Katanya, namanya Erick. Hanya Erick, tidak ada nama lengkapnya. Anak laki-laki berusia 15 tahun itu begitu mirip dengannya. Ia seperti sedang berkaca. Namun, kondisinya tidak cukup baik. Erick memiliki hobi suka berbicara sendiri.
"Jadi, kamu kakaknya Erick?"
Wanita paruhbaya yang baru Jevano ketahui namanya adalah Marisa, pemilik panti asuhan itu bertanya memastikan. Jevano mengangguk kecil.
"Kamu memang terlihat mirip dengannya. Tapi, nak Jevan. Kami tidak bisa begitu saja percaya sama kamu."
Jevano mengangguk, "Iya, Bu. Saya mengerti. Saya bisa membuktikannya dengan melakukan tes DNA antara Papa saya dengan Erick. Tapi, untuk saat ini. Saya ingin berteman baik dengan Erick lebih dulu. Saya rasa akan sulit baginya beradaptasi kalau saya tiba-tiba membawanya tinggal bersama keluarga saya." katanya.
"Kamu benar, nak Jevan. Saya tidak bisa membawanya ke psikiater karena tidak adanya biaya. Mungkin nak Jevan sebagai kakaknya bisa melakukan itu. Lagipula, untuk membuat Erick meninggalkan teman khayalannya tersebut. Dia membutuhkan teman di dunia nyata. Sayangnya, tidak ada yang ingin berteman dengan Erick." lirih Ibu Marisa.
"Makasih sudah merawatnya sampai saat ini, Bu. Kedepannya, saya akan berkunjung setiap hari ke sini agar bisa berteman dengan Erick." ucap Jevano.
"Kalau begitu, Ibu tinggal dulu ya. Bicaralah dengan Erick, sepertinya temanmu itu kesulitan mendekati Erick, bantu dia." Marisa menunjuk Naraka yang sedang mencoba berbicara dengan Erick. Tapi, laki-laki itu selalu menghindarinya. Bahkan terang-terangan menatap sinis pada kekasihnya itu.
Jevano terkekeh kecil, "Iya, Bu. Sekali lagi terimakasih." Marisa pun pergi memasuki gedung pantinya.
"Hi, Erick." Jevano menyapa adeknya itu. Si pemilik nama terpaku ketika melihatnya.
"Aldric, lihat dia mirip dengan kita berdua." seru Erick pada halaman kosong disamping kirinya.
"Mirip?" tanya Naraka.
"Apa Aldric itu saudara kembarmu, Erick?" Naraka bertanya lagi. Kini bahkan ia mulai bersemangat.
Erick mengangguk semangat, "Iya! Aldric saudara kembar aku. Bagaimana kamu tahu?" tanyanya terlihat antusias. Pasalnya, untuk pertama kalinya ada orang yang tidak menganggap bahwa dirinya memiliki teman khayalan.
"Ah, itu ...." Naraka menggantung kalimatnya, Erick menatapnya penuh binar berharap mendapatkan jawaban yang dirinya inginkan.
Naraka menatap Jevano meminta bantuan, ia benar-benar tidak tahu mau menjawab apa. Otaknya seketika kosong saat mata Erick menatapnya dengan begitu cerah.
Jevano lebih mendekat pada Erick, mengusak rambutnya lembut dengan tangan kanannya. Tangan kirinya masih tersimpan disaku celana.
"Karena aku abangmu, aku tahu kamu punya saudara kembar." jawabnya. Jevano tidak suka berbohong, jadi ia langsung mengatakan yang sejujurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us ✓
Teen Fiction"Ini tentang kita. Dunia ini milik kita, tidak boleh ada orang lain. Jadi, jangan coba-coba pergi meninggalkanku seorang diri." "Kemarin yang pertama dan terakhir. Tidak akan ada lagi yang memisahkan kita, selain kematian." ⚠️ BXB! BOYSLOVE AREA ⚠️...