08. Cappucino and Note

49 13 2
                                    

Vote

Happy reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading :)

.

.

.

Sejak tadi, senyuman manis milik Beomgyu tak pernah pudar. Langkah kakinya semakin cepat seiring waktu. Sinar mentari menyinari sebagian belahan bumi. Termasuk bagian tempat Beomgyu berpijak sekarang.

Hatinya sedang berbunga-bunga. Bahkan dibawanya juga bunga matahari untuk seseorang.

Tebak, ia akan pergi ke mana?

Serangkai kata untuk seseorang yang baru saja ditemui Beomgyu, cantik. Ditatapnya gadis bermata bulat itu. Tatapannya tak pernah sekalipun teralihkan dari gadis itu. Senyumannya berseri-seri.

"Seungha!" panggil Beomgyu.

Si tuan rumah pun menoleh ketika namanya disebut. Beomgyu melangkahkan kakinya menuju teras rumah Seungha. Di sana ada Seungha yang duduk di kursi.

"Apa ini?" tanya Seungha kaget karena Beomgyu memberinya bunga matahari.

"Untukmu," ucap Beomgyu santai, lalu ikut duduk di kursi yang ada di samping kursi Seungha.

"Mengapa kamu memberiku ini?"

"Entahlah, aku ingin saja," ujar Beomgyu.

"Mau ke taman bunga?" tawar Beomgyu pada Seungha.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Seungha lagi.

"Ck, banyak tanya. Cepat bersiap, nanti kamu juga tahu sendiri," Beomgyu berdecak kesal.

———

Seungha kagum dengan banyaknya bunga matahari di tempat ini. Taman bunga matahari yang terletak di dekat toko es krim adalah satu-satunya taman bunga di kota ini. Tak heran jika banyak pengunjung, apalagi hari ini adalah hari libur.

Seungha berlarian ke sana kemari layaknya anak kecil. Beomgyu yang melihat Seungha pun hanya terkekeh kecil. Senyum Seungha tampak sangat cerah. Bahkan Beomgyu bisa saja kehilangan Seungha karena wajah Seungha yang berseri-seri layaknya bunga matahari yang ada.

Tanpa Seungha sadari, diam-diam Beomgyu memotret Seungha. Momen ini memang harus diabadikan karena mungkin hanya akan terjadi pada hari ini. Beomgyu ikut tersenyum melihat senyum cerah dari perempuan itu.

Semoga hari ini adalah hari yang panjang sehingga tak cepat berakhir.

———

"Beomgyu!"

Belum ada sehari untuk bahagia, Seungha sudah dibuat naik darah karena kelakuan Beomgyu yang sebelas dua belas dengan Sunoo dan kakaknya. Seungha jadi teringat Sunoo. Hari ini ia belum ada kabar. Mungkin saja, urusan Sunoo belum selesai sehingga ia tidak bisa memberi kabar.

Beomgyu berlari meninggalkan Seungha sendirian. Seungha terpaksa mengejar Beomgyu karena tak mau tersesat. Hanya Beomgyu yang tahu jalan pulang. Sekarang mereka berada di pantai. Kata Beomgyu, ini tempat yang biasa ia kunjungi saat melihat sunset. Seungha sih mau-mau saja jika diajak.

"Hahahaha," Beomgyu tertawa terbahak-bahak karena melihat Seungha yang berlari sangat lambat. Bahkan Seungha berada jauh di belakangnya. Beomgyu yang lelah pun berniat untuk berhenti, lalu duduk di atas pasir sembari memandangi sang Surya yang mulai menghilang dari pandangannya.

Semburat jingga menghiasi langit yang akan menggelap. Sang purnama telah datang terlebih dahulu sebelum sang Surya benar-benar pergi. Cahaya jingga kemerahan terpantul oleh air laut. Air laut mulai pasang. Malam akan tiba.

"Kena kau Beomgyu!" ucap Seungha mengagetkan Beomgyu.

"Sudah malam, kau mau pulang?" tanya Beomgyu.

Seungha mengangguk mengiyakan.

———

"Ini untukmu, aku akan pulang sekarang," ucap Beomgyu langsung melenggang pergi meninggalkan Seungha.

Seungha mengerutkan keningnya saat melihat benda yang ia genggam. Benda yang baru saja Beomgyu berikan padanya.

Satu gelas karton Cappucino dan sticky note yang bertuliskan '831 Meaning'.






















To be continued...

***

Seneng seneng dulu.
Siap siap buat chapter selanjutnya.

Siap siap buat chapter selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Can Fly || Beomgyu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang