M I N E

474 48 3
                                    

"Ssshhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ssshhhh ... Jeno ...."

Naraka mengaduh merasakan rangsangan kuat yang menyerangnya karena tiba-tiba Jevano menempelkan kepalanya di selangkangannya yang sedang terbuka lebar dihadapan Jevano. Ia yang semula ingin mengusap surai hitam Jevano menjadi meremas kuat-kuat sofanya.

Jevano, mengendus layaknya seekor anjing. Mengecup berulangkali penisnya yang masih terbungkus oleh boxer dan juga celana dalam.

Kakinya diarahkan Jevano ke atas pundaknya. Naraka yang ingin merapatkan pahanya jadi menjepit kepala Jevano. Laki-laki itu masih melakukan kegiatannya. Yaitu, menggerakkan kepalanya tepat di depan penis Naraka.

Mengecup cukup lama penis tersebut, "Kau menyukainya, Nana?" tanya Jevano menggodanya.

Naraka membuang mukanya, wajahnya memerah panas. Apa yang dilakukan Jevano benar-benar tidak ia sangka. Melihat senyuman dengan diiringi eyes smile itu membuatnya semakin tersipu malu.

"Jeno, a-aku ... i-iya ... a-aku menyukainya." jawab Naraka terbata-bata.

Jevano tersenyum penuh kemenangan, terlebih melihat wajah Naraka yang sedang tersipu malu tersebut. Pemandangan seperti ini akan sering ia lihat kedepannya.

"Aku mau lebih dari ini. Apa kamu bisa memberikannya?"

Naraka termangu mendengar pertanyaan Jevano. Seolah terhipnotis, kepalanya mengangguk dengan perlahan. Lalu, senyuman dibibirnya terlukis kala melihat Jevano tersenyum begitu manis kepadanya.

Jevano bangkit dari posisinya. Tubuh tingginya sedikit menunduk untuk menyamaratakan posisi wajahnya dengan wajah Naraka. Tangan kanannya terulur mengusap lembut leher Naraka. Lalu, perlahan membawanya semakin dekat dengan wajahnya.

Jevano, melumat dengan lembut bibir Naraka. Merasakan setiap inci bibir yang terasa manis baginya. Dadanya bergemuruh, detaknya bertambah 2 kali lipat dari sebelumnya. Begitu juga dengan Naraka. Jevano bahkan dapat mendengar suara detak jantung laki-laki itu.

Dengan gerakan spontanitas, kedua tangan Naraka memeluk leher Jevano. Memperdalam ciuman antara keduanya. Saling berbagi air liur.

Setelah berlangsung cukup lama, Jevano melepaskan tautan bibirnya dari bibir Naraka. Keduanya sama-sama mengambil oksigen dengan rakus. Tapi, tak lama kemudian Jevano membawa Naraka dalam gendongannya.

Naraka tersenyum lembut, kakinya ia silangkan dipinggang Jevano. Ia tahu Jevano akan membawanya kemana setelah ini.

"Are you ready, baby?" tanya Jevano menatap lekat Naraka dengan posisi Wajahnya mendongak. Senyuman dibibirnya tidak hilang sedetikpun.

Naraka tersenyum lalu mengangguk, "I'm ready, darling."

Naraka seketika lupa. Bahwa sebelumnya Jevano mengatakan telah menjalin kasih dengan Lia. Bahkan, Naraka melupakan segalanya. Pikirannya saat ini hanya dipenuhi oleh Jevano dengan hal-hal yang baru saja ia dapatkan dari Jevano.

About Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang