Buggg!!!
"DASAR ANAK GAK TAHU DIRI!!"
Tubuh Jevano terbanting begitu saja ketika Papa-nya menonjok tulang pipinya begitu keras. Darah mengalir di salah satu sudut bibirnya. Luka siang tadi masih membekas dan kini dirinya harus mendapatkan luka baru.
"Jeno, kalau kamu sayang sama aku. Jangan hobi melukai diri sendiri seperti ini. Lukamu juga membuat aku terluka."
Ucapan Naraka siang tadi tiba-tiba menggema di otaknya. Matanya terpejam sesaat untuk mengontrol emosinya. Jika Jevano menanggapi kemarahan Papa-nya, ia akan mendapatkan yang lebih parah dari yang ia dapatkan saat ini.
"Jevan! Kamu itu maunya apa sih?! Baru 3 hari masuk sekolah, udah buat masalah?!" sentak Daniel- Papa Jevano.
"Jevan, ingin Mama, Pa. Apa salahnya Papa beritahu Jevan dimana Mama berada saat ini?"
Jevano sudah tidak memiliki tenaga untuk berteriak. Ia hanya bisa berkata lirih saat ini. Entah kenapa dirinya mulai menyerah meminta Papa-nya memberitahu keberadaan Mama-nya saat ini.
"Dia sudah mati, Jevan! Berapa kali Papa harus bilang?! Dia sudah mati!" tegasnya.
"Lagipula, kamu sudah punya Mommy Tiffany. Untuk apa kamu menginginkan wanita gak tahu diri itu?!"
Jevano menatap kecewa Papa kandungnya tersebut. Wanita yang dia sebut tidak tahu diri adalah wanita yang sama yang dirinya cintai dan pernah begitu Papa-nya cintai. Wanita yang sama yang selalu dimanjakan dengan tatapan cinta dari dirinya dan dia. Bagaimana bisa laki-laki yang dulu seperti budak cinta istrinya, menghina Mama-nya seperti itu?
"Mama belum mati, karena Papa tidak pernah menunjukkan makamnya! Dan wanita yang kau sebut istri saat ini, tidak akan pernah menjadi Mama saya!! Sampai mati pun Mama saya hanyalah Mama Irama!!"
"Jevano!! Leandra Jevano!!"
Jevano berlari begitu cepat meninggalkan Papa-nya menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti tepat di depan pintu berwarna putih dengan motif bunga sakura.
Seorang gadis cantik keluar dari kamar yang memiliki pintu tersebut. Jingga, begitulah orang lain memanggilnya. Gadis itu adik tirinya, anak dari Ibu tirinya bersama mantan suaminya sebelum menikah dengan Papa-nya.
"Kak Jevan, kakak kenapa? Kok luka? Mau aku obati?" Jingga bertanya, ia terlihat peduli dengan Jevano.
Jevano tersenyum smirk, tatapannya menusuk tajam tepat di mata gadis itu, "Gak usah sok peduli. Gua gini, gara-gara nyokap lo yang murahan itu." balasnya.
Lalu, Jevano pergi meninggalkan luka yang tersayat di hati Jingga karena penghinaannya terhadap Ibunya.
"Sebenarnya, Mommy aku salah apa sih sama Kak Jevan? Kenapa kakak begitu membencinya? Bahkan setelah 7 tahun berlalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us ✓
Teen Fiction"Ini tentang kita. Dunia ini milik kita, tidak boleh ada orang lain. Jadi, jangan coba-coba pergi meninggalkanku seorang diri." "Kemarin yang pertama dan terakhir. Tidak akan ada lagi yang memisahkan kita, selain kematian." ⚠️ BXB! BOYSLOVE AREA ⚠️...