Note: Satu bab ini khusus menceritakan apa saja yang Tiffany alami sampai dia bisa kumpul lagi dengan Jeno.
So, Let's get it!
"Daniel, aku hamil. Aku mengandung anak kamu."
Daniel diam terpaku ditempatnya setelah mendengar ucapan Tiffany. Ia tidak bisa berpikir jernih, pikirannya seketika stuck ditempat.
"Tiff, sorry ...." sesalnya.
Tiffany tersenyum sumbing, ia sudah menyangka akan berakhir seperti ini, lagi-lagi ditinggalkan, "Kali ini siapa lagi yang jadi selingkuhan kamu?" telaknya.
Laki-laki itu, tidak pernah puas dengan satu perempuan. Dia selalu saja bermain api dibelakangnya. Namun, karena cintanya pada Daniel yang begitu besar. Tiffany, selalu menutup matanya dan memaafkan kesalahannya.
Daniel menggelengkan kepalanya pelan, "Bukan begitu, aku dijodohkan sama Irama. Aku gak bisa nolak, soalnya bisnis Daddy lagi butuh suntikan dana dari keluarga Irama." terangnya.
Irama? Dunia begitu sempit. Irama sahabat baiknya, dan dia akan menghancurkan kisah cintanya yang sempurna. Miris, hidup Tiffany benar-benar hanya dikelilingi oleh pengkhianat.
Ia lalu melangkah mundur perlahan, dengan senyuman mirisnya, "Baiklah kalau begitu, semoga kamu bahagia sama Irama ya, Daniel." cicitnya.
"Tiff, anak itu gimana?" tanya Daniel.
"Anak ini biar jadi urusanku."
ツ ツ ツ
Tiffany melangkah pelan, menelusuri jalan setapak. Hari sudah larut malam. Namun, ia enggan pulang ke rumahnya. Lagipula, buat apa buru-buru pulang, tidak ada yang menunggunya di rumah. Ia hanya sendirian di dunia yang ramai ini. Kekasihnya lebih memilih sahabatnya sendiri. Siapa yang harus ia datangi untuk dijadikan tempat bersandar?
Langkahnya terhenti, kini ia berdiri disamping jembatan penghubung jalan yang dipisahkan oleh kali kecil. Matanya lurus menatap betapa hitamnya air kali karena pantulan langit malam. Entah kenapa, bulan pun enggan muncul malam ini.
"Nak, Mommy hanya punya kamu. Tapi, kamu belum ada di depan Mommy. Sekarang Mommy masih sendirian. Mommy harus apa?" Monolog Tiffany pada janin dikandungannya yang baru berusia 15 minggu.
"Hi! What are you doing in here?"
Tiffany menatap pria asing yang entah muncul darimana. Laki-laki itu cukup tampan, dan sepertinya usianya tidak berbeda jauh dengannya. Tapi, dia terlihat bukan orang Indonesia.
"Apa namanya. Kamu mau bunuh diri?" tanyanya terdengar kaku.
Tiffany tertawa kecil, mendengarnya. Bukan menertawakan tuduhannya. Tapi, suaranya terdengar lucu. Tiffany sama sekali tidak berniat bunuh diri. Dia tidak sebodoh itu mengorbankan anaknya yang bahkan gak bersalah di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us ✓
Genç Kurgu"Ini tentang kita. Dunia ini milik kita, tidak boleh ada orang lain. Jadi, jangan coba-coba pergi meninggalkanku seorang diri." "Kemarin yang pertama dan terakhir. Tidak akan ada lagi yang memisahkan kita, selain kematian." ⚠️ BXB! BOYSLOVE AREA ⚠️...