F A M I L Y

194 23 0
                                    

Jevano menggandeng Erick memasuki wilayah sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevano menggandeng Erick memasuki wilayah sekolahnya. Mulai hari ini, ia dan adeknya itu akan satu sekolah. Jangan tanya, bagaimana bisa Erick satu sekolah dengannya. Jevano meminta bantuan pada Gama untuk menjadi wali dari Erick. Kedepannya, ia juga akan merepotkan Mark dan Jian.

Erick pindah sekolah di pertengahan semester 1. Beruntung, adeknya itu cukup cerdas. Jadi, tidak terlalu sulit mengurus kepindahannya. Hanya memerlukan waktu satu minggu.

"Erick, ini bang Marcel. Dia sudah seperti abang buat bang Jevan." Jevano mengenalkan Marcel pada Erick. Kini, Jevano, Erick, Naraka, Marcel, Jian, dan Haekal sedang berada di meja kantin sekolah. Dengan posisi, Jevano duduk diantara Jian dan Erick, Haekal didepannya. Disamping kanan Haekal, Marcel duduk tepat dihadapan Erick. Lalu, samping kirinya Haekal yaitu Naraka tepat diseberangnya Jian.

Seperti ini posisinya:
Marcel - Haekal - Naraka
—————————————
Erick - Jevano - Jian

"Hai, Erick. Jika kamu mau, aku juga bisa jadi abang kamu." sapa Mark penuh senyuman.

Erick menatap Jevano, tatapan yang seperti pertanyaan, "Apakah dia baik sepertimu?" Dan Jevano tentu saja tersenyum manis juga mengangguk sebagai jawaban. Jevano bisa memahami tatapan Erick padanya.

"Hai, aku Erick. Kalau bang Mark orang baik seperti bang Jevan. Maka bang Mark bisa jadi abang aku juga." katanya membuat mereka yang di sana tersenyum, kecuali Jian. Laki-laki itu justru cemberut.

"Jian, kenapa cemberut gitu?" tanya Naraka menyadari ekspresi Jian.

"Aku punya saingan baru kak. Aku bukan lagi anak bontot." lirih Jian sedih.

Jevano sontak mengusak rambut Jian, perutnya tergelitik melihat aksi ngambek adeknya itu. "Astaga Jian, bang Jevan dan bang Marcel akan tetap sayang sama kamu. Hanya saja, kini kamu juga harus sayang sama adek kamu." katanya. Jevano tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk sang adek dari belakang. Tentu saja Jian menikmatinya. Dekapan dari Jevano entah kenapa terasa lebih hangat daripada pelukan dari Marcel.

Erick yang melihat kedekatan Jevano dengan Jian, bibirnya mengerucut, "Aldrick, kita punya saingan." bisiknya pada saudara kembarnya sambil menatap sinis Jian.

Haekal yang sejak tadi hanya fokus melihat Erick, mengernyit heran mendapati Erick sedang berbicara sendiri. Ia yang duduk di samping Naraka pun menyenggol temannya itu.

"Na, Erick waras kan?" tanya Haekal berbisik.

"Ish! Waras lah. Nanti gua jelaskan di kelas. Intinya, dia waras. Gak usah mikir yang aneh-aneh lo." jawab Naraka dengan sewot. Namun, nadanya berbisik. Ia gak terima calon adek iparnya dibilang gak waras.

Haekal menyengir, ia lalu berbalik ke arah lainnya, dimana Marcel duduk disampingnya. "Aku udah kaget ternyata Jevan adek kamu, Marcel. Jadi, ini adek ipar aku tambah satu lagi ya?" tanya Haekal berniat menggoda kekasihnya itu.

About Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang