"Awsss ... Sakit sayang. Pelan-pelan dong."
Jevano meringis kesakitan kala Naraka meletakkan alkohol di wajahnya.
Keduanya, kini berada di halaman belakang sekolah. Beralasan Naraka malas melihat Gino dan Lia yang masih berada di UKS. Setelah mengambil kotak P3K, Naraka langsung membawa Jevano pergi dari UKS.
Lagipula, jika Jevano dan Gino disatukan dalam satu ruangan saat ini. Dipastikan, mereka akan ribut kembali. Dan Naraka tidak ingin jika itu terjadi. Ia begitu benci melihat luka di wajah Jevano saat ini. Mana tega jika melihat lukanya semakin bertambah.
"Gak usah sok manis! Tadi aja berantem!" cerca Naraka.
Jevano tersenyum kecil, "Emang sengaja berantem. Soalnya, aku tahu akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus."
Naraka mendelik, "Keuntungan darimana anj-"
"Pertama, aku bukan anj*ng, sayang. Salah satu keuntungannya itu ya ini, bisa diobati sama kamu. Terus, aku yakin setelah ini Papa pasti akan dipanggil sama sekolah." jelas Jevano.
Tangan Naraka yang mengobati Jevano terhenti seketika mendengar laki-laki itu menyebut Papa-nya. Matanya tertuju menatap mata Jevano. Mata yang penuh dengan luka tersebut.
"Nanti kalau Papa hukum kamu lebih parah gimana? Luka cambuk kemarin aja belum kering kan?" ucap Naraka terlihat begitu khawatir.
Jevano menatap Naraka balik, lalu tersenyum tipis, "Gak pa-pa, itu emang tujuan aku."
Naraka menunduk sedih, "Jeno, kalau kamu sayang sama aku. Jangan hobi melukai diri sendiri seperti ini. Lukamu juga membuat aku terluka."
Jevano termangu, ucapan Naraka membuat hatinya menjadi sesak. Ia tidak ingin membuat Naraka terluka. Tapi, ternyata dirinya sudah terlalu sering melakukannya tanpa ia sadari.
"Maaf ...." sesalnya, mengusap lembut daun telinga Naraka.
Naraka mendongak, diiringi senyuman tipis. "Aku pengen peluk Jeno dengan erat tanpa khawatir dengan luka di punggung Jeno. Bisakan Jeno mengabulkan keinginan aku?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
Jevano tersenyum, lalu mengangguk tanpa ragu sedikitpun, "Iya, tidak lama lagi itu akan terjadi. Aku janji, Na."
Naraka menyengir, lalu kembali melanjutkan kegiatannya yaitu mengobati luka Jevano. Dan selama ia mengobati, pandangan Jevano tidak lepas darinya.
"Kamu adalah obat disetiap luka yang aku dapatkan, Na. Jika kamu tidak ada, aku akan mati."
Naraka termangu, namun tak lama kembali tersenyum, "Dan selama aku ada. Kamu tidak akan mati, Jeno."
Jevano hanya tersenyum tipis mendengarnya. Apa yang dikatakan Naraka terdengar seram ditelinganya. Karena Jevano sudah tahu sifat asli Naraka yang selama ini laki-laki itu sembunyikan dibalik wajah ramah-tamahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us ✓
Teen Fiction"Ini tentang kita. Dunia ini milik kita, tidak boleh ada orang lain. Jadi, jangan coba-coba pergi meninggalkanku seorang diri." "Kemarin yang pertama dan terakhir. Tidak akan ada lagi yang memisahkan kita, selain kematian." ⚠️ BXB! BOYSLOVE AREA ⚠️...