo tersenyum lebar.

Nina yang mendengarnya tersenyum bangga, dia menatap remeh ke arah Mikayla yang disambut kekehan geli gadis itu. 'Tolol, bitch." Mikayla memaki dalam hati.

"Om, boleh kasih saran, ngga?"

"Saran apa? Jangan bilang, kamu mau ikut jadi model juga di Perusahaan Om, sama kayak Nina. Kalo itu sih, Om langsung oke."

"Sorry, Om. Model bukan level ku. Om pasti tau kalau seleraku ngga semurahan itu." Mikayla tersenyum sinis dibalik cangkir teh yang sedang di sesapnya. Sindirannya tepat mengenai sasaran, pandangan wajah Nina yg terlihat menahan emosi langsung terarah pada Mikayla.

"Jadi, kamu ingin kasih saran apa?" Om Bimo kembali bertanya.

"Lepasin gadis itu. Sebelum saham Om merosot jauh dan jatuh bangkrut dalam beberapa hari ini." Mikayla berucap santai.

Hallo, MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang