"Ini pembunuhan berencana namanya."
Jevano menyeringai kecil, melihat Naraka yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Ia sangat puas melihat bagaimana Naraka melihatnya saat ini.
Naraka berhasil masuk ke dalam rumah Jevano tanpa sepengetahuan Daniel. Bagaimana caranya? Laki-laki itu menggunakan tangga belakang rumah yang menuju atap rumah. Naraka berjalan di atap dan turun ke balkon kamar Jevano dengan sekali lompatan.
Dan saat ini, Naraka sudah berada di kamar Jevano. Aroma maskulin khas Jevano meruak di indra penciumannya. Namun, terlepas dari aroma ruangan.
Naraka rasanya saat ini ingin mengamuk kala melihat Jevano sedang duduk bersandar di ranjang dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana jeans.
Tubuh atletis Jevano berhasil menghipnotisnya.
"Kenapa berhenti? Kemari, sayang ...." panggil Jevano menggodanya.
Naraka termangu, ia yang sejak tadi hanya terdiam berdiri di depan pintu balkon pun mendekati Jevano secara perlahan.
"Aku ingin membunuhmu. Tapi, kamu malah membunuhku." desisnya.
Jevano terkekeh kecil, ia merasa menang. Naraka langsung memeluk Jevano tanpa aba-aba. Wajahnya menubruk tepat di dadanya Jevano, mencium dada tersebut berulang kali sambil sesekali mengendus. Menghirup aroma tubuh Jevano yang begitu khas.
"Aku sengaja buka baju biar kamu lebih mudah membunuh aku. Tapi, kenapa malah kasih aku cuddle gini." sindir Jevano.
"Kamu nyebelin, Jeno."
Naraka mendudukkan tubuhnya tepat di atas paha Jevano. Lalu, wajahnya ia tenggelamkan di tengkuk lelaki itu. Awalnya hanya menghirup dan mencium. Namun, Naraka yang sudah liar dari dulu berakhir dengan menjilat lehernya.
"Aku baru mandi, sayang."
Bibir Jevano memang protes. Tapi, perilaku Naraka saat ini diladeni dengan santai olehnya. Bahkan Jevano memeluk pinggang Naraka. Semakin menempel dengan perutnya.
"Cieeee ... udah tegang aja." ledek Naraka.
Kala Naraka merasakan ada yang mengeras dibawahnya. Jevano terkekeh kecil, ia mengecup singkat bibir kekasihnya itu.
"Aku mudah tegang sama kamu doang. Memangnya kamu mau aku tegang sama Lia?" Jevano menggodanya.
Naraka mendelik kesal, "Terus aja terus, sebut nama Lia. Tadi, si Rendra. Terus aja sebut nama mereka. Besok aku bunuh mereka satu-persatu." katanya santai.
Jevano mengusap lembut pipi Naraka dengan senyum hangatnya, "Jangan lakukan itu sayang. Jangan jadi pembunuh hanya karena hal ini. Aku minta maaf ya udah buat kamu marah." ucapnya lembut.
Mata Naraka membola, "Aku benci kamu menyebut nama orang lain. Padahal kamu udah milik aku." kesalnya.
"Aku minta maaf ya. Gak lagi-lagi deh aku nyebut nama orang lain." sesal Jevano.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us ✓
Teen Fiction"Ini tentang kita. Dunia ini milik kita, tidak boleh ada orang lain. Jadi, jangan coba-coba pergi meninggalkanku seorang diri." "Kemarin yang pertama dan terakhir. Tidak akan ada lagi yang memisahkan kita, selain kematian." ⚠️ BXB! BOYSLOVE AREA ⚠️...