10. Thank You

42 10 6
                                    

Vote

Happy reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading :)

.

.

.

Seungha menekuk kedua kakinya dan memeluknya dengan kedua tangan. Kepalanya menunduk, membiarkan air matanya lolos begitu saja.

Seungha bersandar pada dinding kamar, menatap kosong ke arah depan. Hatinya masih belum menerima kenyataan. Tidak ada lagi bunda yang membangunkannya. Tidak ada lagi suara bunda yang memarahi kak Haechan karena menjahili Seungha. Tak ada lagi aroma masakan yang dimasak bunda. Hatinya terasa hampa, ditinggal oleh sang ibunda tercinta.

Tatapan matanya tersita pada jendela yang menampakkan langit dengan awan hitam menutupinya.

Mungkin ia bisa menenangkan diri di bawah derasnya hujan?

———

Beomgyu membuka payung bening miliknya, menerobos hujan deras yang memekakkan telinga. Derap langkahnya makin laju. Perasaannya tidak enak. Nalurinya menyuruh untuk segera menemui gadis itu. Instingnya mengatakan bahwa gadis itu sedang tidak ada di rumah.

Rupanya benar. Gadis bernama Seungha itu sedang berada di pinggir sungai, terduduk pada bangku yang tak jauh dari sungai itu.

Bajunya basah karena kehujanan. Dengan sigap, Beomgyu menghampiri Seungha, lalu mengulurkan tangannya, melindungi Seungha dari air hujan menggunakan payungnya.

"Kau tidak apa-apa?"

Seungha menitikkan air matanya. Sementara, Beomgyu ikut mendudukkan dirinya di samping Seungha.

"Beomgyu," Seungha memanggil Beomgyu, lalu terdiam sejenak. Rasanya sangat sesak untuk diceritakan. Kendati banyak yang ingin ia ceritakan pada Beomgyu.

"Bunda...," Seungha kembali menangis, tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Lidahnya terasa kelu walau hanya untuk merangkai sebuah kalimat.

Beomgyu langsung mengerti, ia pun memeluk Seungha, membiarkan badannya ikut basah karena Seungha. Payung yang digenggamnya terjatuh begitu saja, membuat kedua insan terguyur derasnya hujan.

Beomgyu menenangkan Seungha dengan cara menepuk punggung Seungha dengan lembut. Direngkuhnya Seungha ke dalam pelukan Beomgyu membuat Seungha sedikit tenang.

"Bunda pergi, aku sendiri," kata Seungha sambil terisak.

Beomgyu tak tega dengan keadaan Seungha sekarang. Penampilan Seungha berantakan. Beomgyu yakin, Seungha belum makan sejak semalam. Tapi, ia harus menenangkan Seungha terlebih dahulu.

Beomgyu membiarkan Seungha menangis sepuasnya di dalam pelukannya, membiarkan hujan yang terus mengguyur punggungnya. Ia melindungi Seungha dari hujan yang dingin.

———

"Beomgyu."

Merasa namanya disebut, Beomgyu pun menoleh.

"Terima kasih," ucap Seungha dengan senyum manisnya.

Beomgyu tahu, di balik senyum manis itu, terdapat luka yang mendalam dan pastinya akan membekas.

"Untuk?" tanya Beomgyu.

"Terima kasih sudah mau menemaniku saat aku menangis. Terima kasih sudah mau membelikan aku makanan. Maaf jika kamu jadi basah karena aku," jelas Seungha.

"Tidak apa-apa. Aku tahu kamu sedang merasa sangat kehilangan. Tapi, kamu punya aku untuk sekarang. Kamu juga masih punya kakak laki-laki. Jangan terus berlarut dalam kesedihan. Teruslah tersenyum. Tapi jangan tersenyum saat kau sedang terluka. Itu akan sangat menyakitkan. Sekarang, kamu punya aku. Kamu bisa ceritakan keluh kesah mu padaku. Jangan dipendam sendirian. Kamu punya tempat bersandar sekarang. Temui aku jika kamu butuh sandaran," Beomgyu tersenyum lembut pada gadis di depannya.

Seungha akan banyak berterima kasih pada pemuda di hadapannya ini. Pertemuan singkat mereka telah membawa mereka ke dalam pertemanan yang menenangkan.

















To be continued...

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Can Fly || Beomgyu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang