I L Y

401 43 2
                                    

"Kamu masih berhutang penjelasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu masih berhutang penjelasan. Jangan memelukku sebelum menjelaskannya padaku, Jeno."

Naraka sedang berusaha menghindari Jevano yang kini mengejarnya hanya untuk memeluk pinggangnya. Kini keduanya terlihat seperti karakter Tom and Jerry yang kartunya menjadi tontonan favorit mereka semasa kecil.

"Aku akan menjelaskannya setelah kamu memberikan aku makan, Nana."

Jevano masih mengejarnya. Naraka membuang nafasnya kasar, langkahnya berhenti. Ia pikir dirinya terlalu percaya diri mengira Jevano ingin memeluknya. Tapi, ternyata dirinya sa- ah, baru saja Naraka mengira dirinya salah berpikir seperti itu.

Namun, saat Jevano berhasil mendapatkannya bahkan kini memeluknya dari belakang dengan begitu erat seolah-olah tidak ingin melepaskannya membuatnya menelan kembali ucapannya. Jevano memang berniat memeluknya. Makanan hanyalah alasan belaka.

"Jeno, katanya mau makan. Ke dapur dong, bukannya meluk aku." Naraka berusaha melepaskan pelukan tersebut.

"Makanan aku kan kamu."

Jevano menghirup dalam-dalam leher jenjang Naraka. Bahkan sesekali mengecup dan juga sedikit menghisapnya sehingga meninggalkan noda merah berupa cupang.

Naraka memanyunkan bibirnya, ia kesal bukan main pada Jevano. Ah, ia tidak bisa berbohong. Sikap Jevano begitu manis dan Naraka sangat menyukainya. Hanya saja jika Jevano sudah menjelaskan apa yang dimaksud perkataannya siang tadi.

"Jeno, ayo makan nasi. Nana, udah lapar."

Sungguh, tenaga Naraka sudah habis. Entah karena dirinya sedang merasa lapar atau karena kelelahan setelah melakukan hubungan seks dengan Jevano dua kali. Di kamar dan juga kamar mandi. Naraka juga sudah menyerah menuntut penjelasan dari Jevano.

"Jangan manyun gitu, kesannya minta dicium."

Jevano menatap wajah Naraka dari samping. Jari-jemari dari tangan kanannya ia gunakan untuk memainkan bibir Naraka yang sedang cemberut.

"Aku serius, Jeno. Aku lapar." adunya mengeluh.

Jevano tersenyum manis. Lalu, tangannya menuntun Naraka untuk menengok ke arahnya. Dan satu kecupan singkat pun mendarat di bibir Naraka. Jevano benar-benar kecanduan bibir dari laki-laki tersebut karena rasanya yang begitu manis.

Naraka termangu, tubuhnya mematung. Entah ini sudah keberapa kalinya Jevano mencium bibirnya. Tapi, seperti masih hal baru bagi dirinya.

"Baiklah, ayo kita makan."

Jevano pergi ke dapur lebih dulu, meninggalkannya dengan segudang pertanyaan dipikiran seorang Naraka.

"Sebenarnya, apa yang kamu inginkan Jeno?"

ツ ツ ツ

"Nana, aku mencintaimu juga."

Naraka yang sedang menyantap makanannya termangu mendengar pengakuan Jevano. Pengakuan yang sebelumnya tidak pernah ia sangka akan keluar dari mulut seorang Jevano.

About Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang